x

Iklan

Anton William

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Isu Kiamat dan Tiga Hal yang Terjadi di Langit 28 September

Isu kiamat datang lagi. Memang ada kejadian spesial 28 September nanti. Tapi, apa benar dunia akan berakhir?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tiga kejadian astronomi yang melibatkan bulan bakal terjadi 28 September mendatang: gerhana bulan total, gerhana tetrad, dan jarak terdekat ke bumi. Agamawan cum peramal kiamat menginterpretasi kejadian kosmik ini sebagai pertanda kiamat.

Pada 28 September nanti, bulan akan melayang masuk ke dalam bayangan paling gelap bumi. Peristiwa ini dikenal sebagai gerhana bulan total. Gerhana bulan total ini hanya bisa disaksikan di Amerika, Eropa, dan Afrika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berada di dalam bayang-bayang bumi tak membuat bulan menghilang dari pandangan. Musababnya, umbra--bayangan paling gelap bumi--ini sejatinya tak benar-benar gelap. Wilayah berbentuk kerucut ini masih disinari cahaya berwarna merah temaram. Cahaya merah ini merupakan sinar matahari yang dipendarkan atmosfer bumi dan merambat ke dalam kerucut bayangan bumi. Warna merah temaram yang jatuh ke permukaan bulan ini lah yang menciptakan fenomena bulan merah darah.

"Warna merahnya sangat indah, seperti warna kelopak mawar. Apel juga berwarna merah. Tapi bagi sebagian orang menyebutnya warna merah darah," ujar ahli astronomi dari American Museum of Natural History, Neil deGrasse Tyson.

National Aeronautics and Space Administration (NASA) melalui situs resminya menyebutkan fase total gerhana bulan 28 September nanti akan berlangsung selama 1 jam 11 menit. Selama itu pula bulan yang semula berwarna putih terang berubah menjadi merah. Puncak gerhana sendiri bakal terjadi pukul 09.47 WIB.

Ilustrasi gerhana bulan total 28 September 2015. (Kredit: Tomruen)

Gerhana bulan kali ini punya posisi unik. Musababnya, tiga gerhana bulan sebelumnya juga gerhana total--bukan gerhana sebagian. Dalam astronomi, hal ini merupakan kejadian langka yang disebut tetrad. Istilah tetrad menandai gerhana bulan total yang terjadi empat kali secara berturut-turut. Tetrad kali ini merupakan rangkaian gerhana bulan total April 2014, Oktober 2014, April 2015, dan September 2015. 

Salah satu astronom yang pernah membahas gerhana tetrad ini adalah Jean Meeus dari Vereniging voor Sterrenkunde di Belgia. Melalui makalah ilmiahnya pada Juni 1980, dia menyebut gerhana tetrad ini punya siklus tersendiri. Dia mencontohkan, terdapat 16 kali tetrad sepanjang seperempat milenium yaitu 1909 hingga 2156. Tapi, dia mencatat tak ada tetrad sepanjang periode 1582-1908.

Tetrad terakhir kali terjadi 11 tahun lalu pada 2003-2004. Tetrad berikutnya akan terjadi 17 tahun lagi pada 2032-2033.

Gerhana bulan total September ini bersamaan dengan keberadaan bulan di jarak terdekatnya ke bumi. Bulan memang memutari bumi dalam orbit elips sehingga jarak dua benda langit ini bervariasi sepanjang tahun.

Posisi bulan dalam kondisi terdekat dengan bumi dikenal sebagai perigee yaitu 363 ribu kilometer. Adapun posisi terjauh bulan dari bumi disebut apogee yaitu 405 ribu kilometer. Bulan pada posisi terdekat dengan bumi akan 14 kali lebih besar ketimbang bulan pada posisi terjauh.

Lantas bagaimana bisa tiga peristiwa langit yang melibatkan bulan ini dikaitkan dengan kiamat?

Portal berita Mirror menyebutkan wacana kiamat pada 28 September ini dikemukakan pendeta Kristen John Hagee dari Cornerstone Church di San Antonio, Texas, dan Mark Blitz. Hagee menyebut gerhana tetrad menjadi pertanda kiamat sebagaimana disebutkan dalam Alkitab Kitab Kisah Para Rasul 2:20 dan Kitab Wahyu 6:12.

Kitab Kisah Para Rasul 2:20 berbunyi: Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu. Kitab Wahyu 6:12 menyebutkan: Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah.

"Dua bulan merah darah sebelumnya berbarengan dengan berdirinya negara Israel pada 1948 dan penaklukan kembali Yerusalem oleh Israel pada 1967,” ujar Blitz.

Hagee berceramah soal bulan merah. (Kredit: Messages of God, Youtube)

Tyson yang dikenal sebagai astronom yang kerap membungkam ramalan kiamat--misal, kiamat 2012--mengatakan sebagian orang mengartikan bulan merah darah secara harfiah. "Padahal warna merah bulan bisa seperti apel juga," kata Tyson. Dia juga memastikan warna merah di permukaan bulan merupakan peristiwa astronomi biasa yang tidak akan memicu kehancuran di bumi.

Tyson, astronom yang paling duluan masuk neraka kalau kiamat 28 September 2015 benar-benar terjadi. (Kredit: istimewa)

Menurut Tyson, agamawan kerap memberikan peringatan kiamat dalam waktu dekat, pada skala yang masih bisa dijangkau usia manusia. "Agamawan tidak bakal mendapat pengikut jika menyebut dunia berakhir dalam ribuan tahun karena tak menimbulkan rasa kegentingan," ujarnya berseloroh.

Studi bintang sendiri memperkirakan kehancuran bumi akan terjadi sekitar 5 miliar tahun mendatang. Setelah mempelajari miliaran bintang yang ada di galaksi, astronom berkeyakinan matahari bakal kehabisan bahan bakar akan membengkak menjadi raksasa merah. Radius matahari ketika itu akan mencapai orbit bumi sehingga planet yang menjadi rumah bagi kehidupan terpanggang gas panas permukaan matahari.

SUMBER: TIMEANDDATE | MIRROR.CO.UK

Ikuti tulisan menarik Anton William lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler