x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Manusia Terbang

Selama ribuan tahun, dalam upaya yang tak kenal letih, manusia berusaha mematahkan mitologi Yunani dan membuktikan bahwa dirinya mampu mengarungi angkasa hingga ribuan kilometer jauhnya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di Kreta, di sebuah menara tinggi, Daedalus, sang perajin ternama, dan anaknya Ikarus dikurung. Hasrat untuk bebas mendorong bapak dan anak ini untuk mencari jalan kabur dari menara. Daedalus menyiapkan sayap bagi anaknya. Daedalus melepas anaknya sembari berpesan agar Ikarus tidak terbang terlalu dekat matahari.

Ikarus rupanya menikmati terbang di angkasa, memandangi bumi dari ketinggian. Ia menikmati kebebasan bak burung-burung hingga ia terlupa pesan ayahnya. Panas matahari yang semakin kuat merontokkan bulu-bulu sayapnya. Ikarus jatuh ke muka Bumi.

Kira-kira 110 tahun yang silam Wright bersaudara berusaha membuktikan bahwa manusia terbang bukan mitologi belaka. Hari sudah pukul 10:35 waktu setempat, 17 Desember 1903, namun udara di Kitty Hawk, North Carolina, AS, begitu dingin. Orville Wright dan Wilbur Wright berusaha menerbangkan mesin burunng ciptaan mereka untuk pertama kali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wright Flyer, begitu nama mesin terbang itu, sanggup mengangkasa selama 12 detik sejauh 4 mil atau kira-kira 6,4 kilometer. Sangat singkat menurut ukuran penerbangan di masa sekarang, namun peristiwa ini dianggap sebagai penerbangan pesawat yang pertama dalam sejarah manusia.

Faktanya tidak demikian. Sekitar seribu tahun sebelum Wright Bersaudara, beberapa ilmuwan telah mencoba menjadi manusia pertama yang mampu terbang. Namun begitu, percobaan Wright Bersaudara dapat dikategorikan sebagai ‘penerbangan bermesin pertama’. Percobaan ini juga membuka jalan bagi penerbangan massal seperti kita jumpai sekarang.

Hezarfen Ahmet Celebi (1609-1640), ilmuwan Turki yang hidup pada masa kekuasaan Sultan Murat IV, telah melakukan percobaan glider flight beberapa kali. Ia terbang dari Menara Galata di sisi pantai Selat Bosphorous ke pantai lain di sisi kota Istanbul. Jauhnya 1,5 km. Ia berhasil mendarat dengan baik dan menjadikan upaya ini sebagai penerbangan terkendali pertama.

Lebih awal dari Hezarfen ada Abbas ibnu Firnaz, yang hidup di abad ke-9 Masehi. Muslim Spanyol ini pada tahun 875 Masehi terbang dari sebuah bukit dengan glider yang ia ciptakan. Ibnu Firnaz mengundang penduduk Kordoba untuk menyaksikannya terbang. Ia berhasil menempuh jarak cukup jauh namun pendaratannya kurang mulus dan menyebabkan tulang punggungnya patah. Abbas ibnu Firnaz kemudian menyadari bahwa ia keliru dalam mendesain ‘ekor’ pesawat glider-nya.

Kira-kira 23 tahun sebelum Abbas, ilmuwan muslim Spanyol lain bernama Armen Firmann berusaha terbang dari sebuah menara di Kordoba dengan menggunakan ‘pakaian bersayap’. Ia mendarat dengan selamat disertai beberapa luka yang tidak serius. Penemuannya disebut sebagai penggunaan parasut pertama oleh manusia, lantaran desainnya yang menyerupai parasut di masa modern.

Abbas ibnu Firnaz 600 tahun mendahului Leonardo da Vinci maupun Roger Bacon dalam membuat prototipe pesawat dan bahkan mencoba menerbangkannya. Kontribusi penting Abbas ibnu Firnaz diakui oleh dunia Barat baru-baru ini saja. Dalam sebuah pameran tentang sejarah penerbangan pada tahun 2000 di University of Houston, AS, peran Abbas dibicarakan: “Kita belajar bahwa manusia telah terbang sejak 1.000 tahun yang silam.”

Demikianlah, selama ribuan tahun, dalam upaya yang tak kenal letih, manusia berusaha mematahkan mitologi dan membuktikan bahwa dirinya mampu mengarungi angkasa hingga ribuan kilometer jauhnya. (sbr ilustrasi: astrologyking.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler