x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gelas Kosong Eyang Bob Sadino

Siapkanlah gelas kosong untuk menampung ilmu dan kearifan orang lain. Almarhum Bob Sadino merumuskan kata-kata itu dari pengalaman hidupnya sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"If you want to become full, let yourself be empty."
--Lao Tzu (Filosof, 604-531 SM)

 

 

Almarhum Bob Sadino, pengusaha yang senang bercelana pendek, suka melontarkan kata-kata arif yang layak kutip. Kata-kata ini ia rumuskan dari pengalaman hidupnya sendiri. Salah satunya berbunyi seperti ini: “Setiap bertemu dengan orang baru, saya selalu mengosongkan gelas saya terlebih dahulu.”

Kearifan gelas kosong sebenarnya bukan hal baru, tapi tak semua orang mau memungut kearifan ini untuk dirinya. Memang dibutuhkan kerendahan hati untuk mengosongkan gelas ketika mau bertemu orang baru. Eyang Bob Sadino melakukannya agar gelas kosongnya dapat diisi air baru—yang segar dan mencerahkan.

Pengosongan ini semacam persiapan untuk menampung banyak hal yang mungkin dapat diserap dari orang yang baru kita jumpai: pengalaman, pandangan, kearifan, bahkan mungkin pula ketidaktahuan—kita pun dapat belajar dari ketidaktahuan seseorang yang begitu arif sehingga merasa tidak tahu apa-apa. Perjumpaan dengan orang lain adalah peluang untuk belajar dan menangguk kearifan dari pengalaman hidup mereka.

Bila kita bertemu seseorang yang baru kita kenal dengan gelas penuh, sangat mungkin ketika kita berusaha menampung ‘kucuran air kearifan’ dari orang tersebut, banyak air yang luber dari gelas. Mubazir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski begitu, mungkin pula gelas kosong itu tidak akan terisi penuh ketika kita berpisah dengan orang itu. Sebab, kendati kita datang dan bertemu dengan membawa gelas kosong, kita tetap perlu memasang filter agar tak semua hal masuk ke dalam gelas. Penyaring itu akan memilah yang terang dari yang gelap, yang kreatif dari yang destruktif, yang bermanfaat dari yang mubazir.

Kita serap sari pati dari pengalaman yang dibagikan orang lain yang bisa membuat kita ikut menjadi arif. Bila itu kesalahan, kita dapat memetik kearifannya tanpa ikut berbuat salah.

Gelas kosong ini mungkin agak berbeda dengan gelas kosong seperti yang diangankan Pete Townshend, gitaris dan penulis lagu The Who, dalam album solo pertamanya yang berjudul Empty Glass.

“Idenya, ketika engkau mengunjungi kedai minuman—yang tak lain Tuhan, engkau tahu (dan engkau menginginkan kasih sayang-Nya) Dialah yang memberimu minuman, dan yang engkau harus sorongkan kepada-Nya adalah gelas kosong. Engkau tahu, tidak ada tempat bagi-Nya untuk mengisi jika hatimu sudah penuh lebih dulu dengan yang lain..,” kata Townshend, yang terilhami oleh Hafiz, penyair Persia.

Di dalam kekosongan itu, kita berusaha semampu kita menampung semua yang dilimpahkan-Nya tanpa menggunakan penyaring. Sebuah penerimaan total—tapi, alangkah tidak mudahnya. Seringkali, kita justru memasang filter ketika menerima limpahan-Nya. Kita cenderung memilih yang kita suka dan menghalau yang tak kita suka. (sbr foto: thewordzombie.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler