x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Digitalisasi Koleksi Buku Bung Karno

Kemajuan teknologi semestinya dapat dimanfaatkan untuk menggali lebih banyak manfaat dari buku-buku koleksi Bung Karno.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dari Bengkulu tersiar kabar bahwa kondisi ratusan buku koleksi Bung Karno selagi diasingkan di wilayah ini semakin buruk. Jamur menyerang kertas dan merusaknya. Debu, udara lembab, serta suhu tempat penyimpanan yang tidak pas memudahkan jamur berkembang. Begitu pula bookworm yang memakan kertas.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi mengambil prakarsa untuk membersihkan buku-buku itu agar tidak hancur dengan bertambahnya usia. Tentu saja, ini pekerjaan yang akan memakan waktu, sebab pembersihan dengan larutan kimia harus dilakukan halaman demi halaman. Dengan cara inilah, nilai historis buku-buku itu diharapkan tidak akan musnah karena kertasnya habis dimakan jamur.

Prakarsa konservasi ini patut diapresiasi karena usia warisan bersejarah itu dapat lebih panjang. Masyarakat pun dapat mengetahui karya apa saja yang dibaca oleh Proklamator ini. Masyarakat dapat mengenali siapa penulis buku-buku koleksi Bung Karno, keluasan minat pemimpin ini—politik, ekonomi, sosiologi, flsafat, subyek lainnya, maupun bahasa apa saja yang dimengerti Bung Karno.

Namun begitu, tingkat keterbacaan kandungan buku ini bakal rendah, sebab masyarakat tidak dapat membaca isinya dengan alasan agar buku tidak rusak, maka buku tidak boleh dipinjam. Hanya dipajang. Padahal, dengan membaca isi buku, masyarakat dapat mengetahui pemikiran yang mengilhami, memengaruhi, dan memberi spirit kepada Bung Karno

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Agar kandungan buku dapat dibaca banyak orang dan kondisi buku asli tetap terpelihara, digitalisasi dapat menjadi jalan keluarnya. Kemajuan teknologi semestinya dapat dimanfaatkan untuk menggali lebih banyak manfaat dari warisan intelektual itu.

Digitalisasi buku koleksi Bung Karno dapat dikerjakan terutama untuk karya atau judul-judul yang sudah tidak dicetak ulang, langka, ataupun sulit didapat. Misalnya saja, tidak ada dalam koleksi Proyek Gutenberg.

Tentu saja, upaya digitalisasi harus tetap memperhatikan isu hak cipta. Walaupun sangat mungkin buku-buku bacaan Bung Karno kini sudah termasuk dalam ranah publik layaknya buku-buku yang masuk dalam koleksi Proyek Gutenberg. Bila buku-buku hasil digitalisasi ini ditempatkan di server yang dapat diakses oleh masyarakat luas, pembacanya akan semakin banyak—terutama untuk buku-buku berbahasa Inggris. Bukan hanya mereka yang sempati berkunjung ke Bengkulu, tapi masyarakat yang tinggal di Jayapura, Menado, Kupang, ataupun Wonogiri.

Ikhtiar digitalisasi ini akan semakin bagus bila mencakup pula buku-buku koleksi Bung Hatta yang dikenal sebagai kutu buku. Juga Bung Sjahrir, serta sosok-sosok perintis dan pendiri negeri ini, seperti Mohammad Yamin, H. Agus Salim, I.J. Kasimo, dan banyak lagi. Bagi para peminat studi sejarah maupun sejarah pemikiran, tersedianya koleksi digital bacaan para founding fathers ini dapat menjadi bahan kajian yang berharga. (sumber foto: muesumindonesia.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler