x

Valentino Rossi. AP/Lai Seng Sin

Iklan

Agus Supriyatna

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mas Rossi, Sampeyan Tertarik 'Balapan Politik' di Indonesia?

Mas Rossi kena hukuman, membalap dari urutan buncit.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sepertinya supir bajaj pun memantengi serius pertarungan maha ketat di ajang Moto GP. Insiden antara Mas Valentino Rossi dengan Mas Marc Marquez, tak luput dari perhatian mereka. Mas Marquez jatuh. Mas Rossi dituding 'nendang', hingga membuat Mas Marquez jatuh. 
 
Setelah itu, cerita memojokan Mas Rossi. Pembalap Movistar Yamaha itu, kena pelanti. Ia kena sanksi. Tapi untungnya, bukan sanksi 'kebiri'. Mas Rossi kena hukuman, membalap dari urutan buncit. Duh kondisi yang bikin Mas Rossi dongkol, sedih, marah dan kecewa. Karena peluang untuk jadi Juara Dunia kian menipis, mengingat kompetisi hanya menyisakan satu seri balapan lagi yakni di GP Valencia, Spanyol. Wuihh ini 'rumahnya' Mas Jorge Lorenzo, rival plus musuh dalam selimut Mas Rossi. 
 
Pendukung Mas Rossi pun murung. Mereka ikut berduka. Ikut marah. Ikut dongkol. Dan yang jadi sasaran adalah Mas Marquez. Mas Marquez pun jadi bulan-bulanan caci maki. Dihujat habis-habisan. Pokoknya dibully habis. 
 
Nah, yang ikut bully tak hanya penggemar Mas Rossi 'kelas kafe', tapi juga tak terkecuali para supir bajaj, yang hanya bisa nonton rame-rame lewat teve 'kelas tabung'.  Pesta bully para supir bajaj itu saya rekam, suatu siang, Selasa, 27 Oktober 2015. Bang Mul, seorang supir bajaj paling semangat menghujat dan mencaci maki Mas Marquez. Baginya yang salah itu Mas Marquez, yang benar adalah Mas Rossi.
 
"Yang salah itu Marquez. Tidak ada itu Rossi nendang Marquez, dia jatuh sendiri," kata Bang Mul bersungut-sungut. 
 
"Ya benar. Ini tak adil. Rossi tak salah. Dari awal Marquez itu niatnya memang mengganggu Rossi, bukan mau balapan," timpal Bang Polang. Dia seorang supir sebuah perusahaan. Hari itu kebetulan ia sedang 'pere' dan nongkrong di dekat warung Mang Maman, yang biasa dipakai para supir bajaj rehat dan mangkal sembari ngopi.
 
Bang Polang pun lalu menyodorkan handphone 5 in-nya. "Nih, dukungan pada Rossi banyak. Ini petisi mendukung Rossi dari seluruh dunia. Hanya 2x24 jam, sudah 300 ribu yang tanda tangan mendukung Rossi tak bersalah," kata Bang Polang dengan berapi-api. Nama aseli Bang Polang sendiri adalah Mulyadi. Saya tak tahu, kenapa jadi Polang, mungkin julukan, sama dengan The Doctor, julukan Mas Rossi. 
 
Kembali Bang Polang melanjutkan 'orasinya'. Kata dia, kalau petisi sudah mencapai 250 ribu, sanksi bagi Mas Rossi akan dicabut. "Kabarnya seperti itu. Kita harus dukung Rossi," katanya penuh semangat. 
 
"Wah kalau gitu saya ikut dukung, bagaimana caranya?" tiba-tiba Bang Toid ikut nimbrung. Dia seorang supir bajaj, sama dengan Bang Mul. 
 
"Saya juga ikut dukung. Ikut petisi," teriak Bang Mul tak mau kalah. 
 
Bang Polang yang memulai omongon soal petisi celingak-celinguk. Sebab, soal petisi ia ketahui dari berita. " Wah, gimana caranya yah?" Bang Polang tak tahu cara memberi dukungan pada Mas Rossi via petisi. 
 
"Pakai KTP enggak? Biarlah, dari pada nyerahin KTP buat Ahok, saya lebih rela buat dukung Rossi" waduh, begitu semangatnya Bang Mul ingin mendukung Mas Rossi. 
 
Mas Rossi mungkin tak tahu. Di sini, di republik ini, pendukungnya begitu bersemangat bahkan militan. Mereka mau bela negara, eh bela Mas Rossi habis-habisan. Apapun caranya, dia akan pasang badan, jiwa dan raga untuk Mas Rossi. Sungguh pendukung fanatik yang menggetarkan. 
 
Saya pikir ini peluang bagi Mas Rossi. Peluang politik. Mungkin jika Mas Rossi tak jadi Juara Dunia Moto GP, baiknya pertimbangkanlah tawaran saya untuk 'hijrah' ke Indonesia. Sampeyan bisa berkompetisi di sini, tapi bukan membalap, geber-geber gas motor balap. Tapi, sampeyan bisa ikut 'balapan politik' di Indonesia. Lebih seru mas. Atmosfir persaingannya lebih panas dan dahsyat. Saya hakul yakin, pendukung sampeyan bejibun. Terutama dari pemilih muda.
 
Para pembalap liar, dipastikan akan dukung sampeyan. Pendukung sampeyan juga bakal datang dari para pengemudi Go-Jek, Blu-Jek, Grab Bike, dan sejenisnya. Mereka pasti akan merasa dapat 'pahlawan' baru. Pahlawan yang mewakili mereka para pengemudi roda dua. Pasti, sampeyan bakal jadi ikon baru bagi mereka.
 
Dukungan lain, datang dari para supir bajaj. Dukungan fanatik seperti yang diperlihatkan Bang Mul, Bang Toid, dan Bang Polang, adalah bukti sahih, bahwa pendukung sampeyan itu linta profesi, lintas moda transportasi dan lintas status. 
 
Untuk pencitraan, ah sampeyan tak perlu dipoles lagi. Mau apalagi, semuanya sudah lengkap. Sampeyan Juara Dunia berkali-kali. Ya, wajah sampeyan untuk ukuran seperti itu sih, lumayan. Meski kalau diadu sama Ariel, mungkin cukup alot skornya. 
 
Nah, tunggangan sampeyan itu yang akan bikin publik di negeri ini terkesima. Sampeyan sangat gagah dengan tunggangan motor balap. Bahkan mungkin lebih gagah ketimbang capres dengan tunggangan kuda. Pokoknya semua tersedia di diri sampeyan. Semua partai, sepertinya akan berebut menawari sampeyan. Tinggal niat dan tekad saja. Bagaimana? Mau ndak nyapres di sini? 
 
Waktu masih banyak dan panjang. 'Balapan politik' Pilpres baru akan digelar pada 2019. Jadi, sampeyan masih punya waktu mempersiapkan diri. Tapi, kalau mau yang cepat, saya ada tawaran lain. Di 2016 dan di 2017, ada dua even besar di negeri ini. Even besar itu, hajatan Pilkada. Tinggal pilih, mau yang di 2016, atau yang di 2017. 
 
Kalau sampeyan pilih even yang di 2017, saya sarankan pilih Jakarta. Lawannya mungkin sepadan dengan sampeyan, yakni Pak Ahok, atau Pak Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur Jakarta saat ini. Sampeyan hapal dan kenal Pak Ahok enggak? Mas Lorenzo, kawan plus musuh dalam selimut sampeyan pernah ke Jakarta. Tapi, waktu itu Mas Lorenzo nemuin Pak Jokowi. Pak Ahok, saat itu masih jadi Wakil Gubernurnya Pak Jokowi. Waktu di Jakarta, Mas Lorenzo sempet naik sepeda bareng dengan Pak Jokowi. Dan diterima dengan baik. 
 
Tapi kalau sampeyan milih melawan Ahok, siapkan penutup kuping. Pak Ahok kalau bicara pedes bin nyelekit. Namun saya yakin, sampeyan terbiasa dengan suara bising knalpot. Jadi suara Pak Ahok, mungkin tak ada apa-apanya bagi sampeyan. Jadi gimana, tertarik-kah sampeyan 'balapan politik' di Indonesia?
 

Ikuti tulisan menarik Agus Supriyatna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler