x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Biografi Baru Steve Jobs: Sosok Sama, Perspektif Berbeda

Tidak mudah, jika bukan mustahil, bagi penulis biografi untuk ‘memotret’ seseorang dalam bingkai naskahnya menjadi seperti orang itu apa adanya. Bahkan, setiap orang bisa punya persepsi berbeda tentang orang yang sama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Biography should be written by an acute enemy.”

--Arthur Balfour (Negarawan Inggris, 1848-1930)

 

Dengan kepiawaiannya dalam menulis sejumlah biografi, seperti Henry Kissinger, Benjamin Franklin, dan Albert Einstein, Walter Isaacson diminta oleh Steve Jobs untuk menuliskan biografinya. Dipersiapkan selama dua tahun, permintaan Jobs ini seakan-akan seperti isyarat bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Steve Jobs, karya Isaacson, terbit sekitar tiga minggu setelah kematian Jobs, Oktober 2011.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pendiri Apple Inc. itu memberi kebebasan penuh kepada Isaacson untuk mewawancarai siapa saja yang ia mau: kerabat, teman-teman, hingga kompetitor Jobs. Sambutan publik ditunjukkan oleh ‘laku kerasnya’ karya Isaacson—meski terbit Oktober, biografi Jobs masuk daftar terlaris amazon.com tahun 2011. Berbagai ulasan di media internasional juga memuji karya Isaacson.

Tapi, lingkaran dekat Job kurang puas. Karya Isaacson itu mereka pandang tidak memberi gambaran yang tepat mengenai sosok Jobs. “Sosok yang saya baca dalam buku itu adalah seseorang yang saya tidak akan pernah ingin bekerja sama dengannya,” ujar Tim Cook, CEO Apple yang sekarang.

Sebab itulah, biografi Jobs ‘ditulis ulang’—yang saya maksud, ditulis oleh orang selain Isaacson dengan perspektif berbeda. Brent Schlender dan Rick Tetzelli ‘menulis ulang’ biografi Jobs dan karya mereka terbit di AS kemarin waktu setempat. Becoming Steve Jobs: The Evolution of a Reckless Upstart into a Visionary Leader, judul biografi baru ini memperoleh dukungan dari Tim Cook dan eksekutif Apple lainnya yang mengenal Jobs.

“Yang mengejutkan saya tentang dirinya adalah betapa ia jenaka dan menyenangkan,” ujar Schlender dalam wawancara dengan ABC News. Selama 25 tahun, Schlender mengikuti jejak Jobs dan pernah mewawancarai Jobs pada 1998. “Ada orang-orang yang kinerjanya tidak bagus. Saya harus mengeluarkan mereka dari pekerjaan. Berat bagi saya... lebih berat dibanding sebelum saya punya anak-anak,” ujar Jobs kepada Schlender. “Sebab saya memperhatikan setiap orang dan saya membayangkannya sebagai anak usia 5 tahun.”

Begitulah, fakta bisa sama, tapi perspektif dan penafsiran bisa berbeda dalam menggambarkan sosok atau peristiwa. Misalnya saja soal passion Jobs. “Memang benar dia itu sangat bersemangat mengenai berbagai hal dan ingin semuanya serba sempurna. Itulah yang membuatnya hebat,” ujar Tim Cook. Tapi, kata Tim, banyak orang menyalahtafsirkan sikap ini sebagai bentuk arogansi. “Steve memang bukan malaikat, kita semua juga bukan,” ujarnya lagi. “Tapi keliru jika mengatakan Steve bukan orang hebat.”

Bahkan mungkin, ada saja fakta yang luput dari amatan Isaacson maupun Schlender, siapa tahu. Dan ini bisa memengaruhi persepsi kedua penulis terhadap sosok Jobs. Perbedaan sudut pandang, karena itu, adalah kelaziman belaka. Tidak mudah, jika bukan mustahil, bagi penulis biografi untuk ‘memotret’ seseorang dalam bingkai naskahnya menjadi seperti orang itu apa adanya. Bahkan, setiap orang bisa punya persepsi berbeda tentang orang yang sama. Jamak belaka.

Betapapun, biografi kedua tentang Jobs ini menarik untuk dinanti sampai ke ruang baca. Saya ingin tahu, seperti apa gambaran sosok Jobs di tangan dua penulis yang tidak diminta oleh Steve Jobs untuk menuliskan kisah hidupnya. Apakah Schlender dan Tetzelli justru tidak merdeka dari ‘bias personal mereka’ yang mengagumi Jobs dibandingkan dengan Isaacson yang diberi Jobs kebebasan penuh untuk menulis apa saja tentang dirinya. (sbr foto: appadvice.com) **

 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB