x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Where Hope Grows, Belajar Bersyukur dari Sebuah Film

Film yang berkisah tentang persahabatn dua pribadi yang berbeda karakter , an unexpected journey. an unexpected friendship.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Jika sekarang Anda sedang dalam keadaan merasa menjadi manusia paling nestapa sedunia, merasa didera kemalangan luar biasa, merasa menjadi mahluk terdzalimi ataupun merasa menjadi korban konspirasi entahlah-entahlah, pokoknya posisi Anda sedang di titik nadir kengglundhungan, sehingga hidup hanya anda jalani laksana zombie yang berjalan tanpa kesadaran, maka tidak ada salahnya untuk Anda rehat sejenak, menepi dari segala rutinitas menjemukan dan mulai mencari sebuah katarsis.

Untuk yang isi dompetnya tebal dan duitnya tak bernomor seri pastinya sangat gampang melarikan diri dengan piknik sampai ke Kilimanjaro atau alaska sekalipun, tetapi jangan ciut nyali dulu untuk njenengan yang kebetulan bermodal pas-pasan baik dari segi keuangan maupun paras muka, Anda tetap layak bahagia. Oh tentu saya tidak menyarankan Anda membobol bank agar pundi-pundi keuangan bertambah apalagi operasi plastik agar wajah menjadi cakep dan cantik ala superstar Korea. Tenanglah wahai para sahabatku, bahagia itu tidak hanya bisa diperoleh dengan piknik belaka, wong melihat njenengan senyum saja bisa membuat saya bahagia lho, ehem beneran, coba senyum dulu gih.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jadi apalagi alternatif pelipur lara selain piknik ke tempat yang jauh? Nah bagaimana kalau menekuni hobi. Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa hobi bisa membantu manusia lebih rileks dan tidak spaneng. Jika suka membaca maka membacalah, jika suka menulis menulislah, jika suka memasak memasaklah, jika senang berkebun berkebunlah dan jika suka belanja maka, ah lupakanlah kan tadi bilang sedang ndak punya duit.

Bagi yang kebetulan punya hobi nonton film, saya ingin menulis sedikit review, yach reviewnya tentu saja sederhana saja ala saya, tapi saya berani jamin film ini bagus, layak tonton dan akan membuat anda lebih bersyukur serta menghargai hidup, sehingga pikiran menjadi lebih jernih dan perasaan menjadi mahluk paling menderita di jagad raya pun terkikis habis.

 

***

Mungkin banyak yang tidak familiar dengan Where Hope Grows (2014) , wajar saja karena film besutan sutradara Chris Dowling berdurasi 95 menit ini memang bukan  box office. Film berkisah tentang Calvin Campbell (Kristoffer Polaha) seorang mantan atlet baseball yang terpaksa meninggalkan arena ketika prestasinya sedang menanjak. Merasa dirinya orang paling tidak beruntung di dunia, Calvin pun menjadi seorang alkoholik sebagai sarana melarikan diri dari kenyataan hidup. Hal itulah yang membuat hubungan dengan putrinya yang beranjak remaja menjadi menyedihkan. Ya, Calvin adalah single parent bagi Katie (McKaley Miller). Calvin seringkali merusak janji ataupun mempermalukan Katie karena pengaruh buruk alcohol yang selalu ditenggaknya, apalagi Calvin justru lebih sering menghabiskan waktu dengan teman sepeminuman,Milton (William Zabka) dan Mitch (Kerr Smith) daripada dengan Katie sang putri yang sebenarnya sangat menyayanginya.

Renggangnya hubungan ayah dan anak ini membuat Katie merasa tidak masalah jika harus menjalin hubungan dengan Colt (Michael Grant), walaupun ia tahu bahwa Colt adalah pemuda berandalan, namun Katie tetap merasa Colt lebih baik dari ayahnya yang tidak bertanggung jawab, bahkan malas bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di tengah hidupnya yang serba kacau karena candu alcohol, Calvin bertemu dengan Produce (David De Sanctis) di sebuah supermarket. Produce adalah seorang pemuda dengan down syndrome yang bekerja sebagai pramuniaga di supermarket tersebut. Kepribadian produce yang selalu bahagia dan berpikiran positif sangat bertolak belakang dengan Calvin yang murung dan selalu menyalahkan kehidupan. Persahabatan unik pun akhirnya terjalin diantara mereka, sedikit-demi sedikit Calvin mulai mengurangi ketergantungannya terhadap botol-botol minuman keras dan Produce pun semakin bahagia karena memiliki sahabat yang sangat peduli padanya.

Namun hal itu tak berlangsung tanpa hambatan, banyak cobaan yang membuat hubungan persahabatan keduanya memudar, bahkan Calvin pun tergoda untuk kembali bercengkerama dengan minuman memabukkan. Bagaimana kisah selengkapnya terjadi, semua bisa anda saksikan sendiri hehe.

***

Terus terang saya tidak terlalu suka dengan film-film yang sarat pesan moral, namun semua menjadi berbeda ketika saya melhat film ini. Where Hope Grows mampu membuktikan bahwa sebuah film “bermoral” tidak harus dituturkan dengan gaya berceramah. Didukung oleh plot yang mengalir lancar, acting yang brilian dari para pemain dan kedekatan kisah dengan kehidupan sehari-hari membuat film ini sangat natural. Dalam kesehariannya, David de Sanctis adalah seseorang dengan down syndrome, jadi dia memang tidak sedang berperan, sangat salut dengan prestasinya. Menonton film ini seperti menikmati sepiring gado-gado, ada kebahagiaan, keharuan, kesedihan, semangat, harapan, keputusasaan dan tentu saja rasa syukur.

Seperti kata iklan, belajar bersyukur memang bisa kita dapatkan dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja. Bahkkan dari seseorang yang mungkin saja tidak kita anggap sebagai orang. Film ini memberitahukan kita bahwa ternyata orang yang tidak kita anggap tadi malah justru mampu menyelamatkan kita dari keterpurukan. Ketulusan, kebaikan tanpa pamrih mereka mampu mengangkat kita manjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang mampu berterimakasih dan bersyukur atas segala apa yang sudah kita miliki. Film ini mungkin film religious, tapi bagi saya film ini penuh inspirasi, mengharukan tapi tak lantas jatuh ke dalam lembah menye-menye.

***

Sebagai manusia, kita memang dianugerahi sifat tidak lekas puas, hal ini memang bermanfaat untuk memacu kita memperoleh hasil yang maksimal, namun tak jarang sifat ini bisa membunuh ketika kita tidak mampu mengelolanya dengan baik. Jika Produce yang -mungkin menurut anda-  hidupnya jauh di bawah standar bisa begitu berbahagianya menjalani hidup, kenapa njenengan yang diciptakanNya dengan segala kesempurnaan malah sibuk mengutuki dunia seolah semua menjadi tak adil bagi anda.

Saat leher, kepala dan mata sudah lelah untuk mendongak, marilah kita tunduk kebawah dan sejenak menoleh ke samping kiri dan kanan, lalu bertanyalah pada hati, begitulah.

sumber gambar : www.imdb.com

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler