x

Iklan

Wulung Dian Pertiwi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Laut Sabang, Catatan-catatan Seorang Urban – Benteng-benteng

Catatan saya tentang Laut Sabang kali ini soal kekayaannya yang beberapa bahkan menyelamatkan darat dari dahsyatnya tsunami 2004

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Khas, ringkih, mungil, tapi dalam koloni, gelombang sedahsyat tsunami akan terurai menjadi kekuatan lebih kecil. Khas karena hanya ada di perairan tertentu, ringkih karena gampang terganggu, dan mungil karena kisaran ukurannya mili. Itu karang. Bersama pola dasar laut cenderung curam dan belantara bakau, terumbu karang meredam kekuatan tsunami 2004 sehingga Sabang terhindar dari kehancuran atas ijin Tuhan. Sabang dipelukan benteng-benteng alam.  

Ibarat hambatan, benteng-benteng alam mengurangi besar energi tsunami yang menghantam daratan Sabang. Saking berlapisnya ‘halangan’ yang dilalui tsunami, maka kekuatan gelombang mengecil hingga sampai ke tanah Sabang sekedar air pasang. Itu utak-atik logis musibah dulu versi saya yang awam.

Dari data batimetri atau peta ukuran kedalaman laut, kita langsung tahu sisi Barat Pulau Weh, atau sisi pertama terhantam gelombang tsunami, berupa lereng-lereng curam. Nalarnya energi gelombang yang menabrak bentukan vertikal atau tegak lurus terbagi, diteruskan ke bagian atas, atau menuju permukaan pulau, serta ke bagian bawah, atau menuju dasar laut. Komponen kedalaman atau ketinggian menyusutkan kekuatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beda cerita gelombang besar yang sampai ke daratan dengan pola dasar laut landai. Komponen pemecah energi nyaris nihil karena tidak ada tinggi atau kedalaman, akhirnya kekuatan gelombang cenderung utuh diteruskan ke permukaan sehingga yang tampil adalah gelombang tinggi berarus kuat. Setahu saya, dari peta kedalaman laut, daerah-daerah yang luluh lantak karena tsunami, berpola landai.

Energi tsunami, yang sudah berkurang akibat pola curam, masih dihadang hamparan terumbu karang dekat pantai-pantai Sabang. Lagi-lagi ini komponen pengurang kekuatan energi gelombang. Saking sehat dan melimpahnya terumbu karang di perairan Sabang, gelombang tsunami analog dengan banjir bandang yang harus melewati belantara hutan dengan pohon-pohon besar. Kekuatan tsunami susut, kembali berkurang.

Terumbu karang itu berkah perairan tropis, menurut saya. Karang hewan laut kerabat ubur-ubur, yang salah satu jenisnya menghasilkan terumbu, atau struktur keras hasil metabolisme tubuh. Jenis ini perlu sinar matahari demi fotosintesa, sehingga terumbu karang lazim tumbuh di perairan tropis yang dangkal. Sabang, dan Indonesia umumnya, termasuk sedikit perairan dunia yang dianugerahi Tuhan hamparan terumbu karang.

Catatan tambahan saja, dunia mengenal Segitiga Karang. Negara-negara pemilik dinamai CT6 (Coral Triangel 6) yaitu enam negara pemilik kawasan Segitiga Karang yang menjadi aset dunia. Area ini begitu dilindungi sampai disebut Amazon Laut saking beranekanya keragaman hayati. Segitiga Karang berupa 29% luasan terumbu karang dunia, dimana terdapat 76% spesies karang juga 37% spesies ikan karang dunia. Indonesia adalah salah satu CT6 selain Kepulauan Solomon, Papua Nugini, Timor-Leste, Philipina, dan Malaysia.

Satu lagi benteng Sabang adalah hutan bakau. Tidak seluruh pantai Sabang ditumbuhi bakau memang, karena tempat hidup tanaman ini khas. Paling tidak, beberapa daratan yang berdekatan dengan hutan bakau, jelas selamat tak tersentuh dahsyat gelombang. Sayangnya tidak sedikit luasan hutan bakau berkurang di Sabang akibat tsunami 2004 sampai-sampai, hingga hari ini, program-program penanaman kembali terus diupayakan.

Ikuti tulisan menarik Wulung Dian Pertiwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu