x

Iklan

Wulung Dian Pertiwi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Laut Sabang, Catatan-catatan Seorang Urban - Nirwana

Judul ini gambaran titik-titik selam di Laut Sabang yang baru populer kurang lebih dua puluhan, padahal potensinya ratusan, menurut para penyelam.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ikan-ikan badut meliuk lincah di rumpun mawar atau anemon, sekali nampak, sekali lenyap, dalam hamparan. Jika diam sebentar berarti sedang menikmati hidangan, selebihnya tubuh mungil bercorak jingga dan putih, bergaris hitam atau kemerahan melesat tempat ke tempat yang berdekatan. Selang jarak, raksasa ‘bersayap’, si pari manta, lalu lalang ‘beterbangan’, sementara kerabat kecilnya yang bertotol biru, bermalas-malas di dasar lalu malu-malu menyelinap di hutan terumbu karang. Para perenang handal acuh melintas, adalah kakap-kakap, sesekali penyu-penyu tua. Sejak kedalaman 8 meter, tidak jauh di Ujung Batee Meuronron, kita bisa menyaksikan itu tanpa mendekat sekalipun, karena visibility atau jarak pandang, yang ditentukan kejernihan air, mencapai 20 meter.

Ke Barat Laut, hampir ujung Utara Pulau Rubiah, si kulit perak, para trevally hilir mudik. Ini ikan santapan favorit sehingga sering di permukaan, kapal-kapal pemancing mengapung-apung, sabar menanti. Ujung Utara Pulau Rubiah banyak didatangi penyelam pemula karena nyaris tanpa arus. Penawaran istimewa tambahan adalah pengalaman pertama dikelilingi hiu-hiu. Maksud saya hiu-hiu botol yang relatif kecil, ukuran kurang lebih 1 meter saja. Jenis ini pemangsa cumi-cumi, gurita, juga penduduk terumbu karang lainnya, dan yang terpenting, aman bagi penyelam. Hiu botol bukan tipe agresif. Sebenarnya, setahu saya, naluri hiu memburu selain mangsanya hanya muncul saat mencium amis darah.

Ke kanan sembilan puluh derajat, atau menuju Timur Laut dari Rubiah Utara, ada Arus Balee. Seperti namanya, di titik ini, arus air memang seperti berputar atau berbalik. Jangan panik, nikmati saja lambaian gorgonian-gorgonian si cambuk laut, juga sambutan belut-belut langsing warna biru metalik. Yang saya sebut terakhir, jadi sebab titik ini terkenal dengan nama lain Blue Ribbon Eels Garden alias Taman Belut Pita Biru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu Seulako Drif, tepat di Tenggara Pulau Seulako, tetangga Pulau Rubiah. Sepanjang tahun tanpa khawatir pengaruh musim pada arus air, titik ini aman diselami. Seulako Drift menyuguhkan taman dengan ragam koloni, ada karang keras, karang lunak, juga kipas-kipas.

Sedikit ke Utara, titik Batee Tokong. Ini dia site (titik) penyelaman tergolong idola. Pengalaman nyaris lengkap di sana, mencakup suguhan pemandangan unik dan biota khas. Bukit kecil menyembul dari dasar diteruskan sebidang dinding menjulang 20 meteran. Banyak penyelam, terutama yang telah berkali mendatangi Tokong, sepakat menyematkan nama tambahan, Istana Moray. Berjenis-jenis belut laut atau moray memang sering terlihat di Tokong, dari si mata putih, zebra, honeycomb, fimbriated, kepala kuning, mulut putih, juga blue ribbon. Kalau sedang beruntung, penyelam sekaligus bisa jadi saksi hiu-hiu black tip, dengan ciri khas rupa hitam di pucuk sirip-sirip, berlalu lalang.

Hampir lurus sebelah Barat, mendekati daratan utama, tepatnya Ujung Sirawan, adalah titik selam Batee Gla. Para pemandu akan menerjemahkan secara internasional menjadi slippery rock karena memang kekhasan titik ini berupa susunan bebatuan di kedalaman 18 meter, sepanjang 40 meter lebih kurang. Batu-batu terhimpun membentuk tebing dan terkesan mudah tergelincir atau licin hingga muncul kata slippy. Jangan lupa mengawasi kanan-kiri karena bisa saja pasukan bumphead parrotfish melintas. Tidak ada yang perlu ditakutkan, sebenarnya. Hanya saja besar ikan kakak tua jenis ini yang bisa mencapai 50 kilogram lebih dengan panjang 2 meteran perlu diperhitungkan, apalagi nyatanya mereka gemar bepergian dalam pasukan.

Saudara bumphead, yaitu humphead wrasse, senang mengarungi sisi lain pulau, tidak jauh dari Batee Gla. Telusuri saja tepi daratan, maka setelah alur melengkung, perjalanan sampai. Titik ini dinamai Pante Ie Deue dalam Bahasa Aceh, yang berarti pantai air dangkal, tapi perlu penyelaman 25 meter lebih untuk menemukan ikan napoleon, atau si humphead, di sela taman terumbu karang, kipas-kipas, dan spon laut.

Bergeser ke Tenggara, ada Pante Aneuk Seuke yang sibuk. Mirip kota kecil, titik penyelaman ini seperti hendak memamerkan beragamnya kehidupan dalam Laut Sabang. Ada hiu-hiu, kawanan barakuda, pasukan napoleon, raksasa-raksasa belut laut, ‘bibir seksi’ sweetlips, sampai pari berbagai jenis yang seperti lebih mahir terbang ketimbang berenang, saking gerak naik turun lengan-lengannya yang khas. Hati-hati dan ekstralah waspada berada di antara kerumunan.

Nikmati hingar bingar ‘kota’ yang makin dramatis dengan latar tebing menjulang. Berada di lereng tebing tinggi, seolah titik penyelaman ini ada di dalam jurang, lalu muncullah nama Canyon dari para penyelam asing. Mereka tentu lebih mudah melafal Canyon ketimbang Pante Aneuk Seuke, jadilah titik ini terkenal juga dengan site Canyon.

Turun ke bawah, jika melihat peta, setelah Ujung Mengulung dan Ujung Raya, ada lagi titik penyelaman ramai biota, mirip Canyon, yaitu Pante Peunateung. Di sana ada gerombolan hiu black tip sekaligus kembarannya si white tip, barakuda, sweetlips, para pari, bumphead parrotfish, napoleon, penyu, belut-belut, gurita, lobster, trevalli, juga ikan-ikan karang yang kecil. Ramai, bak metropolis. Satu lagi titik penyelaman di sisi Barat Sabang dengan ragam biota tak kalah tinggi, ialah Long Angen.

Tiga titik penyelaman di sisi Barat yang sarat ragam biota, yaitu Canyon, Peunateung, dan Long Angen, menjawab minimnya kerusakan di Pulau Weh saat hantaman tsunami 2004, menurut saya. Berlimpahnya biota karang tidak akan jauh dari terumbu karang sehat, dan salah satu peran terumbu karang sehat adalah benteng pulau dari amukan gelombang. Maka, dipilih Tuhan sebagai salah satu dari sedikit perairan dunia yang memiliki terumbu karang, seyogyanya maha keberkahan bagi Indonesia, termasuk Sabang.   

Langsung ke Selatan dan paling Selatan, sebelah Selatan pelabuhan penyeberangan di Teluk Balohan, ada Batee Meuduroo. Table coral atau karang meja mendominasi kawasan ini di antara kawanan pari, pasukan napoleon, gerombolan hiu, juga koloni barakuda yang hilir mudik. Terlihat ramai dan riuh. Mesti ekstra waspada di sini karena selain menghadapi kawanan besar, titik ini berarus kuat.

Bergerak melingkar ke kanan dari Selatan adalah perairan Timur Pulau Weh bertipe landai dengan dominasi taman terumbu karang. 2010, pantai Timur Pulau Weh resmi menjadi cagar laut berstatus KKLD atau Kawasan Konservasi Laut Daerah. Ini satu dari dua cagar perairan yang dimiliki Sabang, selain Taman Wisata Alam Laut Rubiah di perairan Barat bagian atas, yang lebih tua, dibentuk pada 1982.

Sabang masih punya kapal karam sebagai site selam. Baru bangkai Sophie Rickmers di Teluk Pria Laut dan bangkai tugboat di Teluk Sabang yang populer menjadi tujuan. Potensi site tipe ini jauh lebih banyak sebenarnya, menurut penyelam-penyelam senior, mengingat Sabang punya sejarah menjadi palagan pertempuran imbas Perang Pasifik dulu. Titik penyelaman bangkai kapal selalu berarti kekayaan ganda karena selain akhirnya mirip terumbu karang buatan menjadi tempat hidup biota-biota, ada sisi sejarah sebagai aset ilmu tak ternilai mahalnya.

Tidak jauh dari titik Sophie Rickmers, gelembung-gelembung gas muncul dari dasar menjadi keunikan, masih ditambah pengalaman menyelam di air hangat. Sebenarnya bukan disana saja, hampir di sekeliling Pulau Weh kita bisa menemukan fenomena sama. Sepertinya ini bukti teori Sabang adalah gunung api yang tenggelam ke lautan, sementara daratannya adalah dasar laut yang terangkat ke permukaan. Sekaligus harta ilmu geologi bukan? Sepakat ya, kalau Sabang kaya.

Hari ini, saya tulis kekayaan Laut Sabang yang ibarat surga dunia selam. Esok, saya ingin dua putri kecil saya masih bisa bercerita sama pada penerus-penerusnya. Kalaupun tidak, semoga mereka bisa mengenang legenda kekayaan tanahnya, meski sekedar lewat deret aksara warisan  dari saya.

Ikuti tulisan menarik Wulung Dian Pertiwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler