x

Ilustrasi kurs rupiah dan mata uang Indonesia. Getty Images

Iklan

sono rumungso

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Rupiah Anjlok, Siapa yang Untung

Terpuruknya nilai rupiah terhadap dolar mengkuatirkan banyak pihak. Siapakah mereka yang kuatir dan siapakah yang menikmati melemahnya rupiah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar telah menjadi tajuk berita di berbagai media baik cetak maupun elektronik. Rupiah melemah sekitar 15 % sejak awal tahun 2015 yang lalu. Pada awal tahun rupiah masih berkisar di angka 12.000 per dollar dan sekarang melemah menjadi 14.000 per dollar. Banyak pendapat yang disampaikan oleh para pengamat maupun pelaku pasar. Presiden Jokowi dituntut untuk melakukan reformasi di jajaran pembantunya. Namun kita tahu, penggantian Menko tidak serta merta memperkuat nilai rupiah, justru yang terjadi sebaliknya.

Tidak ketinggalan DPRpun memanggil Menteri Keuangan untuk menjelaskan alasan pelemahan rupiah. Entah apa lagi yang akan dilakukan oleh Pemerintah untuk mengatasi situasi yang ada. Hari ini Presiden mengadakan rapat kabinet terbatas di kantor Presiden. Presiden Jokowi akan mengeluarkan satu paket kebijakan ekonomi berskala besar dalam waktu dekat. Tujuannya memperkuat fundamental ekonomi, memperlancar kegiatan ekonomi, dan berujung kepada penguatan nilai tukar rupiah (detik.com, 27/8/2015).

Kita tunggu saja apa yang dimaksud dengan paket berskala besar tersebut dan apakah benar akan berdampak terhadap penguatan nilai tukar rupiah. Namun demikian, dalam setiap situasi, selalu ada pihak yang mendapat berkah. Pun sebaliknya, ada pihak yang harus menjadi korban dari situasi tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita berharap bukan masyarakat kecil yang menjadi korban dari situasi melemahnya rupiah yang terjadi sekarang ini. Sebaliknya bisakah mereka mendapatkan manfaat dari melemahnya nilai tukar rupiah. Parameter yang bisa digunakan adalah daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok yang tersedia di pasar. Kita tidak tahu dan belum mendapatkan analisa terkait dengan situasi daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok, kecuali konsumsi daging sapi dan daging ayam.

Rupiah tidak akan terjerembab jika banyak uang yang masuk ke negeri kita, entah itu melalui neraca expor yang lebih tinggi dari impor, kedatangan wisatawan yang berlimpah ke Indonesia, atau melalui pembelanjaan lainnya yang intinya uang kita tidak banyak keluar dibandingkan dengan uang yang masuk.

Jika kebutuhan pokok masyarakat disediakan dan tidak tergantung dari produk impor, niscaya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok tetap terjaga dengan baik. Tentu saja jika ada keseimbangan antara supply dan demand dari kebutuhan pokok tersebut.

Jika kebutuhan pokok disupply dari impor, maka harga akan melambung. Dampaknya tentu bagi masyarakat luas. Kita tunggu minggu depan, apakah paket kebijakan Presiden Jokowi bisa membantu memperkuat rupiah.

Kita bersyukur jika di Indonesia banyak para eksportir, apapun bisnis mereka. Kelimpahan dari gain rate rupiah (berharap transaksi dalam dollar) akan membuat mereka bisa berbuat banyak bagi masyarakat dari bisnis yang mereka jalankan

Ikuti tulisan menarik sono rumungso lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler