x

Iklan

Muhammad Isnaini

HP 0813 7000 8997. Alamat di Petatal, Batu Bara, Sumut. Penangkar bibit aren, asam gelugur, lada, durian dll.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lahan Terjal Penghasil Emas

Lahan terjal umumnya menyimpan potensi untuk longsor. Padahal ada cara yang baik agar lanah itu lebih stabil, sekaligus dapat menghasilkan banyak uang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di Sumatera, lahan terjal umumnya ditanami orang dengan tanaman kelapa sawit. Bibit kelapa sawit ditanam setelah terlebih dahulu dibuatkan tapak kuda. Tapak kuda adalah bagian tebing yang digali menjorok lalu dibentuk hingga ada bagian yang datar. Selain itu, dibuat juga jalur area datar yang menghubungkan tanaman-tanaman sawit. Tanah miring yang sudah ditanami dengan kelapa sawit ini jarang sekali yang longsor, karena akar serabut tanaman itu telah mencengkeram kuat semua bagian tanah sampai kedalaman 5-6 meter.

Di Jawa, kelapa sawit sangat jarang ditanam orang, karena hanya ada dua buah pabrik kelapa sawit yang bersedia membeli tandan buah segar kelapa sawit, yakni di daerah Bondowoso dan di daerah Garut. Akibatnya, ada banyak lahan terjal atau pun tanah miring yang ditanami tanaman yang tidak termasuk jenis tanaman pencegah erosi atau pun longsor. Akibatnya dapat ditebak, lahan miring akan rawan longsor selama musim penghujan. Tak jarang sampai mengambil korban harta bahkan nyawa manusia.

Sebenarnya, masih ada kerabat kelapa sawit yang tak kalah bagusnya untuk digunakan sebagai tanaman pencegah erosi dan longsor, yakni tanaman aren atau enau (Arenga Pinnata-Merr). Sebagai sesama palma berakar serabut, pohon aren juga memiliki jumlah akar yang sangat banyak dan menyebar sampai kedalaman lima atau enam meter.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain dapat mencegah erosi, pohon aren juga menghasilkan banyak produk-produk unggulan yang bernilai ekonomi tinggi. Sebut saja nira, gula aren, gula semut, ethanol, methanol, alkohol, ijuk, dan kolang-kaling. Satu pohon aren setiap harinya akan menghasilkan air nira sebanyak sekitar sepuluh liter, yang jika dimasak akan menjadi 1.200 gram gula aren atau gula semut. Pohon aren budidaya biasanya mulai berproduksi pada umur 7-8 tahun. Ada pun lama masa produksinya adalah sekitar 6-7 tahun. Artinya, pada umur 13-15 tahun, tanaman aren akan mati dengan sendirinya.

Ketika diremajakan, pohon aren akan menghasilkan perkayuan sederhana, yang bisa dibuat untuk konstruksi kandang unggas atau ternak lainnya. Kayu aren ini cukup keras, lebih keras daripada kayu nibung, dengan ketebalan sekitar delapan sentimeter. Sebuah kandang ayam pedaging yang terbuat dari kayu aren, dapat bertahan selama lebih dari dua puluh tahun.

Setelah seabrek kelebihan itu, pohon aren masih punya manfaat lain. Pada lahan yang gersang dan jarang terdapat hujan, kumpulan pohon aren dapat menghasilkan mata air dibawahnya. Kebun aren yang ditanam dengan jarak empat kali lima meter dan sudah berumur lebih dari lima tahun, jika digali tanah tempat tumbuhnya, maka biasanya akan ditemukan mata air. Mata air yang airnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar manusia. Rasa airnya juga segar dan agak manis. Mengapa bisa terjadi demikian? Hal ini terjadi karena pohon aren bersifat menyimpan air di dalam batangnya di musim penghujan, dan mengeluarkannya melalui akar selama musim kemarau. Setiap batang pohon aren dewasa dapat menampung air sebanyak lebih kurang 200 liter.

Sudah saatnya kita memanfaatkan kelebihan pohon aren ini, pohon mana yang oleh Sunan Kalijaga diisyaratkan sebagai pohon yang berbuah emas. Pemerintah, dalam hal ini dinas pertanian dan perkebunan, harus turun tangan memberi penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana membudidayakan aren dengan baik. Pelatihan juga harus termasuk mengajarkan kepada petani bagaimana cara menyadap aren yang baik.

Di daerah Kediri, ada banyak pohon aren siap sadap yang tidak disadap, karena tidak ada orang yang tahu bagaimana cara menyadap aren. Pohon aren di sana hanya ditebang untuk diambil sagunya. Satu batang pohon aren rerata akan menghasilkan tepung sagu aren seberat 50 kg, yang harga perkilogramnya hanya sekitar enam sampai tujuh ribu rupiah. Bandingkan dengan jika ia disadap,maka akan dihasilkan gula aren asli sebanyak minimal satu ton, dengan harga perkilogramnya yang paling tidak lima belas ribu rupiah.

Bertanam aren di lahan miring, erosi dapat dibendung, emas dapat ditabung.

(foto dokpri).

Ikuti tulisan menarik Muhammad Isnaini lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB