x

Iklan

Muhammad Mulyawan Tuankotta

Alumnus salah satu kampus ternama di Indonesia. Penulis aktif untuk isu-isu Ekonomi Indonesia dan Industri Minyak dan Gas. Coloumnist tetap www.selasar.com
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tantangan Pengembangan Kontrak antara Kontraktor-Negara untuk Minyak Indonesia

Menghadapi penyediaan kebutuhan nasional akan minyak memang memiliki tantangan yang tidak sekira, di hulu Migas dibutuhkan sinergitas yang tinggi antara Negara dan pihak Kontraktor Minyak agar mencapai sebuah sistem yang ideal

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia memasuki tahun tahun yang menantang dalam penyediaan kebutuhan minyak nasional. Produksi dalam satu dekade menurun tajam memuarakan Indonesia untuk membuka kran impor pada tahun 2004. Sementara itu industri mobil dan motor tumbuh pesat, pertanda konsumsi nasional yang kian waktu meningkat, 11% per tahun menurut data BPS. Konsekuensinya adalah angka impor yang tiap tahun jelas akan terus melebar, memicu persoalan lain seperti volatilitas nilai rupiah, besarnya subsidi BBM, dan dalam jangka panjang berimplikasi pada ketergantungan Indonesia akan impor.
 
Keadaan makro pengelolaan minyak Indonesia yang seperti digambarkan diatas tak lepas dari tumpuan sektor hulu dan hilir. Di hulu migas, Indonesia memiliki tantangan dalam penciptaan lingkungan bisnis yang kondusif untuk mengundang berbagai investor agar dapat menggarap sumber sumber minyak baru dengan teknologi mutakhir yang dimiliki. Kita bersandar pada eksplorasioffshore yang sudah lama dan tua. Investasi pada perminyakan mendorong peningkatan penemuan sumur sumur baru dan teknologi lepas pantai yang canggih.
 
Potensi Indonesia
 
Indonesia bukanlah negara dengan slogan negara kaya minyak, Kita merupakan negara dengan kepemilikan sumber daya alam yang beragam. Data SKK Migas menunjukkan bahwa cadangan potensial Indonesia ada pada sekitar 3,9 milyar barrel, sementara yang terbukti sekitar 4 milyar barrel. Dengan cadangan tersebut, Indonesia menempatkan urutan dari dunia. Sementara konsumsi nasional Indonesia mencapai 1.6 juta barrel/hari, sebagian besar digunakan untuk mobil dan motor. Pertumbuhan ekonomi yang ditumpu pada konsumsi akan memacu pertumbuhan industri otomotif, yang pada akhirnya tercermin dengan meningkatnya konsumsi minyak nasional.
 
Dengan kondisi diatas, sekilas menyimpulkan Indonesia bukanlah ladang minyak yang menggiurkan. Hal ini masih-pun terlepas dari betapa sulit teknisnya kontrak antara pengusaha kontraktor dengan negara, medan minyak yang diperebutkan bukanlah nomor wahid relatif terhadap kepemilikan di negara lain. Namun seyogyanya hal ini bukan berarti Indonesia tidak memiliki bargaining power, pengusaha pun akan melakukan berbagai macam investasi tidak hanya di Indonesia, namun kehilangan satu tempat atau posisi dapat berimplikasi signifikan. Oleh karena itu, pada normalnya pemerintah harus dapat mengupayakan desain lingkungan yang suportif, dengan tetap menguntungkan tanah air.
 
Gugusan 17 ribu pulau yang disatukan oleh lautan dengan garis pantai 14.000 km memungkinkan potensi penemuan minyak yang lebih banyak, usaha keras pemerintah dengan komitmen politiknya dapat membuat kontraktor minyak dilengkapi kecanggihan teknologinya akan menghasilkan penemuan penemuan ladang minyak baru, yang kemudian bermuara pada peningkatan produktivitas nasional. Dengan produktif, usaha mencapai pertumbuhan ekonomi pada angka angka yang lebih tinggi dapat tercapai
 
Pengembangan Model Bersama
 
Salah satu kendala atau persoalan yang ditemui ketika memasuki ranah hulu migas adalah dinamika dalam kinerja sektor produksi. Industri minyak pada hakikatnya membutuhkan kalkulasi risiko, keuntugan, dan kerugian yang cermat, industri yang high risk high return.  Kontraktor memiliki kecenderungan dalam menghindari risiko atau urung untuk mencoba mencoba, khususnya ketika musim harga minyak sementara turun, pengusaha tidak terinsentif untuk melakukan usaha lebih khawatir akan nilai penjualan yang kecil, pun, ketika harga minyak sementara naik kontraktor tidak serta merta mengupayakan kinerjanya yang maksimal. Salah satu contoh persoalan yang bisa disoroti adalah perbedaan harga minyak yang dieksloitasi lewat offshore dan onshore, offsore 85$/barrel, sementara 45$ /barrel. 
 
Disamping itu, opsi aksi yang sering dilakukan oleh berbagai pemerintah tidak terkecuali Indonesia ketika harga minyak sementara naik, pemerintah melakukan nasionalisasi, dan mengambil langkah privatisasi ketika harga minyak sementara turun. Hal ini mendorong perlu adanya satu kerangka pengembangan model bersama, antara pemerintah dan pengusaha. Kerangka yang tidak musiman, sehingga menjamin patenitas dan latenitas agar tercukupinya permintaan minyak untuk rakyat.
 
Pada hari Jumat 9 Januari kemarin, angin segar datang dari pertemuanantara  Presiden Jokowi  dengan John Hatson CEO Chevron dalam pembahasan keberlanjutan pengelolaan minyak di Indonesia.  Chevron sendiri  menyumbang porsi sekitar 340 ribu barrel/hari dari total produksi nasional yakni 1,6 juta barrel/hari. Lapangan terbesar yang dimiliki  di Indonesia yakni lapangan Duri di Rokan Riau dioperasikan oleh Chevron Pacific Indonesia. Baik Chevron dan Pemerintah Indonesia adalah dua belah pihak yang saling bergantung, dengan demikian agenda pertemuan diatas diharapkan dapat membuka pintu pertama untuk desain pengelolaan bersama. Segala jenis variabel mengenai aspek harga minyak, aspek perpajakan, paket insentif, DMO (domestic market obligation), pemulihan biaya, dan lain sebagainya harus bertemu pada satu titik model pengelolaan yang saling menguntungkan mengingat kedua belah pihak saling membutuhkan.
 
Peluang pemerintah untuk menjalankan roda ekonomi dapat dilalui dengan jangka pendek me-review ulang model pengelolaan yang selama ini berjalan. Hal ini akan memacu produktivitas nasional dan berimplikasi pada penerimaan negara,  untuk kondisi jangka panjang menunjukkan keberpihakan negara terhadap kepemilikan sumber daya alam milik rakyat Tanah Air. Dengan demikian, kewajiban pemerintah dalam mengambil kendali industri strategis akan membawa bahtera Indonesia menuju kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.

 

Ikuti tulisan menarik Muhammad Mulyawan Tuankotta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB