x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berkenalan dengan Design Thinking

Desain telah beranjak melampaui perancangan produk. Sebagai cara berpikir, desain diterapkan di banyak lapangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lazimnya, desain merupakan proses yang diterapkan pada obyek-obyek fisik. Arsitek mendesain rumah, desain interior menata ruang tamu. Desainer grafis merancang logo, menata perwajahan majalah, mendesain sampul buku. Perancang busana mendesain pakaian. Perancang perhiasan mendesain cincin dan gelang. Desainer juga merancang produk dan kemasannya.

Desain yang efektif berada di balik keberhasilan banyak barang komersial: handphone yang nyaman digenggam dan digunakan, laptop tipis tapi menyimpan kekuatan yang dahsyat dan nyaman dipakai, maupun perabot yang memperkaya nuansa ruang tamu. Di dalam handphone, misalnya, terdapat fungsi-fungsi yang disiapkan oleh para insinyur, tapi bagaimana fungsi-fungsi itu diletakkan agar handphone menjadi produk yang kompak dan nyaman dipakai, desainer memainkan perannya di sini.

Desainer merancang suatu produk dengan berangkat dari sudut pandang pengguna—outside in. Mereka mempertimbangkan keinginan pengguna terkait fungsi, fitur, bentuk, kenyamanan, maupun warna. Desainer terlibat dalam penciptaan produk sejak awal, bukan ketika fungsi-fungsi yang disiapkan insinyur selesai dibuat. Mereka bekerja sama sejak dari perencanaan. Peran desainer, dalam konteks ini, bukan sekedar pemanis agar produk enak dilihat, melainkan bersama insinyur menciptakan produk yang mampu memberi pengalaman unik kepada pengguna.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kini, ‘cara berpikir desainer’ dimanfaatkan untuk memperbaiki pengalaman pengguna,  bukan hanya terkait produk. Desain kini melangkah lebih jauh dari dunia produk dan diadaptasi ke wilayah yang lebih luas, ke dalam disiplin yang berbeda: bagaimana menciptakan jasa yang memberi pengalaman berbeda kepada konsumen, bagaimana menyiapkan proses kerja yang menyenangkan bagi karyawan. Lahirlah design thinking—desain sebagai ‘cara berpikir’.

Pengertian desain sebagai cara berpikir barangkali dapat dilacak hingga sampai kepada The Sciences of the Artificial, buku yang ditulis oleh Herbert A. Simon pada 1969 dan buku Experiences in Visual Thinking karya Robert McKim yang terbit empat tahun kemudian. Design thinking sebagai metode tindakan kreatif mulai diajarkan oleh Rolf Faste pada 1980an. Ini adalah cara berpikir yang berupaya menemukan solusi kreatif atas persoalan tertentu.

Pendekatan design thinking berbeda dari metode ilmiah analitik, yang beranjak dari pendefinisian seluruh parameter persoalan. Design thinking mengidentifikasi dan menginvestigasi aspek-aspek yang diketahui secara jelas maupun samar-samar sebagai upaya menemukan parameter yang tersembunyi dan membuka jalan pemecahan alternatif untuk sampai kepada tujuan. Design thinking bersifat iteratif (berulang) hingga ditemukannya solusi yang dianggap paling baik.

Lantaran itulah, desainer diundang untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengalaman pengguna. Dalam asuransi, misalnya, untuk mendapatkan pembeli polis yang berusia kurang dari 40 tahun pada mulanya merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Design thinking menawarkan solusi dengan membukakan cakrawala yang lebih luas dari sekedar membeli polis asuransi, yaitu mengedukasi konsumen potensial mengenai perencanaan keuangan jangka panjang—asuransi adalah bagian dari perencanaan keuangan. Pendekatan ini memberi pemahaman dan pengalaman baru bagi konsumen potensial.

Di dunia pendidikan, design thinking dimanfaatkan antara lain untuk menyusun rencana pembelajaran yang lebih kreatif. Seorang guru sekolah dasar di New York mencoba merancang ulang kelasnya agar murid-muridnya merasa nyaman saat belajar. Ia berbicara dengan murid-muridnya untuk mencari tahu desain terbaik bagi lingkungan belajar mereka, di dalamnya termasuk aspek fisik hingga proses belajar. Aspek fisik: apakah papan tulis terlalu tinggi, apakah bangku ditata melingkar. Aspek proses: apakah murid bebas bertanya kapan saja, apakah perlu ada PR atau tidak?

Dengan beranjak dari dunia produk ke ranah yang jauh lebih luas, design thinking telah memberi kontribusi penting bagi solusi yang lebih nyaman bagi pengguna. (sumber ilustrasi: mitsloandesignclub.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler