x

Iklan

sampean

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dunia di Kisaran Panggung Hiburan

Realitas panggung hiburan adalah realitas yang dicipta dari kenyataan di ranah sosial. Lalu ditampilkan dalam lakon kepalsuan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pengaruh panggung hiburan dalam masyarakat begitu kuat. Terkadang artis dan realitas panggung hiburan diasosiasikan kepada yang nyata. Bagaimana tidak, penjaga warung saja begitu terlarut dalam ralitas sinetron.  Aku dihentakkan panggilan histeris si penjaga warung “ada Tristan” pemeran ganteng-ganteng Serigala. Aku kaget dengan panggilan itu “aaa….!!! Siapa itu Tristan?”. Orang sekitar ku melirik dan menatap ku baik-baik. Si pemilik warung memandang ku dengan nanap dan terus bertutur “kamu kok, mirip sekali sama Tristan pemeran Ganteng-ganteng Serigala di SCTV itu Lho….”. aku merasa gugup berada di antara orang yang memandangi ku. aku berbisik dalam hati “Wouw… aku ganteng ternyata mirip artis sinetron”. Setelah itu, aku beranjak pergi sambil membawa lauk yang aku pesan.

 
Apa yang aneh dari realitas di atas? Sejatinya, realitas keberadaan tersebut memiliki kedekatan realitas pada panggung hiburan. Realitas panggung hiburan adalah realitas yang dicipta dari kenyataan di ranah sosial. Lalu ditampilkan dalam lakon kepalsuan. Dunia panggung hiburan ditampilkan seolah menjadi nyata. Kemudian, dijadikan rujukan atau representasi kesempurnaan kenyataan yang diyakini kebenarannya. Tak ayal, pesona para aktor dijadikan figur atau sosok ideal dalam laku sosial dan mesti diikuti. Alhasil panggung hiburan menciptakan masyarakat tontonan. Realitas masyarakat menjadi hibrid (kerdil) dan jumud. Sebab kehidupan masyarakat ibarat sebuah panggung hiburan seperti laku-laku sang aktor.
 
Gaya kehidupan masyarakat mudah diterka karena senantiasa mengikuti perkembangan model kehidupan dalam panggung hiburan seperti kehidupan Tukang Bubur Naik Haji di RCTI, Ganteng-Ganteng Serigala di SCTV, Stand Up Comedy di Metro TV, Facebooker di ANTV, Indonesia Lawak Club di  TRANS 7, Parodi Korupsi di berbgai Stasiun Berita di TV One dan Metro TV, Kuis 2 milyar di ANTV, Horor di film layar lebar, Suster Ngesot, Super Hero, Aliens, Akademi Fantasi di IndosiarRealitas panggung hiburan tersebut sangat mudah didapatkan dalam masyarakat. Terkadang setiap genre, sekual, dan karakter tokoh menghadirkan komunitas-komunitas sesuai gendre film, karakter tokoh yang dihadirkan panggung hiburan. Maka, panggung hiburan mengukuhkan tokoh-tokohnya sebagai figur yang patut dicontoh, diikuti, dan representasi kesempurnaan.
 
Tidak perlu heran ketika menemukan komunitas-komunitas yang menyerupai gaya sang Atris sebagai idola. Cara berpakaiannya pun ditiru secara buta. Masih terasa dalam ingatan ramadan Tahun lalu (2014) di daerah Bulukumba  para perempuan mengenakan model Jilbab dan mukena mengikuti Gaya Syahrini, dan Dewi Persik dalam satu lapangan. Inilah realitas serupa tapi tak sama. Lihatlah orang-orang di sekitaran anda begitu banyak komunitas fans clubsang Artis seperti fans club Chibi-Chibi ketika berfoto selalu ikutan bergaya mirip sang idola. Lihat pula teman-teman anda bergaya alay ketika menemukan tempat bagus pasti selalu berfoto selfiatau tiba-tiba bergoyang Bang Jali, Goyang Sesar dan Ala Maichel Jakson. Terkadang asyik juga menyaksikan tingkah mereka, soalnya cita-cita mereka belum kesampaian jadi artis. Mungkin stasiun teve lagi pada sibuk kali yah….  Artis-artis ini luput diliput.
 
Pada dasarnya panggung hiburan adalah realitas kepalsuan dan kepura-puraan. Kenyataan tidak pernah tampak sebagaimana adanya karena kenyataan dihadirkan tiruan dari kehidupan. Lancung malulu ditampilkan.  Apa indahnya menonton pernikahan Raffi Ahmad super mewah seharian! apa gunanya menyaksikan Ashanty  istri Anang Hermansyah Melahirkan! Apa pentingnya mendegar cermah ustads di teve yang hanya terpaku pada layar di depannya seolah-olah menghafal ayat al Quran dan Hadist dan Asyik mempermainkan agama sebagai Barang dagangan. Apakah wajar pemirsa disuguhkan pameran kekayaan artis dengan harga nominal pakaian mereka! Bukan lagi rahasia, teve sangat antusias menyiarkan pameran kekayaan antara Bella Shopie dan Roro Fitria dengan isi tabungan mereka masing-masing. 
 
Ternyata para pemirsa! kita disuguhkan dengan peluruhan kebenaran. Kebenaran diukur pada pencapaian material dan eksistensi tubuh. Mungkin benar adanya apa yang diutarakan St Sunardi bahwa tubuh merupakan representasi kenikmatan paling nyata. Tubuh yang dipoles dengan balutan make up,  tubuh yang dililit dengan kain sutra berhias mutiara dan tubuh dipersentuhkan dengan daging. Pamor pun dicapai dengan keningratan pengalaman kebertubuhan.
Bagaimana tidak, kehidupan glamour yang dipertontonkan oleh para artis sudah diluar kendali kehidupan normal. Tak ayal tubuh mereka disewakan untuk mendapatkan kenikmatan semalam sebagai pundi-pundi pemasukan. Kesemuanya dilakukan untuk menopang persainganfashion dan Style di kalangan mereka yang berbiaya besar. Itulah yang menerpa Artis bernisial “AA” dan lain-lain. Kejadian yang menimpa “AA”, publik pun digegerkan dengan praktik prostitusi melibatkan para artis  pengusaha, dan pejabat negara.
 
Kasus “AA” hanyalah bagian terkecil perilaku yang tak senonoh para artis panggung hiburan di Indonesia. Masih segar di ingatan kita kasus yang menimpa Ahmad Fathana melakukan pencucian uang dengan perempuan-perempuan cantik di sekitarnya. Lihat saja film Ariel Noah Band bersama Luna Maya dan Cut Tari yang memerangkan film porn. Perilaku-perilaku semacam ini adalah hal lumrah di kalangan mereka. Jadi, Tak perlu risau dan kaget kalau ada kejadian seperti ini karena itu memang dunianya. Bisa jadi apa yang dikatakan Nikita Mirzani benar adanya  bahwa tindakan seperti itu wajar-wajar saja sepanjang tidak mengganggu kehidupan orang lain (kapanlagi.com). Mungkin itulah dunia di atas panggung. Penuh dengan sandiwara, Layakkah dijadikan figur ketika hidupnya penuh dengan glamour, harta melimpah, suka menyumban di bulan ramadhan, gonta ganti pasangan dan skandal seks. Mungkin itu sosok figure yang di idealkan oleh panggung hiburan. Dunia panggung yang dicipta manusia hasil cecap dari kebudayaannya sendiri.
 
 Yahh…..mungkin penulis terlalu sirik dengan kehidupan mereka hidupnya tak karuan itu..Hiks..hiks..hiks…. dan bisa jadi jika penulis dipanggil jadi Aktor juga ikut nimbrung disana.. wk..wk.. tapi, mana mungkin, muka saja pas-pasan.
 
Oleh : Sampean
Apa yang aneh dari realitas di atas?

itu lebih Lengkapnya silahkan kunjungi link ini http://sampeanisme.blogspot.com/2015/05/dunia-di-atas-panggung.html

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik sampean lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler