x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kepak Sayap Kupu-kupu di Siberia Tenggelamkan Jakarta

Metafor Lorenz itu menyiratkan betapa dunia kita ini satu, bahkan alam kita ini satu: sebuah kejadian kecil di suatu tempat sanggup menimbulkan efek dahsyat di tempat lain yang sangat jauh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jakarta dikepung banjir, lagi. “Penyebabnya cold surge (seruak dingin) yang datang dari Siberia dan memasuki Jawa,” begitu kata Tri Handoko Seto, pakar meteorologi tropis seperti dikutip tempo.co.

Massa udara dingin ini bertemu dengan angin yang bertiup dari timur di Jawa bagian barat. Terjadilah konvergensi yang membentuk awan hujan nan masif. Hujan yang terjadi karena konvergensi awan itu berlangsung lama dengan intensitas tinggi. Jakarta diguyur habis oleh curahan air dari langit.

Mendengar penjelasan pakar meteorologi itu saya terkesima. Bayangkan, jarak Siberia-Jakarta, Indonesia, mencapai sekitar 7.500 kilometer. Apa yang terjadi di Siberia nun jauh di sana, di wilayah Rusia, menebarkan pengaruhnya hingga di sini yang berjarak ribuan kilometer.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya lantas teringat kepada metafor yang diucapkan Edward Lorenz: “Kepak sayap kupu-kupu di rimba Amazon menyebabkan badai topan di Texas.” Mendiang pakar meteorologi tersebut menemukan metafor ini dari eksperimennya. Lorenz membuat model cuaca, yang disebut ‘strange attractor’ dan menjalankannya di komputer. Ia ingin mengetahui apa yang terjadi jika kondisi awal diubah sedikit saja (tekanan udara, suhu, kecepatan angin, secara bergantian). Lorenz terkejut ketika melihat kondisi akhirnya sangat berbeda.

Metafor itu begitu puitis, sebuah cara yang ajaib untuk melukiskan sebuah sistem yang chaotic. Sebuah sistem yang apabila kondisi awalnya diubah sedikit saja telah mampu menimbulkan perubahan besar pada kondisi akhir dapat disebut sistem chaotic. Efek kupu-kupu dipakai untuk menjelaskan mengapa sistem chaotic, seperti cuaca, tak bisa ‘diramalkan’ lebih dari beberapa hari saja.

Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi atmosfer sehingga harapan untuk meramalkan kedatangan badai pada tempat dan waktu yang tepat beberapa pekan lebih awal sukar diwujudkan. Ahli cuaca mungkin bisa meramal 1-2 hari ke depan, tapi itu pun tidak ada jaminan bakal akurat. Ada faktor kecil yang terkadang tidak terduga dan mengacaukan ramalan itu, dan faktor itu mungkin saja terletak beribu kilometer jauhnya.

Metafor Lorenz itu menyiratkan betapa dunia kita ini satu, bahkan alam kita ini satu: sebuah kejadian kecil di suatu tempat sanggup menimbulkan efek dahsyat di tempat lain yang sangat jauh. Memang, tidak semua ahli meteorologi sepakat dengan metafor Lorenz—mereka berpandangan, perubahan kondisi awal itu mesti cukup besar untuk mampu memberi dorongan perubahan besar di kondisi akhir.

Betapapun demikian, efek kupu-kupu menyiratkan betapa kita hidup di bumi yang satu, yang antar bagiannya, antar penjurunya, saling memengaruhi. Perubahan cuaca jauh di Siberia sana sanggup menebarkan pengaruhnya di Jakarta. Luar biasa! (Foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler