x

Iklan

Asep Rizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Antara Bambang Widjojanto dan Kang Muhdi Penjual Nyiru

Ketika presiden sudah ganti, bandar narkoba dihukum mati, dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, Kang Muhdi masih saja menjadi tukang perabot rumah tangga yang penghasilannya Rp 30.000 per hari bila dagangannya laku

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Photo;Ilustrasi Tukang pikul perabotan rumah tangga(doc/pri). 

Hari Jum,at (23/01/2015) Sekitar pukul 07.30 WIB Kang Muhdi tukang dagang perabotan Rumah Tangga yang terbuat dari Anyaman Bambu bertemu dengan penulis disekitar Perapatan Jalan Mangunreja samping Kantor Polres Tasikmalaya.

Dia sempat menyangka bahwa penulis akan membeli perabotan yang dia pikul dari kediamannya disekitar Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya, dagangannya yang tinggal beberapa buah Nyiru, Sair bambu itu Nampak lengket mengikuti langkahnya yang pasti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia sempat berbincang bahwa dirinya menempuh jarak sekitar 30 Km setiap harinya pulang-pergi guna melakukan aktifitas kesehariannya dalam mengisi hidup dan penghidupannya.

Dia bilang, “ Biar sekarang telah ganti Presiden,Tukang Narkoba telah dihukum mati, lalu Undang-undang Desa akan diterapkan, dan para Koruptor katanya telah ditetapkan sebagai tersangka dan adapula yang telah dihukum penjara dan dimiskinkan, aku hanyalah tukang Dagang Perabot Rumah Tangga yang berpenghasilan Rp.30.000,sehari bila dagangnanya laku , ketika tidak laku maka aku Cuma bawa uang sekitar Rp.10.000,- saja bekal dari rumah untuk biaya hidup, beli beras, dan segala kebutuhan sehari-hari yang terus merangkak naik, tidak turun-turun”, Ucapannya itu terus menggelontor dari mulutnya tanpa henti “bak bara api”  dari pipah baja tukang las listrik yang ada disekitar tempat penulis ketika ngobrol berdua disebuah warung Kopi pagi tadi.

Nampak kaki Kang Muhdi tidak beralaskan sandal , dia berterus terang kepada penulis bahwa sandalnya dia simpan dipikulan yang dia bawa, “Agar sehat lah , dan penyakit rhematik dikaki saya hilang mending nyeker saja “ Katanya.

Dia tidak bicara banyak  tentang kesehariannya. Nampak dia menerawang ke hitam legamnya awan yang menggulung dikejauhan pertanda hujan akan turun di siang nanti (*barangkali).

Dia sempat berpamitan ketika akan pergi meneruskan perjalannya kepada Tukang Kopi di samping jalan itu dan dia menoleh kepada penulis, dan dia pun berucap ,“Mau ke mana *Jang (*Bahasa sunda asal katanya Ujang yang artinya Panggilan Kepada Orang yang lebih Muda dari dirinya)?" penulis sempat jawab dengan jawaban super sederhana, namun inti dari jawaban itu penulis tuangkan dengan bahasa lain.

“Ya..kita sama kang Muhdi ,,,! Kita akan menuju ketempat di mana Panggilan Wajib hidup itu dikibaskan sebuah tangan harapan , bahwa kita memang harus berbuat sesuatu demi terciptanya sebuah kemaslahatan hidup diantara dua pilihan antara kebahagiaan anak dan Istri kita dan hajat hidup kita sendiri mudah-mudahan bisa terpenuhi , tentang sebuah hasil itu bukan sebuah tujuan namun inti dari tujuan kita itu adalah perintahNya ,perintah Tuhan Kita yang mengisyaratkan untuk ,“Berbuatlah Kalian  dan menyebarlah  dimuka BumiKu , songsong rezeqy TuhanMu dengan tujuan pasti dan jangan lupakan bahwa kita adalah mahluq Tuhan yang diwanti-wanti oleh Kuasa Tuahn kita dengan anjuran saktiNya;  Jangan sekali-kali mengambil Haq Orang lain,Merugikan Orang lain,membuat orang lain dan mahluq tuhan kita  jadi menderita atas ulah kita  sendiri , cari dan dapatkan keberkahan Rezeqy itu diatas Keridloan TuhanMu” mungkin itu yang ingin diungkapkan penulis atas jawaban sederhana yang dilontarkan kepada mang muhdi tukang dagang perabotan itu.

Sejurus tidak ada hal istimewa dari semua cerita yang barusan diungkapkan , Mang Muhdipun  pergi dengan getaran Do,anya yang Pasti Didengar TuhanNya , dan penulispun menuju kesebuah Tempat dengan penuh harap.

Setibanya ke sebuah Tempat , penulis sempat menoleh keatas layar televisi yang terpampang “dikantor itu” yang tengah menayangkan siaran langsung sebuah Stasiun Televisi Swasta dengan tayangan “Berita Live” yang mengabarkan bahwa Wakil Ketua KPK Bambang.Wditangkap”  pihak Kepolisian Republik Indonesia dengan Sebuah Tuduhan Mengerikan.

Sekilas tidak ada yang aneh pada penayangan Live-nya sebuah Televisi tersebut, namun penulis sempat berpikir tentang Endingnya cerita sebuah Sinetron “Biasa”  yang sering ditonton oleh Anak Kecil di rumah penulis.

Namun sekelebatan  penulispun teringat Obrolan Mang Muhdi  Tukang dagang  pikul perabotan Rumah tangga dari anyaman bambu yang berkata bahwa apapun yang telah dilakukan oleh para “Sutradara Bangsa Indonesia” itu belum merubah Hidupnya jadi seorang Bos Besar yang punya Rekening Milyarand Rupiah.

Terkabarkan bahwa wakil ketua KPK itu ditangkap Polisi ditengah jalan pada Pukul 07.30 WIB disebuah tempat ,yang  persis terjadi di-jam yang sama ketika penulis ngobrol dengan Mang Muhdi sipedagang yang jadi sumber tulisan ini.

Anginpun berhembus menyeruak kedalam Gedung itu, hujanpun Turun disekitar Wilayah Perkantoran Pemkab Tasikmalaya  di sore hari ini, bergetarlah Do,a Bangsa Indonesia ;

“Mudah-mudahan Tidak Terjadi apapun atas kelangsungan cerita haru-biru itu!”,dan mudah-mudahan Endingnya  Cerita yang hari  ini terus di-Livekan ,tidak akan melupakan akar permasalahannya yaitu; “Menjadikan Rakyat Negara Republik Indonesia Yang Sejahtera ,Entaskan Kemiskinan ,Hukum Semakin Tegak dan Adil atas Amanat Undang-undang Dasar 1945, Sejahtera yang merata tidak membuat yang Miskin semakin Berlarut dengan Kemiskinannya,Sehat dengan Semangat Perduli terhadap kaum Papa Tidak berdaya ,semakin perduli kepada Manusia-manusia yang dititipkan TuhanNya Atas nama Faqir & Miskin Anak Yatim dan Barisan-barisan Manusia indonesia yang ditipkan Khusus oleh TuhanNya,jauhkan dari perbuatan Biadab seperti Manipulasi Hukum,dan jauhkan dari hukum berat sebelah bagi insan yang berduit saja!”.

Haripun berlalu ,Dan anginpun semakin kencang disore ini,,,,,,,,,,,,    

*Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat,Indonesiana.Tempo.co (23/01/2015).

Asep Rizal.           

Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB