x

Iklan

arie firdaus

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menjual Miskin

Ironi ketika pembelaan justru terlontar dari mulut para pengurus sepak bola,dahulu bahkan seperti menutup kuping saat klub-klub berjamaah menunggak gaji.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Barangkali tak ada orang yang kepengin miskin. Kalaupun ada, tentu tak ada salahnya. 

Yang salah, kata seorang teman, jika kemiskinan itu dijual. Dimanfaatkan untuk kepentingan pihak tertentu.

Saya jadi teringat wisata kemiskinan yang pernah ada di Jakarta beberapa waktu lalu. Segerombolan warga negara asing berkeliling perkampungan kumuh di ibu kota. Berinteraksi. Terkadang, mereka memberi bantuan sembako kepada penduduk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam sebuah berita, penggagas wisata itu lebih suka menyebut diri mereka sebagai relawan. Lantaran sebagian dari penghasilan bakal disisihkan untuk warga kampung yang dikunjungi. 

Namun, ledek sang teman ketika itu, bukannya membantu tak memperkaya diri?

Motif dalam perkara bantu-membantu memang sebuah misteri. Mengutip perkataan Pak Ustad pada suatu waktu: ‘Hanya Tuhan dan orang yang membantu yang tahu.” Sisanya, tetap menjadi rahasia.

Karena penuh misteri, wajar muncul praduga buruk bagi yang menyaksikan. Tak jarang pula muncul sebutan "pahlawan kesiangan".

Tak ubahnya sikap pengurus sepak bola Indonesia saat ini. Ketika mereka berkoar-koar membela para pesepakbola usai kompetisi dihentikan –justru oleh mereka sendiri. 

Dapur tak lagi ngebul, demikian argumen salah seorang dari mereka. Ada yang disebut kembali bertani atau menjadi nelayan. 

Sebagai pribadi, saya tentu prihatin. Karena, tak ada orang yang pengin kehilangan mata pencarian. Termasuk saya.

Menjadi ironi, karena pembelaan itu kini justru terlontar dari mulut para pengurus sepak bola. Mereka yang dahulu bahkan seperti menutup kuping saat klub-klub berjamaah menunggak gaji. Mereka yang juga tak mampu bersikap tegas dengan alasan ingin tumbuh bersama. 

Ah, saya ingin berbaik sangka kali ini, kawan. Syukur-syukur pembelaan itu murni sebuah niat baik. Sekaligus titik awal pemihakan para pengurus kepada sepak bola.

Kalau tidak? Sebaiknya mereka bangun pagi. Agar tak kesiangan. Tak etis menjual kemiskinan.

Ikuti tulisan menarik arie firdaus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB