x

Iklan

Agus Supriyatna

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Cerita Mantan Intel di Tolikara

Sebagai mantan intel, tentu bekerja dalam ruangan kurang tepat. Karena yang namanya dunia intelijen, adalah kerja mencatat dan mendeteksi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jumat malam, 2 September 2015, saya mengobrol dengan Bahtiar, Kepala Bagian Perundang-Undangan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, di ruang kerjanya di lantai 7 komplek perkantoran Kementerian Dalam Negeri. Direktorat ini sekarang disingka Ditjen Polpum. Dulu, direktorat ini, bernama Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik. Kemudian di era Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, berganti nomenklatur menjadi Ditjen Polpum.

 

Waktu masih bernama Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik, yang jadi Dirjennya adalah Tanribali Lamo, seorang Mayor Jenderal. Sekarang Dirjen dijabat oleh Soedarmo, juga Mayor Jenderal, eks staf ahli Badan Intelijen Negara (BIN) dan mantan Kepala BIN Daerah Kalimantan. Saat asyik mengobrol, tiba-tiba masuk dua orang ke ruangan Bahtiar. Ternyata yang masuk adalah Soedarmo. Saya biasa memanggilnya Pak Darmo. Dia masuk ke ruangan di temani oleh La Ode Ahmad Fidani, Kasubdit Penanganan Konflik Ditjen Kesbangpol.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Keduanya kemudian bergabung mengobrol. Obrolan ngalor ngidul Jumat malam itu pun tambah seru. seru. Saking serunya, sampai nambah cangkir kopi, teman mengobrol. Banyak cerita, juga joke yang di lontar oleh Pak Darmo. Meski mantan intel, Pak Darmo pintar meracik humor. Obrolan berlangsung cair.

 

Dalam obrolan seru Jumat malam itu, Bahtiar mengaku salut dengan dedikasi kerja bosnya. Menurut Bahtiar, Pak Darmo sebagai pemimpin, bukan tipe atasan yang suka duduk manis di kantor. Ia contohkan, Pak Darmo sampai rela, berhari raya di Tolikara, saat daerah di Papua tersebut bergejolak. Masih dalam suasana lebaran idul fitri, Soedarmo, nginap di Tolikara. Pun, menjelang dan saat Idul Adha, Soedarmo juga berada di Tolikara. " Idul Fitri dan Idul Adha beliau ada di sana," kata Bahtiar.

 

Pak Darmo sendiri membenarkan. Baginya, turun ke lapangan lebih baik, ketimbang menunggu laporan anak buah. Dengan turun ke lapangan, ia bisa tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dan bisa cepat bertindak. Sementara salah satu tugas Ditjen Polpum adalah melakukan deteksi dini . Tak bisa deteksi dini dilakukan, hanya dengan duduk manis di ruangan atau kongkow berseminar di ruang hotel. Namun, harus turun ke lapangan. Kata Soedarmo, persoalan di Tolikara itu sendiri, salah satunya adalah komunikasi. Di sana, belum terbentuk forum kerukunan agama.

 

" Jadi pemuka agama, Ustad sama pemimpin GIDI di sana itu tak pernah berkomunikasi. Padahal mereka puluhan tahun, tinggal di sana. Jadi tak ada komunikasi sama sekali. Komunikasi ya setelah peristiwa terjadi. Ini karena tak ada forum kerukunan umat beragama di sana," tuturnya.

 

Ya, sebagai mantan intel, tentu bekerja dalam ruangan kurang tepat. Karena yang namanya dunia intelijen, adalah kerja mencatat dan mendeteksi. Ini kerja, menjaring informasi. Jadi, tak bisa duduk manis di ruangan kantor yang sejuk ber-AC. Lapangan adalah medan tugas sebenarnya. Karena di lapangan, informasi bisa dikumpulkan. Malam pun kian larut. Bahkan menjelang tengah malam. Pak Darmo pun pamit, hendak ke ruangan kerjanya. Obrolan pun berakhir.

Ikuti tulisan menarik Agus Supriyatna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler