x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Iklan Menguntit Kemanapun Kita Pergi

Iklan bukan saja mendatangi kita tanpa permisi, tanpa diundang, tapi bahkan sudah menguntit kemanapun kita pergi tanpa diajak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Iklan bukan saja mendatangi kita tanpa permisi, tanpa diundang, tapi bahkan sudah menguntit kemanapun kita pergi tanpa diajak. Begitu membuka laman website, iklan bermunculan di sejumlah tempat: di atas, di pojok kanan, di bawah—di manapun tempat orang memberi perhatian.

Halaman situs terbuka lamban, sebab iklan kini bukan dalam format gambar, tapi juga audio-visual. Bukan hanya 1-2, mungkin 3-4 iklan di satu halaman. Belum lagi jika kita membuka halaman berikutnya ketika pengelola situs lebih suka melakukan paging—mengulur-ulur berita dan ceritanya hingga beberapa halaman. Bila berita dan ceritanya menarik, kita dipaksa membuka setiap halaman yang juga berisi sejumlah iklan.

Pagi-pagi, belum lagi sarapan, pesan pendek sudah bertengger di layar telepon. Pinjaman tanpa agunan. Kredit motor. Kredit mobil dengan uang muka rendah. Tawaran diskon santap siang di restoran. Begitu banyak pesan yang saling berebut perhatian. Ketika semuanya kita tidak-kan, kita masih dipaksa sibuk untuk menghapus pesan-pesan tadi. Betapa repotnya ketika pesan pendek itu bisa datang kapan saja pengirimnya (manusia ataupun mesin) mau.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belum lagi ajakan berdonasi yang datang silih berganti. Kita tidak tahu mana ajakan yang jujur dan mana ajakan yang menyesatkan. Nama dan nomor telepon kita beredar di mana-mana. Kita tidak pernah tahu dari siapa atau dari mana mereka mengetahui nama dan nomor telepon kita. Perlindungan identitas dan nomor kontak atas nama privasi maupun keamanan konsumen sudah lama bobol.

Teknologi yang dimiliki para operator telekomunikasi memungkinkan untuk menjual data pelanggan kepada pihak lain. Jadilah uang. Inilah monetisasi data pelanggan. Ketika kita tengah berjalan-jalan di mal atau jalan tertentu, tiba-tiba muncul notifikasi berupa pesan pendek. “Dapatkan diskon 10% untuk seluruh item di Toko X, tunjukkan sms ini.” “Beli 1 dapat 2. Tunjukkan sms ini untuk menyantap main course di Restoran Y dari 15 s/d 25 Oktober.”

Kalangan bisnis mengenalnya sebagai location based advertising. Aplikasi yang digunakan pelaku bisnis, khususnya operator telko, semakin canggih dalam mengidentifikasi perilaku seseorang: terbiasa bepergian kemana, memakai sarana apa, mengunjungi toko mana, makan di restoran apa, terbang memakai maskapai apa, dan banyak lagi. Anda yang suka makan Sushi akan mendapat pesan pendek promosi restoran Jepang sebagai pemasang iklan.

Jejak digital yang kita tinggalkan di suatu tempat menjadi data berharga yang dapat menunjukkan kebiasaan dan perilaku kita dalam menjalani aktivitas apapun. Kalangan korporasi memanfaatkan data perilaku kita untuk menawarkan, memasarkan, membujuk kita agar mau membeli, dan mengiming-imingi kita dengan diskon, beli 1 dapat 2, bunga pinjaman rendah, dan aneka lainnya. Semakin jelas bahwa, kini, data adalah uang.

Begitulah, tak usah heran bila kita dikuntit terus oleh iklan promosi kemanapun kita pergi. Saya kurang tahu, apakah regulasi perlindungan konsumen sudah menjangkau perkara ini. Jangan-jangan, tertinggal terus dan baru omong-omong belaka. (sumber ilustrasi: gbanga.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler