Amien Rais, pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), dalam wawancara dengan stasiun TV, menyatakan PAN tidak akan menerima menteri ecek-ecek. Sebagai penggagas bergabungnya PAN ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH), Amien Rais, bisa jadi memiliki agenda yang berbeda ketimbang merebut jatah kursi menteri.
Kita tentu mendengarkan bagaimana Amien Rais menyatakan bergabungnya PAN ke KIH sebagai tindakan mendukung pemerintah. Mencegah terjadinya persoalan bangsa yang lebih besar. Hancurnya negara, berawal dari krisis ekonomi dan goyahnya politik. Indonesia, setidaknya dilihat sedang memasuki pada dua situasi ini.
Jokowi menurut Amien Rais tak sekuat Bung Karno. Ia membutuhkan dukungan dalam menjalankan pemerintahan. Kemenangannya atas Prabowo saja, menurut Amien Rais hanya tipis.
Apa yang disampaikan Amien Rais tentu saja sangat ideal. Sebagai Ketua MPP yang menjadi salah satu orang yang mendorong bergabung ke KIH, selain Ketua Umum PAN dan Ketua Dewan Kehormatan, argumentasi itu sangatlah mentereng.
Pertanyaannya, apakah gagasan dan argumentasi itu benar-benar membumi? Tampaknya, untuk sementara bisa dibilang sama sekali tidak. Lihat misalnya, gugatan dari kader PAN, yang menyatakan keputusan bergabung ke PAN hanyalah pertimbangan tiga orang elite PAN. Bahkan keputusan itu dianggap tidak sah, karena Ketua MPP, Ketua Dewan Kehormatan, dan Ketua Umum PAN tak memiliki kekuasaan membuat keputusan itu.
Pada sisi lain, tolakan Amien Rais terhadap dugaan meraih jatah menteri, juga diragukan sebagai keputusan kolektif partai. Pasalnya, seorang kader yang memiliki posisi struktural tinggi di PAN, pagi-pagi sudah mengatakan PAN minimal mendapatkan jatah tiga menteri.
Pada situasi ini, sebagai seorang politikus senior, seorang intelektual, tentu saja ucapannya dipegang masyarakat. Kita tentu sangat bangga manakala PAN bergabung ke KIH benar-benar ideal seperti yang dikatakan Amien Rais. Sebuah keikhlasan dari seorang politikus yang patut diacungi jempol.
Karenanya, manakala kelak pada masa pemerintahan Jokowi, PAN menerima jatah kursi menteri, itu sama saja mencoreng wajah Amien Rais, menghina Amien Rais. Tidak saja, karena mencederai gagasan besar Amien Rais, tetapi juga sebagai Ketua MPP ternyata tak didengarkan para kadernya, para pengurus partainya.
Apakah mungkin, ketika mendapat jatah menteri Amien Rais kelak akan kembali bicara di TV dengan mengatakan, "itu pemberian tak boleh ditolak. Kita tak meminta. Itu amanah untuk mendukung negeri ini agar selamat dari krisis ekonomi dan goyahnya politik."
Mari kita catat dan kita tunggu hingga tiba waktunya!
Ikuti tulisan menarik Mukhotib MD lainnya di sini.