x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Beda Ahok Dengan Si Pitung Jagoan Betawi

Ahok berani, semua orang sudah tahu. Berani Ahok beda dengan si Pitung jagoan Betawi. Pitung pakai golok, ahok pakai mulut. itu saja sih bedanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah Ahok berkata kasar juga kepada keluarganya. Apakah keseharian Ahok di rumah selalu marah marah kepada anak istri? Atau di lingkungan perumahan, apakah Ahok sebagai warga biasa terkenal dengan sikap berang? Saya tidak bisa menjawab. Biarlah orang-orang dekat Pak Basuki Tjahaya Purnama yang menjelaskan.

Jawaban yang saya harapkan dari tiga pertanyaan itu adalah Pak Ahok tidak begitu beringas kepada lingkungan terdekat. Saya juga dan mungkin anda berharap bukan seperti itu perilaku Ahok dalam pergaulan keseharian di komunitasnya. Bisa jadi Ahok sangat santun kepada kedua orang tua, apalagi kepada anak istri tersayang.

Pernyataan ini bukan sekedar pembenaran atau justifikasi, karena secara emosional saya tidak kenal Ahok, walaupun dalam beberapa kesempatan secara fisik pernah menyaksikan Ahok dari jarak dekat seperti pada acara temu blogger 2014 di Taman Mini Indonesia Indah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Puncak dari bicara kasar Pak Gubernur itu disaksikan khalayak secara live pada acara Kompas TV beberapa hari lalu. Muncul tanggapan dari masyarakat yang sebagian besar menyayangkan kenapa Bapak Gubernur berkata tidak sepantasnya dengan mengeluarkan perkataan yang tidak enak didengar oleh kuping awam.

Sampai sampai Kak Seto dan Tantowi Yahya ikutan berkomentar. Komentar dua orang tokoh ini menyayangkan ucapan kasar Pak Ahok dalam kapasitasnya sebagai Gubernur karena tidak baik bagi pendidikan anak anak Indonesia. Filter atau sensor siaran TV apalagi di siarkan secara langsung tidak bisa di proteksi, besar kemungkinan anak anak menyaksikan seorang pejabat berperilaku terlalu keras. Kak Seto mengkhuatirkan sikap petinggi nomer satu di Jakarta itu nanti ditiru oleh anakl anak.

Tapi sudahlah, semua telah terjadi. Toh di rapat bersama dengan DPRD DKI kemarin Pak Ahok tidak terpancing lagi emosi. Justikasi yang mungkin bisa disampaikan disini atas perilaku Ahok adalah kumulasi dari kekesalan, kegeraman dan kekecewaan Beliau menyaksikan korupsi di wilayah tanggung jawabnya. Ya sikap Ahok bisa ditoleransi atau di justifikasi ditinjau dari sisi kemanusiaan dan kejiwaan yang meledak seketika.

Siapa lagi yang berani [selain Ahok] membongkar praktek korupsi anggaran di Jakarta yang telah terjadi puluhan tahun. Mengambil atau mencuri uang negara secara tidak syah telah di mulai pada sessi perencanaan. Kolusi antara beberapa oknum eksekutif dan legislatif yang di sponsori oleh rekanan tertentu menjadi agenda tahunan . Kesepakatan jahat itu terjadi ketika diselenggarakan penyusunan Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah Khusus Ibukota Jakarta (RAPBD - DKI ).

Pembuktian terjadi tindak pidana korupsi di Pemerintahan DKI kini tengah diusut oleh aparat Kepolisian. Apabila secara hukum telah terbukti korupsi maka hikmah yang perlu di ambil dari keberanian Pak Ahok adalah meletakkan RAPBD - DKI 2015 sesuai dengan kebutuhan perbaikan pelayanan publik di Jakarta. Bancaan uang rakyat yang dikumpulkan dari sumbangan warga berupa pajak sudah saatnya dihentikan. Jakarta harus lebih baik dengan limpahan dana sebesar lebih 70 triliyun rupiah.

Kalau soal keberanian, Ahok bolehlah mendapat ponten sepuluh jari. Pahlawan Betawi si Pitung juga pemberani melawan penjajah.  Keduanya berani karena membela kebenaran.  Pitung mempersenjatai diri dengan golok, kompeni kucar kacir.  Ahok lain lagi,  dengan gaya bicaranya yang meledak ledak semua oknum yang diduga tersangkut korupsi APBD DKI ketar ketir tidak bisa tidur nyenyak. 

Kesimpulan sementara, penyebab amarah Ahok adalah jeleknya sistem birokrasi di Pemda DKI yang berbuntut kepada korupsi. Ahok marah kepada dirinya sendiri karena dia melawan arus. Kemarahan itu akhirnya ditumpahkan kepada sesiapa saja yang dianggapnya biang keladi korupsi di wilayah kewenagannya. Kalaupun penyiar TV dan kemudian anak buah atau orang lain ikutan tersemprot juga dengan kata kata kasar Ahok, harap di maklumi defence mechanizm itu sedang berada pada titik tertinggi.

Point yang ingin saya sampaikan disini adalah sikap atau kearifan para pihak yang terkait dengan amanah dan wewengan mengurus Jakarta. Disatu sisi Pak Ahok mendapat dukungan warga, silahkan membongkar praktek korupsi dengan keberanian luar biasa. Disis lain terbersit pesan warga, hendaknya Pak Ahok tetap mengacu kepada etika dan estetika. Dipihak lain diharapkan Anggota DPRD DKI bersedia bekerja sama dengan Pak Gubernur beserta jajarannya dengan catatan tetap b erpegang kepada kejujuran bahwa RAPB adalah sebesar besarnya untuk kemaslahatan warga Jakarta dan sekitarnya.

Korupsi memang harus dicegah dan setelah semua terungkap paling tidak akan menyurutkan emosi Pak Ahok. Selanjutnya Pak Gubernur silahkan mengawasi anak buah agar bekerja seoptimal mungkin dalam memberikan pelayanan prima kepada warga Jakarta. Nah kemudian apabila masih ada anak buah yang mbalelo, silahkan di marahi atau bahkan di mutasi. Itulah salah satu uraian jabatan pemimpin yaitu Marah., sesuai dengan tunjangan jabatan yang diterima,hahahahaha

Yes, jati diri Pak Ahok yang asli pasti sayang kepada seluruh warga Jakarta apalagi kepada anak istri.

Salam salaman

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler