x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lima Kiat Agar Lekas Adaptif

Istilah ‘learning agility’ tengah populer dan dianggap kunci untuk menapaki jenjang keberhasilan. Sebelum berbicara soal kiat-kiatnya, ada hal yang lebih mendasar untuk dibenahi, yakni mindset - apakah kita secara naluriah menolak hal-hal baru?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“An organization's ability to learn, and translate that learning into action rapidly, is the ultimate competitive advantage.”
--Jack Welch (Mantan CEO GE, 1935-...)

 

 

Sebagian orang agaknya memang cepat belajar dibandingkan sebagian lainnya. Seperti halnya, ada yang peka dan cepat belajar memainkan alat musik. Sebagian lainnya mungkin tidak mudah mengikuti irama. Kemampuan untuk cepat belajar (learning agility), menurut para ahli, terkait dengan keterampilan maupun cara berpikir (mindset).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Istilah learning agility kini tengah populer dan dianggap sebagai salah satu unsur yang menentukan keberhasilan seseorang. Orang yang memiliki learning agility tinggi mampu mempelajari hal-hal baru dengan cepat atau menyesuaikan diri dengan perubahan maupun lingkungan baru. Adaptif. Cepat menyerap.

Apakah kita bisa meningkatkan learning agility kita? Bisa. Sebelum berbicara soal kiat-kiatnya, ada hal yang lebih mendasar untuk dibenahi, yakni mindset. Kita bisa bertanya pada diri sendiri: “Jika bertemu hal-hal baru, apakah kita langsung menolaknya? Bahkan, secara naluriah?”

Bila ya, ini pertanda bahwa kita tidak cukup terbuka terhadap hal-hal baru, seperti lingkungan kerja, orang, jenis pekerjaan, bahkan mungkin gagasan baru. Tidak mudah untuk mengasah learning agility agar meningkat apabila pikiran kita tidak terbuka dan mau mengenal hal-hal baru. Jadi, pekerjaan pertama ialah membenahi mindset.

Oke, bagaimana kalau pikiran kita cukup terbuka terhadap hal-hal baru? Dalam paparan berjudul Learning About Learning Agility, sebuah tim peneliti dari Teachers College, Columbia University, AS, menyebut lima aspek pokok perilaku learning-agile. Innovating, performing, reflecting, dan risking merupakan perilaku yang bersifat learning enabler (memungkinkan orang untuk belajar), sedangkan defending justru mencegah pertumbuhan learning agility.

Mereka berbagi kiat mengenai cara mendorong peningkatan learning agility.

Pertama, berinovasi. Biasakanlah mencari sejumlah pilihan jalan keluar dari suatu persoalan. Cobalah beberapa pendekatan yang mungkin dilakukan. Siapa tahu Anda menemukan cara baru yang lebih efisien dari sisi waktu, menghemat energi, dana, maupun sumber daya lain. Usahakan agar ‘menemukan gagasan baru untuk setiap persoalan’ menjadi kebiasaan Anda.

Kedua, menghadapi tekanan yang kuat, Anda mungkin merasa terdesak untuk melakukan sesuatu dengan cepat. Ironisnya, secara sadar kita tidak mencari ide dan solusi dari pengalaman sendiri maupun kearifan orang lain. Padahal, ketika dihadapkan pada sesuatu yang baru, kita dapat mencari keserupaan pada situasi dan hal-hal yang pernah kita kerjakan di masa lalu. Buka telinga pada pendapat orang lain. Atau, ambil jeda bila kita tertekan, jangan terburu-buru mengambil langkah tertentu.

Ketiga, berefleksi. Proses belajar berlangsung ketika kita menyediakan waktu untuk merenung. Merenung itu berarti bergeser dari berpikir tentang apa yang terjadi ke berpikir mengenai mengapa ini terjadi. Cobalah pelajari hal ini, sendirian maupun bersama orang lain. Cari orang lain yang Anda percaya untuk memberi masukan secara jujur dan kita pun bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat klarifikasi.

Keempat, ambil risiko. Hadapilah satu tantangan baru yang memungkinkan Anda mengembangkan keterampilan dan perspektif baru yang bisa menjadi bagian penting karier Anda di masa depan. Bisa pula Anda cara tantangan baru yang cukup sukar, sesuatu yang berarti tapi tidak cukup penting sehingga bila gagal, Anda tidak akan menanggung konsekuensi yang serius.

Kelima, jangan defensif. Bila memperoleh masukan dari orang lain, hindarilah sikap defensif. Pandanglah masukan itu sebagai ‘hadiah’ yang diberikan kepada Anda. Anda mungkin tidak suka dan merasa tidak nyaman, tapi di dalamnya ada nilai tertentu yang bermanfaat bagi Anda. Seperti obat yang terasa pahit, tapi menyembuhkan. Masukan merupakan peluang untuk belajar apakah sesuatu yang Anda kerjakan sudah tepat atau belum.

Nah, bila kelima kiat ini bisa kita lakukan secara teratur, kemampuan belajar kita terhadap hal-hal baru, tantangan baru, dan situasi baru (learning agility) mudah-mudahan meningkat. Bila learning agility Anda terus terasah, Anda tidak akan ragu dan canggung menghadapi berbagai tantangan maupun lingkungan baru. (foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler