Ombak Besar
Kapal besar nusantara masih terus berlayar. Mengarungi dunia 70 tahun berlayar. Ganti berganti Nahkoda sesuai durasi ketatanegaraan. Kekinian Jokowi didaput menjadi Nahkoda. Para mantan nahkoda syukurlah masih berada diatas kapal sebagai penumpang istimewa. Di usia 70 tahun Kapal besar sedang oleng di terpa gelombang ombak besar bernama dolar. 250 juta penumpang sebagian sudah ada yang mabok laut, sebagian sudah memakai baju pelampung. Sebagian lain sudah duduk di sekoci untuk meyelamatkan diri sendiri. Semua penumpang sangat kuatir kapal akan segera tenggelam.
Menggugat kapal yang sedang terombang ambing maka beberapa penumpang memberikan saran kepada nakhoda. Begini sebaiknya Pak Nahkoda, begitu sebaiknya nakhoda, mari kita lemparkan dulu jangkar, mari kita berlabuh dulu sementara. Atau juga ada yang mengusulkan mari kita bentangkan layar lebar atau ada juga yang mengusulkan nyeleneh tolong kalau bisa jumlah penumpang kita kurangi. Berbagai usulan penumpang itu membuat sang nakhoda dan awak kapal semakin bingung dan panik sementara gejolak arus gelombang ombak semakin tinggi.
Sementara sebagian besar penumpang kuatir kapal akan karam, masih saja ada penumpang yang saling menyalahkan, kenapa memilih nakhoda yang tidak kompeten. Kenapa tidak memakai nakhoda pilihan kami. Pertarungan bodoh, ketika kapal nyaris karam kenapa juga membahas masa lalu. Kenapa tidak melepaskan istilah lover dan hater, toh pola pikir retrospektif itu hanya membuang dan menguras tenaga. Ini dia pekerjaan sia sia tidak meneyelesaikan masalah. Apakah tidak baik seandainya si hater dan si lover berpikir prespektif yaitu bagaimana menyelamatkan diri kita semua penumpang kapal besar agar bebas dari hantaman gelombang ombak dolar.
Itulah sebabnya mantan nakhoda kapal besar bernama SBY peduli banget dengan posisi kapal nan sedang oleng. Dari hati yang paling dalam tidak ada maksud SBY menyalahkan kebijakan Nakhoda Jokowi. Niat baik SBY memberikan masukan berupa pengalaman mengemudikan stir kapal selama 10 tahun, jangan dianggap sebagai upaya turut campur. SBY sebenarnya takut juga kapal tenggelam karena dia masih menjadi penumpang setia.
Nasehat SBY
Seperti dikutip dari Nasihat SBY untuk Jokowi Pemerintah diminta memetik pelajaran krisis Asia 98 dan krisis ekonomi global 2008. Ingat selalu ada contagion effect dan faktor eksternal dan internal. SBY mengingatkan agar pemerintah segera mengambil langkah cepat menghadapi ancaman krisis. Masyarakat Indonesia sudah mulai terdampak dari krisis ini. SBY berharap pemerintah tidak kehilangan kepercayaan dari masyarakat. "Saya amati untuk Indonesia masyarakat mulai terdampak. Cegah jangan sampai makin cemas, kehilangan trust dan hidupnya makin susah agar pemerintah membentuk manajemen krisis. Hal ini penting karena pelaku pasar mulai cemas dengan kondisi ekonomi.
"Menurut saya manajemen krisis harus diberlakukan. Jangan underestimate dan jangan terlambat. Apalagi pasar dan pelaku ekonomi mulai cemas," kata SBY. Dia yakin pemerintah mampu menghadapi ancaman krisis. Sebab di dalam pemerintah memiliki orang-orang handal yang paham ekonomi. Dia menjelaskan, Indonesia selamat dari krisis 2008 karena seluruh pemerintahan kompak. Termasuk dunia usaha dan media massa yang bersatu menghadapi krisis kala itu. "Tahun 2008-2009 dulu kita bisa minimalkan dampak krisis global, karena pemerintah (pusat dan daerah), dunia usaha, BUMN, ekonom dan pimpinan media bersatu
Bersama kita bisa. Mari amankan kapal besar jangan sampai karam tenggelam. Berikan masukan yang berguna kepada nakhoda. Bangsa Indonesia yakin krisis gelombang ombak dolar ini bisa diatasi. Masalahnya terletak pada keseriusan dan ketabahan serta kesabaran yang di bungkus niat tulus semata ingin menyelamatkan kapal besar. Insya Allah kapal besar nusantara akan terus berlayar menuju pelabuhan kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Salamsalaman
TD (masih di kapal belum hendak berpindah)
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.