x

Pembalap sepeda melintasi etape kedua Tour de Singkarak 2014 rute Pasaman-Pasaman Barat di Sumatera Barat, 8 Juni 2014. ANTARA/Wahyu Putro A

Iklan

pour71

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tour de Singkarak 2015: Berpacu Melawan Asap

Kabut asap yang datang dan pergi tak buat panitia pelaksana Tour de Singkarak menyerah. Tour de Singkarak, selanjutnya ditulis TdS, tetap dimulai pada tanggal 3 Oktober.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak cara kreatif dalam mempromosikan sebuah keunggulan. Lomba balap sepeda sekarang dipilih menjadi ajang promosi pariwisata. Aneka lomba balap sepeda mulai dari Sarawak, Semenanjung Melayu sampai Sumatera Barat marak diselenggarakan.

Kabut asap yang datang dan pergi tak buat panitia pelaksana Tour de Singkarak menyerah. Tour de Singkarak, selanjutnya ditulis TdS, tetap dimulai pada tanggal 3 Oktober. Didukung 24 tim sebagai peserta yang berasal dari 36 negara membuat TdS 2015 tetap ngacir tanpa ragu. Para pebalap akan melewati kabupaten Limapuluh Kota, Dharmasraya dan Solok Selatan yang berbatasan dengan propinsi Jambi dan Riau. Dari 2 propinsi itulah kabut asap berasal karena terbakarnya lahan gambut. Pada tanggal 30 September, tingkat kualitas udara di kabupaten Dharmasraya adalah BERBAHAYA.  Konsentrat partikulatnya mencapai 555.56 mikrogram per kubik meter dari standar normal sebesar 150 mikrogram per kubik meter.

Panpel sudah mengantisipasi bahaya kabut asap ini. Dengan berpatokan pada peraturan-peraturan UCI maka di tiap etape akan dilakukan taklimat yang mengundang perwakilan tiap tim. Penilaian kondisi udara oleh tim medik juga dilakukan. Nantinya taklimat tak hanya membahas keamanan para pembalap. Juga dibahas layak atau tidaknya TdS dilanjutkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun ini adalah edisi TdS ke 7. Para pembalap akan menempuh 1343 km sejak start dari Pantai Carocok. Ada 11 etape di TdS 2015 ini. 18 kabupaten akan dilewati rombongan pembalap itu. Para pemenang akan diganjar hadiah uang sebesar Rp 2.5 milyar saat finish di Padang pada tanggal 11 Oktober. Tahun 2014, Yellow Jersey sebagai tanda pembalap tercepat dikuasai Amir Zargari dari tim Pishgaman Yazd. Itu adalah Yellow Jersey kedua untuk Amir Zargari. Dia menguasai Yellow Jersey untuk pertama kalinya di tahun 2011.

Rata-rata para pembalap menempuh 100 km setiap etape selama 8 hari lomba. 100 km adalah jarak tempuh minimum. Ketentuan itu dibuat supaya lomba jadi lebih dinamis. Tempat start juga dibuat fleksibel. Tujuannya supaya pariwisata SumBar lebih terekspos ke dunia luar lewat publikasi. Titik awal lomba bisa dari kota atau kabupaten lain selain kota Padang. Untuk TdS 2015 ini, etape terpanjang adalah Etape 3. Dimulai dari Desa Wisata Kabupaten Sijunjung berakhir di Sport Centre Kabupaten Dharmasraya. Jarak yang harus ditempuh adalah 206 km.

Ada beberapa kelas dalam lomba balap sepeda. UCI memiliki klasifikasi lomba yang masuk kedalam kalender kegiatannya. Klasifikasi itu ditandai dengan kode angka. Misalnya klasifikasi untuk lomba multi etape seperti TdS 2015 adalah 2.2. Angka 2 artinya lomba balap sepeda itu terbagi dari beberapa etape selama beberapa hari. Angka 2 dibelakang koma adalah kategori lomba itu. Sebagai perbandingan adalah Tour de Langkawi. Klasifikasi lomba balap sepeda itu adalah 2.HC. Huruf HC singkatan dari Hors Categorie.

Ini ilustrasinya: juara tahun ini adalah Youcef Reguigui dari tim MTN Qhubeka. Setelah Vuelta Espana 2015, tim MTN Qhubeka memboyong Mark Cavendish dari tim Omega Pharmac Quickstep. Artinya lomba balap sepeda dengan kategori 2.HC, seperti Tour de Langkawi, pesertanya adalah tim PRO Tour, PRO Continental, dan tim Continental. 

Makin tinggi klasifikasi lomba, artinya para pembalap yang jadi juara akan mendapat hadiah uang yang aduhai jumlahnya, kepopuleran seperti aktor Hollywood, dan naik peringkatnya.

Nah, karena klasifikasi itulah maka tak semua klub boleh jadi peserta. Untuk TdS 2015 hanya tim yang sudah mendapat lisensi Continental, tim balap sepeda nasional, tim regional dan klub  yang boleh jadi peserta. Syaratnya semua tim itu sudah mendapat rekomendasi dari UCI.Untuk TdS 2015. Indonesia akan menurunkan 6 tim balap. Diantaranya adalah Tim Nasional Indonesia BSP, Customs Cycling Club dan SAKB Cycling Team.

Bagaimana dengan tuan rumah SumBar? Mereka malah tak menurunkan tim balap sepeda di TdS 2015. Alasannya karena tak punya pembalap dan tim balap. Ironis. Mungkin karena terbiasa meminjam pembalap sepeda dari pulau Jawa maka pengurus daerah jadi lupa mencari pembalap-pembalap muda untuk dilatih jadi pembalap. Pengurus PB ISSI yang baru harus peduli dengan masalah ini. Semoga sudah ada program yang jitu untuk  masalah kronis tentang kekurangan atlit ini. Tujuannya supaya balap sepeda jadi primadona baru cabang olah raga.

Setelah tujuh tahun sejak 2009 ada sebuah wacana untuk menaikkan klasifikasi lomba TdS jadi 2.1. Sisi positifnya adalah banyaknya pembalap-pembalap dunia yang akan hadir dan SumBar makin terekspos. Media-media internasional, cetak atau elektronik, lebih tertarik memberitakan lomba balap sepeda yang kelasnya 2.1 ke atas. TdS akan mendunia dan bisa bersaing dengan Taiwan, Malaysia dan Jepang. Sebaliknya bila TdS naik klasifikasinya maka pembalap-pembalap nasional yang akan tergusur. TdS akan lebih mengakomodasi pembalap-pembalap dari tim profesional. Pembalap-pembalap nasional cuma termangu menonton karena tergusur di TdS.

Menaikkan kualitas memang wajib dilakukan oleh panpel TdS. Seperti lomba balap sepeda itu sendiri yang mengutamakan persaingan untuk jadi yang terbaik. Tapi jangan dilupakan faktor kesiapan  para pembalap nasional. Para pembalap sepeda harus disiapkan dengan program yang arahnya pasti dengan menggunakan metode-metode pelatihan yang sesuai dengan kemampuan finansial PB ISSI. Percuma bila TdS mendunia tapi pembalap nasional tak bisa ikut ngacir.(pour)

Ikuti tulisan menarik pour71 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler