x

Iklan

Yos Rizal Suriaji

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Liga Para Istri

Daya bujuk para istri pemain bola hari-hari belakangan ini mengubah peta transfer pemain bola dunia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di panggung hiburan di Spanyol, Edurne Garcia Almagro menjadi magnet. Profesi Edurne: penyanyi pop, aktris dan presenter televisi. Umurnya, 30 tahun. Ketika menyanyi, gaya bergoyangnya mengingatkan pada penyanyi R&B Amerika Serikat, Beyonce. Ia telah mengeluarkan empat album rekaman.

Apa hubungan Edurne dengan sepakbola? Sebetulnya tak ada. Dunia Edurne sepenuhnya di hingar bingar musik dan televisi. Ia terkoneksi dengan sepakbola hanya lantaran ia menjadi kekasih David De Gea, kiper klub Manchester United. Kehadirannya di depan publik menemani De Gea pun bisa dihitung dengan jari: di awal, akhir atau saat jeda musim.

Kendati jarang muncul, Edurne dinobatkan sebagai WAG’s, istri atau kekasih pesepakbola, paling stylish pada 2013, berdasar polling Marca dan Sport.es. Ia juga menjadi satu di antara 10 WAG's terseksi berdasar pemungutan suara yang dibuka Sports Illustrated dan majalah pria dewasa, Maxim. Setiap mengunjungi De Gea, ia datang menggunakan jet pribadi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semestinya, memang, peran Edurne hanya berhenti sebagai “pendamping” De Gea. Tapi sepakbola, dengan daya sihirnya, selalu bisa membalikkan hal muskil menjadi mungkin. Dari sekadar pendamping, sepakbola bisa menyeret Edurne, juga Carolina Martin, Daniella Semaan, dan Bouchra Elbali ke tengah lapangan hijau. Tak cuma menjadi penjaga gawang keluarga pemain bola, mereka bahkan bisa berubah peran menjadi “playmaker” bagi karier pesepakbola di klub-klub raksasa.

Edurne, misalnya, dituding sebagai penyebab De Gea ingin hengkang dari Manchester. Sekalipun pelatih Louis Van Gaal sekuat tenaga menahan De Gea di Old Trafford, Madrid terlalu eksotis untuk pemain terbaik 2014/2015 pilihan fans United itu. Real Madrid adalah klub impian bagi semua pemain. Di klub yang diperkuat para pemain terbaik dunia itu, De Gea ditawari menjadi kiper utama pengganti Iker Casillas.

Bagi Edurne, Madrid jelas jauh lebih menjanjikan. Di kota kelahirannya ini, ia bisa naik turun panggung hiburan dengan tenang tanpa mesti bolak-balik Madrid-Manchester. Ia juga tak perlu lagi mengeluh, “Manchester terlalu sepi.”

“Daya bujuk” Edurne, juga para istri dan kekasih pemain lain, inilah yang hari-hari belakangan ini mengubah peta transfer pemain bola dunia. Urusan transfer dalam sepakbola modern ternyata kini bukan lagi merupakan domain pemilik klub, manajer atau agen. Para istri dan kekasih pemain harus dimasukkan sebagai salah satu variabel penting yang mempengaruhi. Terlalu penting, malah.

Hanya lantaran Bouchra Elbali jatuh hati pada keindahan Istanbul, Turki, misalnya, Robin Van Persie memutuskan pindah ke klub Fenerbahce. Bouchra adalah istri Persie. Kebetulan pula Manchester United sedang mencari klub yang mau membeli dan bersedia membayar mahal gaji Persie. Fenerbahce tertarik. Klub Turki ini pun mengundang Bouchra berwisata ke kota dua benua itu. Gayung bersambut.

“Saya selalu mendiskusikan masa depan saya dengan keluarga,” kata Van Persie kepada The Independent. “Apa pun yang saya lakukan, istri saya, Bouchra dan kedua anak saya, Shaqueel dan Dina Layla, adalah prioritas utama. Mereka harus bahagia.”

Kasus kepindahan pemain Barcelona, Pedro Rodriguez Ledesma, ke Chelsea merupakan contoh mutakhir betapa teman hidup betul-betul mengubah hidup pesepakbola. Pedro semula sudah memastikan memilih Manchester United yang sudah melobinya sejak jauh hari. Wakil Direktur Eksekutif United Ed Woodward bahkan telah melakukan perjalanan ke Barcelona untuk membuat kesepakatan. Tapi di detik-detik terakhir Pedro mengubah keputusan.

Di belakang pembicaraan dengan United, pelatih Chelsea Jose Mourinho rupanya meminta gelandang Cesc Fabregas dan istrinya, Daniella Semaan, untuk merayu Pedro dan istrinya, Carolina Martin. Fabregas memang dikenal sangat dekat dengan Pedro saat masih bersama-sama di Barcelona dan tim nasional Spanyol. Semaan juga tahu betul hubungan suami-istri yang sudah menikah sejak dua bulan lalu itu.

Dengan menelpon dan menemui Carolina, Semaan menjelaskan soal pro dan kontra jika Pedro memilih berlabuh di United. Jurus itu pun ampuh, Pedro luluh setelah istrinya merayunya untuk memilih Chelsea.

Memang, rayuan Carolina bukan menjadi satu-satunya faktor penentu. Ucapan kiper Victor Valdes yang disingkirkan Van Gaal dan mantan pemain Barcelona Hristo Stoichkov turut menjadi pertimbangannya. “Van Gaal sudah menghancurkan beberapa pemain, termasuk saya dan Valdes. Kini dia juga akan menghancurkan Old Trafford,” kata Stoichkov memberi saran pada Pedro.

Tapi sebagaimana Van Persie, Pedro tampaknya meletakkan urusan domestik sebagai alasan utama mengapa ia memilih berlabuh ke London. Kendati Carolina, 32 tahun, lebih tua dari Pedro (27 tahun), pemain sayap ini amat memuja model berambut pirang itu. Dalam salah satu tweetnya, Pedro pernah memuji habis Carolina dengan menyebutnya “wanita fenomenal.”

Jika pria sudah kelewat jatuh cinta seperti itu, siapa yang bisa memalingkan pilihan? Tak cuma pemain, bahkan pelatih sekaliber Rafael Benitez pun dibuat tak berkutik oleh sang istri. Buktinya, ketika Montserrat Seara Benitez mengkritik Jose Mourinho sebagai pencipta kekacauan di bekas klubnya, pelatih Real Madrid itu tak bisa mencegahnya. “Kamilah yang membereskan kekacauannya,” kata Seara.

Tersengat oleh ucapan Seara, Mourinho membalas dengan ucapan tak kalah pedas. “Wanita itu sedang linglung dan itu bukan sebuah candaan. Untuk Chelsea, suaminya menggantikan Roberto Di Matteo, bukan saya. Sedangkan di Madrid, dia menggantikan Ancelotti,” kata Mourinho seperti dikutip Marca. “Benitez menggantikan saya di Inter Milan. Tapi dia menghancurkan semua yang saya bangun dalam enam bulan.”

“Saya pikir sebaiknya wanita itu menjaga diet suaminya lebih dulu ketimbang berbicara mengenai saya,” ucap Mourinho tak kalah sengit. Serangan balik Maurinho itu tak ditanggapi.

Benitez tak berkomentar untuk meredakan ketegangan itu. Ia—juga De Gea, Pedro, dan Persie—mungkin maklum bahwa “intervensi para istri dan kekasih” yang sudah sedemikian jauh menyusup ke jantung sepak bola itu tak bisa--dan tak perlu-- dihentikan. Buktinya, pada suara dan kecantikan Edurne, De Gea tetap memilih menjatuhkan pilihan. Pada Carolina, Pedro melambungkan puji-pujian. Ah, betapa digdayanya perempuan…

Yos Rizal Suriaji

Ikuti tulisan menarik Yos Rizal Suriaji lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler