x

Iklan

Amril Taufik Gobel

Smiling Blogger, Happy Father & Lovely Husband. See my blog at http://daengbattala.com
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menyingkap Misteri Tablet Emas Dalam Film The Night of The Museum-Secret of The Tomb

Resensi film The Night of The Museum-Secret of The Tomb yang dibintangi aktor Robin Williams sebagai Theodore Roosevelt dan Ben Stiller sebagai Larry Daley

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Night-at-the-Museum-Secret-of-the-Tomb

Hari Sabtu (27/12) saya mengajak istri dan kedua anak saya, Rizky & Alya menonton film "Night At The Museum-Secret of The Tomb" di Studio-4 Blitz Megaplex Bekasi Cyber Park. Ada satu hal yang cukup "sentimentil" yang membuat saya bersemangat menonton film ini yaitu ingin menyaksikan penampilan terakhir komedian handal Hollywood Robin Williams yang tewas bunuh diri di rumahnya di California, 11 Agustus 2014.

Sosok Robin yang dalam film ini memerankan patung lilin Presiden ke-26 Amerika Serikat, Theodore Roosevelt memang fenomenal dan menjadi sosok ikonik dari film yang pertama kali dirilis pada tahun 2006 tersebut. Sebagai penggemar setia film-film komedi sejak "Mork & Mindy", Mrs. Doubfire, Jumannji, dan lain-lain, menyaksikan penampilan pamungkas Robin Williams pada film ini kembali membangkitkan nostalgia pada kemampuan aktingnya yang cemerlang dan kocak. Pada serial ketiga ini, kisahnya kembali menitikberatkan pada sosok Larry Daley (Ben Stiller), seorang satpam di Museum of Natural History di kota New York, AS, yang sangat menikmati pekerjaannya terutama ketika ia mampu berinteraksi dengan patung lilin maupun sejumlah pajangan didalam museum yang mendadak hidup di malam hari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

movies-night-at-the-museum

Adegan dimulai dengan gambaran ekspedisi pencarian makam keluarga Ahkmenrah di Mesir pada tahun 1938. Cecil Fredericks (Percy Hynes-White), seorang anak yang ikut dalam ekspedisi tersebut secara tidak sengaja menemukan makam keramat itu dan salah satu isinya berisi tablet emas. Salah satu warga lokal yang ikut dalam ekspedisi itu melarang untuk membawa isi makam karena akan berakibat fatal dan ditafsirkan sebagai"akhir akan tiba". Oleh pemimpin ekspedisi yang juga ayah Cecil diputuskan bahwa isi makam itu tetap diambil dan makam Ahkmenrah ditempatkan di Museum of Natural History New York, sedangkan makam kedua orang tuanya ditempatkan di British Museum of Natural History di London.

night_at_the_museum_3_best_hd_photo-800x440

Adegan lalu berpindah ke masa kini pada suasana kesibukan Larry mempersiapkan pameran di museum yang dijaganya dengan menampilkan"special effect" yang melibatkan patung-patung lilin dan karakter dalam museum yang mendadak hidup di waktu malam. Kekacauan mendadak terjadi karena tokoh-tokoh yang ditampilkannya bertingkah aneh dan tidak seperti biasanya bahkan menganggu tamu-tamu yang datang.

ntam

Larry kemudian menemukan pangkal penyebabnya karena Tablet Emas yang disimpan dalam museum tersebut yang ternyata jadi semacam "pemberi nyawa di malam hari" bagi patung lilin dan karakter disana, tiba-tiba cahayanya meredup serta menunjukkan perubahan dengan munculnya karat laksana lumut hijau yang mulai menutupi tablet ajaib tersebut. Larry kemudian berdiskusi bersama Firaun Ahkmenrah (Rami Malek) dan diputuskan untuk menanyakan bagaimana cara memulihkan tablet emas itu kembali ke kondisi semula kepada kedua orangtuanya di London.

natm-1

Bersama sang anak Nick (Skyler Gisondo), Larry didampingi oleh Ahkmenrah, juga Teddy Roosevelt (Robin Williams), Attila the Hun (Patrick Gallagher), Jedediah (Owen Wilson), Octavius (Steve Coogan), Sacajawea (Mizua Peck), dan manusia purba Laaa (yang juga diperankan dengan apik oleh Ben Stiller) serta si monyet lincah Dexter, menuju ke London dan menemui Merenkahre (Ben Kingsley) ayah Ahkmenrah untuk memecahkan misteri Tablet Emas. Perjuangan mereka tak mudah, selain menghadapi satpam museum London yang centil Tilly (Rebel Wilson) juga kehadiran Sir Lancelot (Dan Steven) yang perkasa dan sok tahu. Secara umum film ini sangat menghibur dan bisa ditonton semua usia. Adegan-adegan lucu terlihat sepanjang film.

Harus diakui ramuan komedi yang diracik, sama dengan film sebelumnya Night at the Museum (2006) dan Night at the Museum 2: Battle of the Smithsonian (2009I akan tetapi film ini memiliki citarasa berbeda. Selain menyajikan eksotisme museum di London, interaksi para tokohnya jauh lebih cair dan juga kehadiran karakter serta tokoh baru seperti Camelot, Laaa dan Tilly kian "memperkaya" alur cerita.

laa

Yang paling mencuri perhatian menurut saya adalah sosok Laaa yang lugu, lucu dan spontan serta Tilly yang gampang panik serta centil. Di film ini muncul pula Hugh Jackman  (terkenal dengan perannya sebagai Wolverine di film X-Men) yang memerankan dirinya sendirinya saat berperan sebagai Raja Arthur di panggung Teater. Kemampuan Ben Stiller yang memerankan tokoh Larry dan Laaa sekaligus juga patut diapresiasi, ia mampu menghayati perannya dengan baik dalam dua karakter yang berbeda.

Adegan yang cukup membuat saya trenyuh adalah saat perpisahan terakhir Larry bersama Ted Roosevelt. "Tersenyumlah, Matahari Telah Terbit,"kata Ted yang diperankan oleh Robin Williams sebelum akhirnya "membeku"kembali menjadi patung lilin di museum. Sebuah kata perpisahan yang manis dari komedian handal ini kepada para penggemarnya di seluruh dunia.

Ikuti tulisan menarik Amril Taufik Gobel lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler