x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mahluk Toleran itu Bernama Jomblo

Jika seringkali merasakan cepat terprovokasi dengan propaganda tak tentu arah di media sosial belakangan ini, maka belajarlah toleransi pada kaum jomblo.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Apakah njenengan tahu siapa kaum paling toleran se-Indonesia saat ini? kalau jawabannya aktivis hak asasi manusia, pegiat lingkungan ataupun para seniman, saya bisa bilang  njenengan masih keliru. Sekali lagi saya ndak bilang kalau mereka itu bukan priyayi yang intoleran lho ya, tapi memang masih ada satu kaum lagi yang batas tolerannya sudah mencapai kasta tertinggi dan tidak bisa disamai oleh siapapun. Ya, mereka adalah kaum jomblo.

Lho mesti yang baca malah tertawa kan gara-gara saya menulis ini, sekali lagi saya tidak sedang guyon lho ya, ini sungguhan. Mari kita cermati apa yang sesungguhnya dilakukan kaum jomblo sehingga saya berani memberi stempel kepada mereka sebagai kaum paling toleran se-Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita semua sudah mahfum kalau belakangan ini masyarakat sedang dilanda kegalauan dan terombang ambing dalam gencetan provokasi yang luar biasa syahdunya, terutama sejak gelaran pilihan presiden tahun lalu. Entah kenapa sepertinya permusuhan di era kampanye itu koq berlarut-larut sampai sekarang dan terbawa di seluruh sendi kehidupan, dari yang remeh sampai yang gawat beneran. Dari masalah cara berpakaian sampai sikap terhadap terorisme. Pokoknya kalau kamu ndak gini berarti kamu masuk golongan itu, pokoknya kalau kamu anti gerakan anu berarti kamu pro situ, begitu terus mbuletnya sampai lebaran monyet, dan kalau kebetulan kita tidak pro atau anti terhadap sesuatu maka langsung dicap ndak punya prinsip, sungguh sangat mengagumkan memang.

Sebentar, terus apa hubungannya ini semua sama kaum jomblo yang sudah saya agung-agungkan di paragraph awal. Jadi gini, kalau saja para kaum cerdik cendikia yang pro dan anti-anti an itu mau sedikit belajar dari kaum jomblo, niscaya negara kita akan aman sentosa dan lancar jaya. Lha bagaimana tidak, para priyayi yang hobi berantem (terutama di media sosial) itu adalah sebuah perwujudan sikap manusia yang tidak sabaran, intoleran dan mudah terpancing hasutan, sungguh sangat berkebalikan dengan falsafah hidup kaum jomblo. Masih ndak percaya, yuk mari kita intip sekali lagi.

Kaum jomblo adalah mahluk imut paling toleran, tabah ,sabar  dan mampu mengendalikan diri dengan baik walaupun mereka kerap kali terabaikan hanya karena statusnya yang dipandang sangat tidak elite. Bagaimana tidak, disaat kaum non jomblo pamer kemesraan dengan alay nya baik di media sosial maupun dunia nyata dengan tak lupa melakukan penghinaan dan perbuatan tidak menyenangkan  serta menebarkan seruan kebencian kepada kaum jomblo, maka tidak terbersit sedikitpun di benak para jombloers untuk membalas semua itu, perbuatan jahat tak semestinya dibalas dengan kejahatan, itu prinsip mereka, cinta damai.

Kaum jomblo juga tidak lantas jatuh kedalam sebuah perbuatan anarkis dan sembarangan menghakimi dengan mengutuk para kaum non jomblo sebagai  kaum yang sesat dan oleh karenanya pantas dilenyapkan karena tidak sehaluan. Tidak seperti itu, justru kaum jomblo dengan legawanya menjadikan diri mereka obyek bullyan yang terus saja dinistakan tanpa belas kasihan terutama saat waktu bergulir di akhir pekan. Tak secuilpun kesumat tersemat di hati jombloers untuk membalas semuanya, mereka paling hanya tersenyum sejenak merasakan perih tikaman kata-kata itu sembari berkata dalam hati, aku jomblo maka aku ada.

Jomblo jelas bukanlah suatu kebanggaan bagi manusia kebanyakan, mungkin karena jomblo tak dekat dengan kekayaan dan kekuasaan. Tapi justru disitulah letak kehormatan sesungguhnya, coba kita perhatikan berita korupsi yang seliweran menghiasai layar televisi setiap hari. Hampir semuanya dilakukan kaum non jomblo kan, see? Kaum marjinal ini justru ndak tertarik berbuat curang seperti itu. Kalau mau ditarik ke belakang lagi, justru kaum jomblo menyumbang banyak dalam sejarah bangsa, coba baca lagi kisah Tan Malaka, WR. Supratman sampai Soe Hok Gie dan kisah kejombloannya kalau ndak percaya.

Jadi, jika toh sekarang njenengan berstatus jomblo, ya jangan terus jadi ndepipis, minder dan meratapi nasib, apalagi ngamuk-ngamuk menyalahkan dunia seisinya sebagai sebab kejombloan. Hadeuh, ndak jaman deh dan malah mencemarkan nama baik para jomblo, mendingan perbanyak aktivitas positif dan mengembangkan potensi diri, sukur-sukur kalau bisa memberi manfaat bagi orang lain. Inilah saat yang tepat untuk memaksimalkan kemampuan karena masih bisa fokus dan belum dipenuhi keribetan serta kewajiban yang mesti diemban para kaum non jomblo.

Saya jadi ingat seorang teman, ngakunya sih dia jomblo kronis menahun, tapi kiprahnya sangat luar biasa terutama pada dunia edukasi anak-anak. Dia seolah memiliki energi dan pikiran yang tiada habisnya untuk berbuat kebaikan bagi orang lain. Pokoknya dia salah satu high quality jomblo masa kini yang menjelma menjadi inspirasi bagi negeri yang sedang krisis percaya diri, apa ndak membanggakan hayo. Maka sekali lagi berbahagialah, jadilah jomblo yang hebat, kuat, bermartabat dan membawa manfaat.

Ah saya koq lupa, mungkin teman saya yang jomblo inspiratif itu malah sedang membaca tulisan ini, kalau terpaksanya gitu, saya sih cuma bisa berharap  tulisan ini bisa diizinkan publish.

 

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu