x

Iklan

Asep Rizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dan Memerahlah Mentari Senja di Pantai Cipatujah

Rasa lelah setelah perjalanan panjang dari Singaparna hilang saat mencapai Pantai Cipatujah. Rasa penat kita tertebus dengan pantai yang memanjang dari Perbatasan Garut sampai perbatasan Pangandaran.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pantai Cipatujah;

Rasa lelah ketika menikmati perjalanan panjang  antara Singaparna (Ibu Kota Kabupaten Tasikmalaya)-Pantai Cipatujah  yang berjarak  sekitar 70 Kilometer-an  itu akan hilang seketika , ketika diri kita telah berada diakhir tujuan dimana garis pantai  Samudra Indonesia itu telah ada didepan mata kita  , dan kitapun akan  terbius dengan keindahan pantai laut Cipatujah yang memanjang dari Wilayah Perbatasan Kabupaten Garut (diwilayah  garis pantai Timurnya) sampai dengan perbatasan Kabupaten  Pangandaran (diwilayah Garis Pantai bagian Baratnya) yang memanjang sekitar 45 Kilometer ketika  diukur dari sepanjang  harim laut garis landai pantai nan-masih perawan tersebut.

Garis pantai nan-perawan itu kini mulai menggeliat kembali  “Ketenaran  Ombaknya Yang Garang dan keindahannya”  setelah issue miring penggalian pasir besi  diawal Tahun 2010 yang lalu hampir memporak-porandakan geliat kuat semangat menghidupkan kembali  kegiatan   wisata dilokasi pantai yang punya beberapa lokasi indah yang bisa dinikmati oleh para Wisatawan local maupun international tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun terkabarkan masih ada “Keinginan” yang masih kuat dari para Spekulan yang digandeng oleh pengusaha Luar Negri (Asing)  untuk kembali menghidupkan kembali galian yang telah memporak-porandakan  garis pantai yang punya Kadar Pasir Besi  yang konon kabarnya merupakan Jenis  Pasir Besi  terbaik  pada Rendement Kadar pasir besi terbaik  didunia tersebut.

Perlu diketahui dulu , Lokasi Pantai Cipatujah itu terletak diwilayah Pemerintahan Desa Cipatujah Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat , wilayah Kecamatan Cipatujah-pun punya sejumlah wilayah yang bisa dinikmati keindahan garis pantainya dengan karakter keindahan yang berbda satu samalainnya , diantara sejumlah wilayah garis pantai yang bisa dinikmati keindahannya adalah Wilayah Pantai Sindangkerta yang terletak  dan  berbatasan langsung dengan pantai cipatujah yang dimaksudkan.

Pantai Sindangkerta Cipatujah;

Lokasi pantai Sindangkerta itu terletak diwilayah Desa Sindangkerta Kecamatan Cipatujah ,pantai itu terkenal dengan Kesejukan pantainya yang berbeda dengan lokasi pantai yang lainnya , karena disepanjang pantai sindangkerta tersebut tertanami pohon bakau dan pohon-pohon khas pantai  lainnya yang berukuran  besar dengan umur tanaman yang terkatagorykan umur  pohon tua yang bisa menciptakan lokasi pantai tersebut jadi sedikit berbeda ukuran suhu  udaranya  yang panas khasnya  pantai-pantai didunia dan bisa dinikmati oleh para wisatawan sebagai tempat melepaskan lelah ketika  melakukan perjalanan panjang untuk menuju titik pantai yang dimaksudkan para wisatawan tersebut.

Namun sayangnya , pengelolan titik pantai dan ke-khasan satu titik pantai dengan pantai yang lainnya itu belum digali dan disiasati lebih hebat lagi terutama pengelolaan dengan kucuran dana yang besar bagi infrastruktur rancang bangun lokasi Wisata pantai  oleh   Pemerintah kita  terkait tentang hal tersebut ,bahkan  salah seorang penggiat  dan pemerhati lokasi Wisata pantai  Kabupaten Tasikmalaya menyebutkan bahwa “Kementrian Pariwisata Indonesia  belum berbuat maksimal untuk mengelola  Geliat  pariwisata diwilayah pantai Cipatujah  kita ini , untuk menghidupkan dan mengelola  lokasi-lokasi titik pantai disepanjang pantai Cipatujah dari mulai perbatasan Kabupaten Garut sampai kebatas garis pantai   Kabupaten Pangandaran itu  yang membutuhkan biaya besar , dengan pengelolaan asset  wisata yang berkala  dan berkesinambungan  yang manfaatnya akan teraih bagi Kesejahteraan Warga Masyarakat pribumi dan akan jadi pundi-pundi Rupiah bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang akan bermanfaat bagi seluruh warga kabupaten tasikmalaya itu sendiri , perlu diingat oleh kita bahwa pengelolaan asset wisata yang mahal nilainya  itu akan jadi manfat besar bagi pendapatan Pajak Negara Kita dari sector khusus pengolaan wisata pantai yang akan synegris dengan kemajuan perekonomian warga dimana titik lokasi wisata pantai tersebut berada !” Ucap seseorang yang mengaku warga  dan pemerhati  pengolaan wisata pantai digaris pantai Cipatujah yang nama dan identitasnya tidak ingin dipublikasikan oleh penulis ketika melakukan sebuah dialog kecil yang dilakukan disebuah warung kopi kecil yang terletak digaris pantai Sindangkerta Kecamatan setempat.

Cerita lain dari lawatan kepantai Cipatujah;

Melihat dan menikmati indahnya pantai nan landai disepanjang garis pantai Cipatujah itu tidak akan menghabiskan kata-kata berbingkai  bahasa seni apapun , “Lagu indah dan puisi indah lainnya akan tercipta oleh para Pujangga bila tetapkan garis duduk   mereka  dan mencoba  “ kerasan”  duduk dilokasi berbagai titik garis pantai di Cipatujah ini” Hal tersebut terbersit dari fikiran sederhana penulis ketika menikmati sebuah lawatannya  pada Hari Selasa (14/04/2015) yang lalu.

Butir-butir pasir dipantai Sindangkerta  Cipatujah itu terlihat bak emas permata  berkilauan ketika dipandang pada tengah hari yang terik , suasana Panas Mentari Khas Pantaipun  merebak kebulir-bulir  peluh yang merindu  dendam ,  ketika memandang Deburan Ombak besar Khas Ombaknya  samudra Indonesia  yang  terkenal ganas  tersebut , terbersit sebuah pertanyaan dibenak penulis  ,” Bisakah Warga Masyarakat disepanjang garis Pantai Cipatujah tersebut memanfaatkan tanah kelahirannya yang indah itu untuk menciptakan Kesejahteraan Hidupnya dengan tanpa dimodali oleh Negaranya?”, pertanyaan itu timbul ketika seharian penuh penulis mencoba menikmati Keindahan alam disana , ditemani Kopi pahit penulis sempat duduk  disebuah bangunan yang dibangun oleh Kementrian Pariwisata Nasional  dititik lokasi Wisata Pantai Sindangkerta  pasca bencana tsunami pada awal  tahun 2013 yang lalu tersebut.

Terlihat deretan warung-warung Kopi  kecil yang dibangun warga Masyarakat yang memanfaatkan tanah pemerintah (harim laut)  guna menjalankan usaha kesehariannya .

Atas prakarsa warga sekitar pantai tersebut yang terkabarkan telah melakukan koordinasi dengan pihak Pengelola bangunan  yang dikomandoi Oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dengan memanfaatkan beberapa bangunan yang dinamakan Warga sekitar sebagai Bangunan Mess Pemda Pemkab setempat.

Warung-warung yang terlihat dilokasi pantai  itupun tidak begitu banyak jumlahnya  , Nampak suasana warung-warung kecil itupun terlihat sepi , “Mereka hanya akan panen  dan hasilkan uang banyak ketika hari-hari libur besar  seperti lebaran (Idul Fitri) dan liburan tahun baru itu tiba ketika para pengunjung  (wisatawan local) suka datang full memanfaatkan liburannya dilokasi pantai cipatujah ini , untuk hari-hari biasa seperti sekarang ini , warung-warung kopi mereka hanya akan disinggahi oleh beberapa orang pengunjung pantai yang iseng saja mampir ngopi  untuk melakukan berbagai perjalanan panjangnya!” ucapan itu dilontarkan salah seseorang pengelola asset bangunan (Mess Pemda) yang kini dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya ketika sempat menemani ngobrol dilokasi bangunan tersebut.

Cerita ; Jumpa dengan Gadis-gadis Kecil Penghuni Pantai Sindangkerta dan Tukang Sadap Gula Kelapa disana ;

Riuh –rendah suara deburan Ombak Besar dan hembusan angin kencang yang sejuk menepi ketepian pantai terasa dan ternikmati sudah , diwarung-warung kecil itupun kita bisa membeli beberapa oleh-oleh khas Pantai Cipatujah yang bernama *Gulampo , sebuah cemilan manis yang terbuat dari Gula Kelapa yang konon  berkhasiat tinggi untuk sembuhkan penyakit diabetes dan penyakit Darah tinggi tersebut, dengan harga yang lumayan murah (hanya seharga Rp.15.000,-) persatu ikatnya kita akan tertemani dengan makanan khas cipatujah itu sambil menikmati Kopi Pahit dipinggiran pantai yang punya Ombak nan garang itu.

 

                *******************************************************

*Catatan ; Gulampo itu sebuah makanan kering manis  (seperti kue wajit ) yang  terbuat dari gula kelapa dibulatkan  diikat dan ditata sedemikian rupa dengan menggunakan bungkus  dari daun kelapa muda yang  telah dikeringkan , tatanannya menyerupai bungkus Gula enau namun tersusun rapi dengan nuansa traditional yang khas.

                *******************************************************

 

Perjalanan sebuah lawatan panjang penulis ketempat wisata alam pantai tersebutpun sempat “iseng” menemui Kang Sutardi  (48) seorang pelaku usaha Pembuat gula kelapa  (salah sebuah bahan baku Makanan yang bernama Gulampo) yang sempat  diikuti langkah  perjalannya ketika dirinya sedang kebetulan lewat didepan garis pantai Sindangkerta guna menuju kekebun kelapa yang disewanya , menurutnya dia bukan Orang Asli kelahiran Cipatujah (Sindangkerta) dia mengaku bahwa dirinya merantau kewilayah Desa itu “Asal tempat tinggal saya adalah dari kabupaten cilacap jawa tengah” Jelasnya , dia hanya seorang pelaku usaha pembuat gula kelapa yang menyewa 38  batang  Pohon Kelapa milik Warga asli Desa setempat , dengan  uang sewa yang dibayar dengan system kontrak  pertahun  dengan rincian  ( Rp.5000,- pertiap pohonnya ) ,”Ya…sekitar Rp.2,Jutaan  lebih lah saya membayar uang sewa pertahunnya  kepada pemilik pohon kelapa warga asli Desa Sindangkerta ini !” ucapnya sambil berjalan melaju ketepian pinggir pantai menuju lokasi kebun Kelapa sewaannya.

“Untuk hasil  gula kelapa  buatan saya itu, suka langsung dibawa oleh para tengkulak tiap harinya , saya kenal dengan peng-ijon yang suka ngasih pinjaman uang kepada saya , hitungan pinjaman uang dari Tengkulak (peng-ijon)  disesuaikan dengan penghasilan Gula buatan saya pertiap harinya !” Ucapnya melanjutkan obrolan iseng tersebut.

“Rata –rata penghasilan saya mungkin sekitar Rp.100,ribuan bila dihitung Perkilo Gula yang seharga Rp.8000,- itu !” Jelasnya.

Menurut Kang Sutardi, diwilayah Desa Sindangkerta banyak yang menjalankan usaha  kesehariannya sebagai pembuat gula Kelapa ,”Mungkin ada 200-san  orangan mah yang menjadi penyadap dan pembuat gula kelapa didaerah Desa Sindangkerta ini !” Jelasnya pula.

Dalam hal ini , penulis berfikir bahwa hal  ini (Usaha Pembuatan Gula Kelapa Warga setempat) adalah sebuah Asset yang bisa dijual pula bagi nuansa  kekayaan pariwisata pantai Cipatujah  guna   sebuah ciri yang khas pada penyajian potensi lainnya di-element Pariwisata yang  disajikan , perencanaannya bisa dimanfaatkan dengan perhitungan yang lebih akurat dan matang , guna lebih mengangkat harkat dan martabat warga penghuni (Pribumi) pantai Cipatujah itu sendiri.

Dengan  pesan pengakuan yang dirasa penulis sangat penting tersebut , jenis Usaha pembuatan Gula Kelapa seperti Kang Sutardi ini perlu dikaji dan digali lagi Potensinya lebih dalam lagi.

“Bila nanti anda berkunjung lagi ke-pantai Cipatujah cobalah mampir ketempat saya !” Pesannya ketika penulis mencoba mengakhiri bincang-bincang keberadaan usaha  keseharian Kang Sutardi sebagai Penggiat usaha dibidang Pembuatan Gula Kelapa tersebut.

Haripun semakin beranjak ketepian senja , Nampak sang mentari diufuk barat telah mulai memerah , Sepinya kunjungan  wisatawan kepantai cipatujah itu semakin kental terasa , selintas terlihat dua orang anak pantai yang sedang menggali pasir pantai mainannya ,  kebebasan  mereka bermain disana sempat tersimpulkan , fikiran penulis  disimpulkan sudah “mungkin dua orang anak itu adalah pasangan kakak-beradik  penduduk wilayah pantai sindangkerta “ yang selalu berharap agar para Orang Tua mereka dapat hidup memanfaatkan kekayaan alam yang dimilikinya bukan hanya sebuah pemandangan luas Samudra Indonesia saja  yang  hanya  jadi bahan cerita dan punya Ombak begitu Garang saja kiranya !.

Gadis-gadis kecil penghuni pantai  Sindangkerta  yang kebetulan pada  lewat akan pulang setelah disore itu mereka bermain selepas sekolahnya seharian  digaris pantai itupun terlihat dan terpantau  penulis , mereka sempat iseng ditanya oleh penulis , bahwa  Orang tua laki-lakinya (bapaknya) mereka merantau dan bekerja  ke Jakarta dan Kota Bandung sana  guna membiayai hidup mereka .

“Bukankah tanah indah pantai Sindangkerta Cipatujah milik mereka itu bisa mengerem tindakan bapak-bapak mereka untuk meninggalkan kampung halaman mereka ? dan mereka tidak akan ditinggalkan merantau para orang tua mereka? , dengan alasan clasik yang belum terjawab sampai saat ini yaitu tidak adanya penghidupan yang bisa menjamin bagi Kesejahteraan Warga penghuni Pantai Indah ditepian Samudra Indonesia tersebut?”.

Dan langitpun semakin Memerah, terlepas dari itu semua terlihat Mentari  “ dia”   beringsut pergi meninggalkan semburat  cahaya  merah merona diufuk barat langit Cipatujah ,dan  sang mentari  itu mencoba member isyarat  alam yang pasti dengan  cara melambaikan  tangannya  dan mencoba menyapa dengan kata-kata perpisahannya dengan laut dan pantai landai Sindangkerta Cipatujah yang  masih perawan  yang kini masih menunggu penanganan pariwisata yang lebih Hebat dan serius lagi.

Asep Rizal Indonesiana.Tempo.co       

 

Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler