Pantai Cipatujah;
Rasa lelah ketika menikmati perjalanan panjang antara Singaparna (Ibu Kota Kabupaten Tasikmalaya)-Pantai Cipatujah yang berjarak sekitar 70 Kilometer-an itu akan hilang seketika , ketika diri kita telah berada diakhir tujuan dimana garis pantai Samudra Indonesia itu telah ada didepan mata kita , dan kitapun akan terbius dengan keindahan pantai laut Cipatujah yang memanjang dari Wilayah Perbatasan Kabupaten Garut (diwilayah garis pantai Timurnya) sampai dengan perbatasan Kabupaten Pangandaran (diwilayah Garis Pantai bagian Baratnya) yang memanjang sekitar 45 Kilometer ketika diukur dari sepanjang harim laut garis landai pantai nan-masih perawan tersebut.
Garis pantai nan-perawan itu kini mulai menggeliat kembali “Ketenaran Ombaknya Yang Garang dan keindahannya” setelah issue miring penggalian pasir besi diawal Tahun 2010 yang lalu hampir memporak-porandakan geliat kuat semangat menghidupkan kembali kegiatan wisata dilokasi pantai yang punya beberapa lokasi indah yang bisa dinikmati oleh para Wisatawan local maupun international tersebut.
Namun terkabarkan masih ada “Keinginan” yang masih kuat dari para Spekulan yang digandeng oleh pengusaha Luar Negri (Asing) untuk kembali menghidupkan kembali galian yang telah memporak-porandakan garis pantai yang punya Kadar Pasir Besi yang konon kabarnya merupakan Jenis Pasir Besi terbaik pada Rendement Kadar pasir besi terbaik didunia tersebut.
Perlu diketahui dulu , Lokasi Pantai Cipatujah itu terletak diwilayah Pemerintahan Desa Cipatujah Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat , wilayah Kecamatan Cipatujah-pun punya sejumlah wilayah yang bisa dinikmati keindahan garis pantainya dengan karakter keindahan yang berbda satu samalainnya , diantara sejumlah wilayah garis pantai yang bisa dinikmati keindahannya adalah Wilayah Pantai Sindangkerta yang terletak dan berbatasan langsung dengan pantai cipatujah yang dimaksudkan.
Pantai Sindangkerta Cipatujah;
Lokasi pantai Sindangkerta itu terletak diwilayah Desa Sindangkerta Kecamatan Cipatujah ,pantai itu terkenal dengan Kesejukan pantainya yang berbeda dengan lokasi pantai yang lainnya , karena disepanjang pantai sindangkerta tersebut tertanami pohon bakau dan pohon-pohon khas pantai lainnya yang berukuran besar dengan umur tanaman yang terkatagorykan umur pohon tua yang bisa menciptakan lokasi pantai tersebut jadi sedikit berbeda ukuran suhu udaranya yang panas khasnya pantai-pantai didunia dan bisa dinikmati oleh para wisatawan sebagai tempat melepaskan lelah ketika melakukan perjalanan panjang untuk menuju titik pantai yang dimaksudkan para wisatawan tersebut.
Namun sayangnya , pengelolan titik pantai dan ke-khasan satu titik pantai dengan pantai yang lainnya itu belum digali dan disiasati lebih hebat lagi terutama pengelolaan dengan kucuran dana yang besar bagi infrastruktur rancang bangun lokasi Wisata pantai oleh Pemerintah kita terkait tentang hal tersebut ,bahkan salah seorang penggiat dan pemerhati lokasi Wisata pantai Kabupaten Tasikmalaya menyebutkan bahwa “Kementrian Pariwisata Indonesia belum berbuat maksimal untuk mengelola Geliat pariwisata diwilayah pantai Cipatujah kita ini , untuk menghidupkan dan mengelola lokasi-lokasi titik pantai disepanjang pantai Cipatujah dari mulai perbatasan Kabupaten Garut sampai kebatas garis pantai Kabupaten Pangandaran itu yang membutuhkan biaya besar , dengan pengelolaan asset wisata yang berkala dan berkesinambungan yang manfaatnya akan teraih bagi Kesejahteraan Warga Masyarakat pribumi dan akan jadi pundi-pundi Rupiah bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang akan bermanfaat bagi seluruh warga kabupaten tasikmalaya itu sendiri , perlu diingat oleh kita bahwa pengelolaan asset wisata yang mahal nilainya itu akan jadi manfat besar bagi pendapatan Pajak Negara Kita dari sector khusus pengolaan wisata pantai yang akan synegris dengan kemajuan perekonomian warga dimana titik lokasi wisata pantai tersebut berada !” Ucap seseorang yang mengaku warga dan pemerhati pengolaan wisata pantai digaris pantai Cipatujah yang nama dan identitasnya tidak ingin dipublikasikan oleh penulis ketika melakukan sebuah dialog kecil yang dilakukan disebuah warung kopi kecil yang terletak digaris pantai Sindangkerta Kecamatan setempat.
Cerita lain dari lawatan kepantai Cipatujah;
Melihat dan menikmati indahnya pantai nan landai disepanjang garis pantai Cipatujah itu tidak akan menghabiskan kata-kata berbingkai bahasa seni apapun , “Lagu indah dan puisi indah lainnya akan tercipta oleh para Pujangga bila tetapkan garis duduk mereka dan mencoba “ kerasan” duduk dilokasi berbagai titik garis pantai di Cipatujah ini” Hal tersebut terbersit dari fikiran sederhana penulis ketika menikmati sebuah lawatannya pada Hari Selasa (14/04/2015) yang lalu.
Butir-butir pasir dipantai Sindangkerta Cipatujah itu terlihat bak emas permata berkilauan ketika dipandang pada tengah hari yang terik , suasana Panas Mentari Khas Pantaipun merebak kebulir-bulir peluh yang merindu dendam , ketika memandang Deburan Ombak besar Khas Ombaknya samudra Indonesia yang terkenal ganas tersebut , terbersit sebuah pertanyaan dibenak penulis ,” Bisakah Warga Masyarakat disepanjang garis Pantai Cipatujah tersebut memanfaatkan tanah kelahirannya yang indah itu untuk menciptakan Kesejahteraan Hidupnya dengan tanpa dimodali oleh Negaranya?”, pertanyaan itu timbul ketika seharian penuh penulis mencoba menikmati Keindahan alam disana , ditemani Kopi pahit penulis sempat duduk disebuah bangunan yang dibangun oleh Kementrian Pariwisata Nasional dititik lokasi Wisata Pantai Sindangkerta pasca bencana tsunami pada awal tahun 2013 yang lalu tersebut.
Terlihat deretan warung-warung Kopi kecil yang dibangun warga Masyarakat yang memanfaatkan tanah pemerintah (harim laut) guna menjalankan usaha kesehariannya .
Atas prakarsa warga sekitar pantai tersebut yang terkabarkan telah melakukan koordinasi dengan pihak Pengelola bangunan yang dikomandoi Oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dengan memanfaatkan beberapa bangunan yang dinamakan Warga sekitar sebagai Bangunan Mess Pemda Pemkab setempat.
Warung-warung yang terlihat dilokasi pantai itupun tidak begitu banyak jumlahnya , Nampak suasana warung-warung kecil itupun terlihat sepi , “Mereka hanya akan panen dan hasilkan uang banyak ketika hari-hari libur besar seperti lebaran (Idul Fitri) dan liburan tahun baru itu tiba ketika para pengunjung (wisatawan local) suka datang full memanfaatkan liburannya dilokasi pantai cipatujah ini , untuk hari-hari biasa seperti sekarang ini , warung-warung kopi mereka hanya akan disinggahi oleh beberapa orang pengunjung pantai yang iseng saja mampir ngopi untuk melakukan berbagai perjalanan panjangnya!” ucapan itu dilontarkan salah seseorang pengelola asset bangunan (Mess Pemda) yang kini dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya ketika sempat menemani ngobrol dilokasi bangunan tersebut.
Cerita ; Jumpa dengan Gadis-gadis Kecil Penghuni Pantai Sindangkerta dan Tukang Sadap Gula Kelapa disana ;
Riuh –rendah suara deburan Ombak Besar dan hembusan angin kencang yang sejuk menepi ketepian pantai terasa dan ternikmati sudah , diwarung-warung kecil itupun kita bisa membeli beberapa oleh-oleh khas Pantai Cipatujah yang bernama *Gulampo , sebuah cemilan manis yang terbuat dari Gula Kelapa yang konon berkhasiat tinggi untuk sembuhkan penyakit diabetes dan penyakit Darah tinggi tersebut, dengan harga yang lumayan murah (hanya seharga Rp.15.000,-) persatu ikatnya kita akan tertemani dengan makanan khas cipatujah itu sambil menikmati Kopi Pahit dipinggiran pantai yang punya Ombak nan garang itu.
*******************************************************
*Catatan ; Gulampo itu sebuah makanan kering manis (seperti kue wajit ) yang terbuat dari gula kelapa dibulatkan diikat dan ditata sedemikian rupa dengan menggunakan bungkus dari daun kelapa muda yang telah dikeringkan , tatanannya menyerupai bungkus Gula enau namun tersusun rapi dengan nuansa traditional yang khas.
*******************************************************
Perjalanan sebuah lawatan panjang penulis ketempat wisata alam pantai tersebutpun sempat “iseng” menemui Kang Sutardi (48) seorang pelaku usaha Pembuat gula kelapa (salah sebuah bahan baku Makanan yang bernama Gulampo) yang sempat diikuti langkah perjalannya ketika dirinya sedang kebetulan lewat didepan garis pantai Sindangkerta guna menuju kekebun kelapa yang disewanya , menurutnya dia bukan Orang Asli kelahiran Cipatujah (Sindangkerta) dia mengaku bahwa dirinya merantau kewilayah Desa itu “Asal tempat tinggal saya adalah dari kabupaten cilacap jawa tengah” Jelasnya , dia hanya seorang pelaku usaha pembuat gula kelapa yang menyewa 38 batang Pohon Kelapa milik Warga asli Desa setempat , dengan uang sewa yang dibayar dengan system kontrak pertahun dengan rincian ( Rp.5000,- pertiap pohonnya ) ,”Ya…sekitar Rp.2,Jutaan lebih lah saya membayar uang sewa pertahunnya kepada pemilik pohon kelapa warga asli Desa Sindangkerta ini !” ucapnya sambil berjalan melaju ketepian pinggir pantai menuju lokasi kebun Kelapa sewaannya.
“Untuk hasil gula kelapa buatan saya itu, suka langsung dibawa oleh para tengkulak tiap harinya , saya kenal dengan peng-ijon yang suka ngasih pinjaman uang kepada saya , hitungan pinjaman uang dari Tengkulak (peng-ijon) disesuaikan dengan penghasilan Gula buatan saya pertiap harinya !” Ucapnya melanjutkan obrolan iseng tersebut.
“Rata –rata penghasilan saya mungkin sekitar Rp.100,ribuan bila dihitung Perkilo Gula yang seharga Rp.8000,- itu !” Jelasnya.
Menurut Kang Sutardi, diwilayah Desa Sindangkerta banyak yang menjalankan usaha kesehariannya sebagai pembuat gula Kelapa ,”Mungkin ada 200-san orangan mah yang menjadi penyadap dan pembuat gula kelapa didaerah Desa Sindangkerta ini !” Jelasnya pula.
Dalam hal ini , penulis berfikir bahwa hal ini (Usaha Pembuatan Gula Kelapa Warga setempat) adalah sebuah Asset yang bisa dijual pula bagi nuansa kekayaan pariwisata pantai Cipatujah guna sebuah ciri yang khas pada penyajian potensi lainnya di-element Pariwisata yang disajikan , perencanaannya bisa dimanfaatkan dengan perhitungan yang lebih akurat dan matang , guna lebih mengangkat harkat dan martabat warga penghuni (Pribumi) pantai Cipatujah itu sendiri.
Dengan pesan pengakuan yang dirasa penulis sangat penting tersebut , jenis Usaha pembuatan Gula Kelapa seperti Kang Sutardi ini perlu dikaji dan digali lagi Potensinya lebih dalam lagi.
“Bila nanti anda berkunjung lagi ke-pantai Cipatujah cobalah mampir ketempat saya !” Pesannya ketika penulis mencoba mengakhiri bincang-bincang keberadaan usaha keseharian Kang Sutardi sebagai Penggiat usaha dibidang Pembuatan Gula Kelapa tersebut.
Haripun semakin beranjak ketepian senja , Nampak sang mentari diufuk barat telah mulai memerah , Sepinya kunjungan wisatawan kepantai cipatujah itu semakin kental terasa , selintas terlihat dua orang anak pantai yang sedang menggali pasir pantai mainannya , kebebasan mereka bermain disana sempat tersimpulkan , fikiran penulis disimpulkan sudah “mungkin dua orang anak itu adalah pasangan kakak-beradik penduduk wilayah pantai sindangkerta “ yang selalu berharap agar para Orang Tua mereka dapat hidup memanfaatkan kekayaan alam yang dimilikinya bukan hanya sebuah pemandangan luas Samudra Indonesia saja yang hanya jadi bahan cerita dan punya Ombak begitu Garang saja kiranya !.
Gadis-gadis kecil penghuni pantai Sindangkerta yang kebetulan pada lewat akan pulang setelah disore itu mereka bermain selepas sekolahnya seharian digaris pantai itupun terlihat dan terpantau penulis , mereka sempat iseng ditanya oleh penulis , bahwa Orang tua laki-lakinya (bapaknya) mereka merantau dan bekerja ke Jakarta dan Kota Bandung sana guna membiayai hidup mereka .
“Bukankah tanah indah pantai Sindangkerta Cipatujah milik mereka itu bisa mengerem tindakan bapak-bapak mereka untuk meninggalkan kampung halaman mereka ? dan mereka tidak akan ditinggalkan merantau para orang tua mereka? , dengan alasan clasik yang belum terjawab sampai saat ini yaitu tidak adanya penghidupan yang bisa menjamin bagi Kesejahteraan Warga penghuni Pantai Indah ditepian Samudra Indonesia tersebut?”.
Dan langitpun semakin Memerah, terlepas dari itu semua terlihat Mentari “ dia” beringsut pergi meninggalkan semburat cahaya merah merona diufuk barat langit Cipatujah ,dan sang mentari itu mencoba member isyarat alam yang pasti dengan cara melambaikan tangannya dan mencoba menyapa dengan kata-kata perpisahannya dengan laut dan pantai landai Sindangkerta Cipatujah yang masih perawan yang kini masih menunggu penanganan pariwisata yang lebih Hebat dan serius lagi.
Asep Rizal Indonesiana.Tempo.co
Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.