x

Petenis Swiss, Roger Federer merayakan kemenangannya atas Andy Murray dari Inggris dipertandingan semifinal tunggal putra All England Lawn Tennis Championships di Wimbledon, London, 10 Juli 2015. Federer unggul tiga set langsung 7-5 7-5 6-4. REUTERS/

Iklan

Toriq Hadad

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tujuh Alasan Mengapa Federer Menyulitkan Djokovic

Kalau saja Federer bisa melakukan servis sebaik ketika ia menaklukkan Andy Murray di semifinal, Roger punya peluang meraih juara mengalahkan Djokovic di .

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

ANALIS Jason Le Miere yang menulis untuk The Guardian memprediksi Djokovic akan menang dalam lima set –artinya menang 3-2 –dalam final Wimbledon mala mini.

Kalau saja Federer bisa melakukan servis sebaik ketika ia menaklukkan Andy Murray di semifinal, Roger punya peluang meraih juara. Servis sebaik Roger ketika melawan Murray akan sulit dikembalikan bahkan oleh petenis sekelas “jago menghadang servis” seperti Djokovis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Djokovic, yang sering dilanda frustasi dalam poin-poin penting, akan menang kalau saja dia bisa memanfaatkan kesegaran fisiknya –dari perbedaan usia 5 tahun dengan Federer. Jadi Djokovic mesti main dalam set-set panjang kalau mau menguras tenaga Federer. Semakin panjang pertandingan, peluang Djokovic menang semakin terbuka.

Kalau Djokovic menang, ia akan menyamai rekor pelatihnya, Boris Becker, dan petenis “urakan” John McEnroe, yang meraih tiga kali gelar Wimbledon.

Tapi Chris Chase, analis yang menulis untuk USA Today, memegang Roger Federer kali ini. Dia bahkan punya sepuluh alasan mengapa Federer akan menang malam ini.

Federer sangat berpengalaman. Final mala mini merupakan final yang ke-9 untuk Roger, dengan 48 jam di final dalam sepuluh kali penampilan. Dia memenangkan 17 gelar grand-slam. Dia juga pernah memegang peringkat 1 dunia selama 302 minggu. “Roger tak pernah bermain sebaik ketika mengalahkan Murray di semifinal. Padahal Murray bermain di kandang sendiri. Kalau saja Federer bermain 80 persen saja dari level itu, dia tak akan tertahankan,” ujar Chase.

Mengapa? Ini tujuh dari 10 alasan Chris Chase.

Pertama, servis Federer benar-benar tak bisa dihentikan. Di semifinal, Roger memenangkan 84 persen servis. Murray hanya bisa sekali mematahkan Roger (break-point). Kalau Roger bisa melakukan hal yang sama melawan Djokovic, maka dia akan menyulitkan petenis nomor 1 asal Serbia itu.

Kedua, pukulan back-hand Federer sama kerasnya dengan pukulan servis. Federer selalu “menari” di lapangan rumput, dan itu luar biasa untuk pemain se-usia dia. Dia akan menghunjamkan back-hand yang sangat keras, dan itu mengingatkan orang pada pemain-pemain yunior yang memiliki backhand sangat keras.

Ketiga, konsentrasi Federer telah kembali. Setelah kalah pada 2013, Roger memperbaiki kegagalannya untuk melakukan break-point –mematahkan servis lawan untuk mengambil angka. Ketika melawan Murray, Roger memiliki kesempatan 10 kali melakukan break-point dan berhasil mengambil 3 angka dari kesempatan itu.

Keempat, Federer lebih yakin menang melawan Djokovic, lebih yakin dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang tahun lalu, Federer dan Djokovic berbagi angka 2-2. Federer menang di Dubai dan Shanghai, tapi Djokovic membalasnya di Indian Wells dan lapangan tanah liat Roma. Kelihatannya sekarang giliran Federer lebih beruntung di grand-slam.

Kelima, Federer sudah melewati 10 semifinal di Wimbledon tanpa terkalahkan. Ini rekor yang sangat fantastis.

Keenam, tak seorang pun mampu mengulangi menjadi juara Wimbledon sejak Federer melakukannya pada 2007.

Ketujuh, Djokovic seringkali kurang percaya diri. Itu sebabnya dia merekrut Boris Becker sebagai pelatihnya, untuk memperbaiki aspek mental ini. Djokovic memenangkan 4 gelar antara awal 2011 sampai awal 2012, tapi dia kemudian menurun tajam dalam lima dari enam kejuaraan yang dia ikuti, termasuk Prancis Terbuka 2012 sampai 2014. Pada 2015, di Prancis Terbuka, di mana dia difavoritkan juara, Djokovic justru kalah dari Stan Wawrinka dari Swiss.  Kalau di final Wimbledon keadaan ini terulang, Djokovic bisa sangat menderita.

Sebaliknya, kalau Djokovic mampu bermain selama mungkin, Federer yang akan merana. ***

TH, dari berbagai sumber

 

 

Ikuti tulisan menarik Toriq Hadad lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu