x

Masyarakat berebut umbul-umbul janur kuning hiasan pernikahan yang tumbang di depan kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (18/10). Puluhan ribu orang memadati jalan Malioboro untuk melihat kirab pengantin KPH Yudanegara dan GKR Bendara dari Kraton m

Iklan

charisma adristy

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Meraup Rezeki dari Janur Kelapa

Dari lapak kecil, perajin janur kuning Palmerah bertahan hidup selama 20 tahun di Ibu Kota

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Alunan jaipong Serang terdengar kencang dari lapak janur kelapa di pinggir jalan Palmerah, Jakarta Barat. Seorang pedagang asyik tiduran sementara di lapak sebelahnya dua perajin asyik menyelesaikan pesanan hiasan janur kuning yang dikenal dengan istilah penjor.

"Sehari bisa kerjain 30 pesanan ini" , tutur seorang perajin, Joel, 43 tahun, yang sedang bersantai. Siang itu lapak perajin berukuran 2 kali 3 meter itu agak sepi, belum terlihat pembeli yang datang. seorang pekerja tampak memisahkan daun janur dari batangnya. Sementara di dalam pekerja bernama Thamrin dengan cekatan memasang janur yang sudah dibentuk dengan bantuan straples. Hiasan janur penanda sedang berlangsung hajatan ini tingginya bisa mencapai 4 meter jika dipasang bersama bambu. Saat disimpan tinggi janur itu hanya sekitar 1, 2 meter dan disimpan di dalam plastik menunggu pemesan datang. Harga dekorasi hajatan tradisional ini mencapai Rp. 30 ribu perbuahnya. Pesanan penjor akan membludak pada bulan-bulan baik seperti Rabiul Awal dan menjelang Idul Adha. Bahkan pada tanggal cantik, perajin tak segan-segan menaikkan harga, karena banyaknya permintaan.

Selain janur ada pula kantung plastik berisi kulit ketupat yang dijual seharga Rp 4000 untuk 10 buah. Dalam satu karung sudah dikumpulkan 200 kulit ketupat yang siap digunakan. Jelang Idul Fitri dan Idul Adha, kulit ketupat ini akan laris manis diserbu pembeli. Setiap hari pun sudah ada pelanggan yang memborong kulit ketupat ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

D i lapak sebelahnya ada perajin bernama Pak Dodong, 52 tahun, yang sibuk menyerut lidi yang tidak terpakai dari sisa kulit kelapa. lidi ini dapat dijualnya sebagai sapu ataupun tusuk sate dengan harga Rp. 5000 perikatnya. Bagi yang haus. diantara deretan lapak janur terdapat penjual es kelapa yang sanggup menghilangkan dahaga di siang bolong.

Lapak ini menjadi workshop sekaligus tempat tinggal para perajin. Terdapat alas tidur seadanya dan kalender di lapak yang saya kunjungi. Tempat ini beroperasi setiap hari selama 24 jam. mereka menggantungkan harapan pada pelanggan penjor dan ketupat yang sebagian besar merupakan katering serta penyelenggara pernikahan.

Melihat lapak kerajinan kelapa ini, saya teringat dengan istilah kelapa sebagai tanaman yang sangat berguna dari pangkal, buah dan daunnya dapat berguna bagi manusia yang mampu memanfaatkannya.

Pak Joel melanjutkan bahwa keberadaan lapak ini sudah berada sejak 20 tahun yang lalu. Bermula dari satu lapak, kemudian berkembang menjadi enam lapak. Bahan baku kerajinan ini berasal dari desa petir, Serang. Para pekerjanya juga sebagian besar berasal dari Serang.

" Ini sentranya janur kuning di Jakarta", seloroh Pak Joel dengan yakin. Ia pernah membuka lapak yang sama di Rawa Belong, namun pembeli tetap berdatangan ke tempat ini.

Siang itu, Thamrin masih menyelesaikan beberapa penjor pesanan pelanggan, sambil diselingi senda gurau dan alunan musik Jaipong khas Serang. "Buat obat kangen kampung" jawab Joel sambil leyeh-leyeh di lapaknya.

Ikuti tulisan menarik charisma adristy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu