x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Blitar Bergetar Surabaya Berjaya

Tempat kelahiran Bung Karno sang proklamator menjadi polemik. Fakta sejarah kelahiran versi Blitar atau versi Surabaya menuai beberapa tanggapan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hikayat Blitar dan Bergetar

"Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran proklamator kita, bapak bangsa kita, Bung Karno, hati saya selalu bergetar," kata Jokowi.

Mungkin pembuat naskah pidato Jokowi berniat membuat sambutan Presiden bernada agak puitis dengan menggunakan akhiran TAR. Hal itu dilakukan sehubungan menurut data sejarah milik mereka Bung Karno di lahirkan di Blitar. Maka dilakukan lah studi ke Kamus Umum Bahasa Indonesia terkait dengan semua kata yang berkahiran TAR dari A sampai Z.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ternyata cukup banyak ditemukan kosa kata yang berakhiran Tar. Namun kemudian yang di gunakan hanya kosa kata Bergetar. Padahal di sana ada kosa kata entar, gemetar, halilintar, ketar, lontar, mistar, pintar.dan sebentar .

Tapi sudahlah kesalahan itu sudah terjadi karena menurut catatan sejarah Bung Karno dilahirkan di Surabaya, dan dimakamkan di Blitar. Yang jelas Presiden telah menyampaikan sambutan dengan nada sendu sedikit berpuitis. Rekaman pidato itu abadi di Youtube sebagai saksi sejarah nanti.  

Mana yang benar mana yang salah tentang tempat kelahiran harus diluruskan secara resmi oleh pemerintah. Pembuktian sejarah harus sesuai dengan kaedah penentuan suatu kebenaran. Paling tidak harus ada 2 bukti. Bukti pertama akte kelahiran dan bukti kedua adalah saksi hidup yang bisa menyatakan bahwa Sukarno sebenarnya dilahirkan di Blitar atau di Surabaya. 

Setelah ada revisi polemik sejarah tempat kelahiran Sang Proklamator, tahun depan ketika Presiden menyampaikan lagi pidato memperingati hari kelahiran di Surabaya tempat kelahiran Bung Karno maka teks sambutan bernada puitis itu berbunyi : Setiap kali saya berada di Surabaya,  kota kelahiran proklamator kita, bapak bangsa kita Bung Karno,  hati saya selalu berjaya" 

Sebagai penutup mari kita bergembira ria melihat sisi humaniora dari peristiwa yang menghebohkan atau menggegerkan rakyat pada skala tertinggi tingkat nasional. Sisi kemanusiaan itu bisa saja ketika sobat bisa membantu merangkaikan kata berakhiran Tar (altar, entar, gemetar, halilintar, ketar, lontar, mistar, pintar.dan sebentar), dalam satu puisi . Maksud dan tujuan kreasi puisi itu  tidak lain untuk membantu juru tulis pembuat naskah pidato Presiden agar bunyi sambutan lebih cetar membahana,… 

Sebagai pemancing kiranya berkenan menyimak satu paragraf kreasi awak satu karya puisi nan  mendayu bernada sendu : " Lutut saya gemetar bak di serang halilintar serasa dipukul daun lontar selebar mistar walau hanya sebentar ketika berada di depan altar" 

Salam salaman

TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler