x

Iklan

FATKUL MUIN

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kisah Nur Ahadin, Nelayan Kedungmutih yang Tak Kuat Beli Perahu

Nur Ahadin nama nelayan yang baru saja turun dari perahu mesinnya. Sesampainya di depan rumah iapun menurunkan termos besar dan juga ember hitam kecil.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Demak – Sekitar pukul enam pagi di pesisir desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak tampak beberapa perahu bersandar di dermaga sederhana dari bamboo. Satu nelayan turun dari perahu dengan membawa termos besar dan ember kecil. Ia melewati jembatan kecil yang terbuat dari empat batang bamboo.

Nur Ahadin nama nelayan yang baru saja turun dari perahu mesinnya. Sesampainya di depan rumah iapun menurunkan termos besar dan juga ember hitam kecil. Dari dalam rumah keluar istrinya yang kemudian menyambut kedatangan suaminya. Wanita beranak dua itupun kemudian membuka termos berisi udang untuk dipilah-pilah.

“ Saya berangkat miyang sore hari . habis shalat Ashar saya berangkat sendirian. Semalam suntuk saya membelah laut untuk mencari ikan. Alhamdulillah hasil hari ini hanya cukup untuk belanja sehari saja. Laut sedang sepi “, kata Nur Ahadin pada kabarseputarmuria yang menyambangi rumahnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nur Ahadin mengatakan , awal bulan Nopember ini suasana laut sedang sepi sehingga ratusan perahu nelayan diparkir dipinggir sungai. Yang berlayar hanya beberapa nelayan saja termasuk dirinya. Ini semua ia lakukan karena hanya nelayan pekerjaan sehari-harinya. Meski hasilnya hanya sedikit yang penting bisa untuk belanja harian.

“ Ya gimana lagi meski laut sepi ya terpaksa miyang malam hari. Kalau hari-hari sepi sehari paling banter dapat Rp 300 ribu kotor. Untuk bekal dan juga bahan bakar habisnya sekitar Rp 200 ribu. Jadinya ya masih dapat hasil Rp 100 ribu “, aku Nur Ahadin.

Nur Ahadin yang kini berumur sekitar tiga puluh tahun mengaku , terjun ke laut semenjak lulus SD . Sambil meneruskan sekolah di SMP iapun beberapa kali tetap ikut miyang orang tuanya atau tetangganya. Usai lulus SMP iapun tidak melanjutkan sekolahnya karena keterbatasan biaya. Sehingga nelayanpun menjadi pilihan pekerjaannya.

Ia kini mengoperasikan perahu dengan dua mesin yang tidak baru lagi. Perahu dan mesin itupun sudah ia jalankan hampir lebih sepuluh tahun. Dulunya ia tidak membeli perahu dan mesin baru. Namun ia membeli bekas dari sesama nelayan tetangganya. Uang pembelian itu ia kumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil miyang sehari-hari.

“ Awalnya saya miyang njurag atau buruh pada tetangga, dari hasil miyang setiap hari lalu saya kumpulkan. Bertahun-tahun saya menabung dan akhirnya bisa membeli perahu dan mesin meski tidak baru . Kalau baru paling tidak butuh Rp 40 Jutaan kalau bekas paling separohnya “, tambah Nur Ahadin.

Setelah dipergunakan lebih sepuluh tahun perahu dan mesin yang ia jalankan mestinya harus diperbaharui . Namun karena ketiadaan modal iapun tetap memaksakan untuk membelah lautan setiap harinya. Meski kadang harus mengeluarkan biaya servis untuk perahu dan mesinnya , hal itu bukan halangan untuk tetap pergi ke laut. Meski kadang harus prei satu hari atau dua hari tunggu perbaikan perahu dan mesin.

“ Ya inginnya sih ganti perahu yang baru , habis gimana lagi hasil miyang setiap harinya habis untuk kebutuhan sehari-hari . Ya mudah-mudahan ada bantuan mesin atau perahu untuk nelayan di sini “, harap Nur Ahadin yang sudah menjadi anggota kelompok dan juga mempunyai kartu Nelayan.

Dari pantau Kabarseputarmuria.com dilapangan kisah  Nur Ahadin ini merupakan salah satu contoh nelayan di desa Kedungmutih yang hampir dialami semua nelayan yang tinggal di kecamatan Wedung kabupaten Demak. Oleh karena itu diharapkan kepedulian pemerintah khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan. Untuk memberikan bantuan perahu atau mesin pada nelayan.

Sehingga sudah pas kiranya jika pada tahun 2016 yang akan datang pemerintah menggelontorkan bantuan perahu pada nelayan. Bantuan itu diharapkan untuk menggantikan perahu nelayan yang sudah tua . Dengan digantikannya perahu mereka akan menambah kinerja mereka dalam menangkap ikan dilaut. (Muin)

Ikuti tulisan menarik FATKUL MUIN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB