x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kosakata Toilet Pak Ahok

Betapapun, Pak Ahok seyogyanya dapat pula menahan diri dari godaan naluriah untuk mengungkapkan kemarahan, kekesalahan, dan kenjengkelan dengan kosakata toilet.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejak Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama tampil diwawancarai salah satu stasiun televisi, istilah ‘bahasa toilet’ segera menyebar. Lazimnya, saya mengenal istilah bahasa baku, bahasa sehari-hari, bahasa gaul, nah muncul lagi istilah bahasa toilet. Mungkin yang lebih cocok bukan bahasa toilet, tapi kosakata toilet, misalnya yah... tahu sendirilah.

Sebagai fakta bahasa, adanya kosakata toilet itu memang tidak bisa dipungkiri. Namun, kosakata ini berpotensi menimbulkan kontroversi tatkala pemakaiannya tidak tepat waktu dan tempat. Acara wawancara yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi memang bukan tempat yang tepat untuk mengeluarkan perbendaharaan kosakata toilet.

Jutaan orang menonton, di antara mereka niscaya juga banyak anak-anak, remaja, dan anak muda. Terbayanglah bila kosakata toilet itu segera menyebar bak virus dan pemakaiannya menular lewat media sosial maupun percakapan sehari-hari, lalu dianggap lumrah untuk diucapkan kapan, di mana, dan kepada siapa saja. Saya percaya, netizens dapat menyaring dan tahu kapan dapat menggunakannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kosakata toilet sebenarnya juga beragam: bunyinya, waktu pemakaiannya, bahkan untuk siapa. Nah, kata tertentu memang sering muncul dalam makian. Jika kosakata toilet yang terkesan lebih sopan dipakai untuk memaki atau mengungkapkan kekesalan yang dalam, mungkin terdengar aneh. Sebab itulah, mungkin Gubernur Ahok memilih kosakata yang paling mewakili perasaan kesalnya. Mungkin pula, karena perbuatan yang di mata Pak Ahok tidak benar itu serupa dengan apa yang ada di dalam toilet.

Betapapun begitu, Pak Ahok seyogyanya dapat pula menahan diri dari godaan naluriah untuk mengungkapkan kemarahan, kekesalahan, dan kenjengkelan dengan kosakata toilet. Pak Ahok, sebagai tokoh masyarakat dan pejabat publik tertinggi di Ibukota Negara, seyogyanya dapat memilih kosakata lain yang keras dan tegas serta bisa mewakili perasaan itu, tetapi bukan dengan kosakata toilet. Masih banyak kosakata lain yang dapat dipilih tanpa Pak Ahok kehilangan substansi dari pesan yang ingin disampaikan Pak Ahok. Pak Ahok tetap bisa tegas dan keras pendirian, tapi tampil simpatik.

Dengan begitu, pesan tetap tersampaikan dan masyarakat akan mengapresiasi. Selama ini, publik memberi dukungan kepada Pak Ahok dalam upaya membenahi tata kelola pemerintahan di DKI Jakarta. Warga Ibukota pun niscaya memercayai Pak Ahok akan jujur dalam mengemban tugasnya. Warga juga mendukung sikap keras terhadap kemungkinan penyelewengan dalam pengelolaan pemerintahan.

Nah, dukungan itu janganlah digerus oleh Pak Ahok sendiri gara-gara pilihan kosakata yang tidak pas dalam berkomunikasi. Pak Ahok rasanya perlu, sangat perlu malah, memperbaiki cara berkomunikasinya kepada siapapun tanpa mengurangi ketegasan sikap terhadap hal-hal yang menurut Pak Ahok tidak benar dan menyengsarakan rakyat kecil. Jangan sampai dukungan dan kepercayaan masyarakat kepada Pak Ahok menurun lantaran seringnya Pak Ahok memakai kosakata toilet dalam berbicara.

Sangat sedikit gubernur maupun pejabat publik lain yang punya keberanian seperti Pak Ahok dalam melawan arus kelaziman dalam berpolitik—melakukan transaksi politik maupun barter dengan kepentingan bisnis-ekonomi. Masyarakat memerlukan orang-orang anomali seperti Pak Ahok. Tapi, jika Pak Ahok tidak bertekad menghilangkan kecenderungan memakai kosakata toilet, dukungan publik mungkin saja perlahan-lahan akan merosot, dan warga masyarakat akan kehilangan orang-orang anomali yang sangat diperlukan untuk memperbaiki pemerintahan. (Foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

4 menit lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB