x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Melacak Jejak Waktu

Salah satu sebab mengapa kita begitu royal menggunakan waktu ialah karena kita diberi waktu secara gratis. Kita memakainya tanpa bayar! Sepeser pun tidak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lost time is never found again.
--Benjamin Franklin (1706-1790)

Sepertinya, bumi berputar lebih cepat. Pagi baru beranjak, siang sudah tiba. Tak lama kemudian, matahari sudah bertengger di ufuk barat. Lalu gelap. Malampun berlari begitu cepat. Lantaran lelah, begitu tertidur lelap, tahu-tahu semburat sinar matahari sudah muncul lagi di timur. Seminggu yang berisi tujuh hari itu seolah berjalan lebih pendek dari 7 kali 24 jam.

Jika satu minggu tetap tujuh hari, mengapa banyak pekerjaan tak terselesaikan? Kemana waktu saya berlalu? Seorang manajer pernah memberikan saran sederhana kepada saya: “Lacaklah waktumu dan catat untuk aktivitas apa saja waktu itu terserap jam demi jam, dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi berikutnya.”

Nah, saya berbagi sarannya. Jika “to do list” berisi daftar pekerjaan yang kita harus tunaikan hari ini, maka catatan pelacakan itu untuk menelusuri dalam kenyataannya waktu kita terpakai untuk apa. Agar tahu persis proporsi masing-masing aktivitas, hal-hal yang mungkin tampak sepele pun sebaiknya kita masukkan, seperti mencari dasi yang cocok untuk kemeja atau berapa lama berada di jalanan yang macet.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari catatan pelacakan selama satu minggu, sebagai contoh, kita akan menemukan fakta yang mengejutkan. Betapa banyak waktu yang habis di jalanan karena lalu lintas yang padat tak teratur. Betapa banyak waktu yang terpakai untuk menemukan dasi karena kita tidak disiplin menaruh di tempat semestinya. Berapa waktu terpakai di kamar mandi lantaran kita asyik menghapalkan lirik lagu baru yang kita sukai. Berapa waktu yang tidak terpakai optimal di meja kerja karena kita mengantuk setelah semalam begadang menonton Liga Champions Eropa.

Dengan melacak penggunaan waktu, kita akan melihat seberapa besar perbedaan antara apa yang tercantum di ‘to do list’ dalam satu hari dan seminggu dibandingkan dengan kenyataannya. Kita mungkin akan terperangah, “Woww, royal juga ya dalam memakai waktu!”

Salah satu sebab mengapa kita begitu royal menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak menunjang perbaikan kualitas hidup ialah karena kita diberi waktu secara gratis. Kita memakainya tanpa bayar! Sepeser pun tidak.

Bayangkan seandainya kita harus menyediakan Rp1 juta saja untuk setiap 60 menit waktu yang kita gunakan untuk tidur, makan, nonton teve, atau sekedar melamun. Berarti, dalam sehari, kita harus mengeluarkan uang Rp 24 juta. Bisa diduga kita akan sangat berhemat. Kita akan pelit dalam memakai waktu untuk mandi berlama-lama. Kita tidak akan menghamburkan waktu untuk sekedar menemukan dasi yang cocok dengan kemeja.

Biasanya, kita baru sadar betapa berharganya waktu tatkala disodori tagihan. Misalnya, ketika meminta nasihat dari konsultan bisnis, penasihat hukum, atau perancang keuangan. Mengapa? Sebab kita harus membayar mahal untuk waktu mereka. Bayangkan, kalau tarif konsultasinya Rp 2 juta per satu jam. Wah, kalau bisa, konsultasinya cukup 30 menit saja. Tapi, mana mungkin?

Jadi, dengan mengambil sampel satu minggu saja, kita bisa menemukan fakta yang barangkali mengejutkan. Ternyata, dari 7 x 24 jam, banyak sekali waktu yang terpakai untuk aktivitas yang tidak mendongkrak kualitas personal kita, kinerja kita, kualitas layanan kita, atau pun pengetahuan kita. Dengan melacak kemana waktu kita berlalu, siapa tahu kita bisa lebih cerdik dan bijak dalam menggunakannya. (sbr ilustrasi: deviantart.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB