x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dan Pramudya Ananta Toer pun Berucap: Allahhu Akbar!

Kehidupan Pram sehari-hari menurut Soesila Toer

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Pram Dari Dalam

Penulis: Soesila Toer

Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Februari 2013

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gigih Pustaka Mandiri                                                                                

Tebal: xii + 286

ISBN: 978-602-17414-2-9

 

Namanya melambung, namun hatinya tenggelam. Hidupnya pasang, tetapi sanubarinya surut. Dan itulah pengarang dari Blora yang berhasil tetapi gagal.

Kita mengenal Pram sebagai seorang penulis yang ‘berhasil’. Dia menulis banyak buku, dan tetraloginya telah diterjemahkan dalam banyak bahasa. Bahkan dia pernah menjadi salah satu nominator penerima Nobel Sastra. Keberhasilan Pram sebagai penulis dibuktikan dengan lamanya dia tinggal dalam penjara. Bagi Pram menulis adalah tugas nasional yang harus diemban.

Kiprahnya dalam dunia kebudayaan juga kita kenal dengan baik. Perseteruannya dengan Muchtar Lubis dan kawan-kawannya. Kaitan Pram dengan LEKRA dan PRAM sebagai penghuni penjara telah ditulis berlembar-lembar oleh banyak pihak.

Namun, siapakah diantara kita yang tahu siapa PRAM sebagai manusia biasa? Pram sebagai anak Pak Toer? Pram sebagai suami (yang gagal)? Pram yang kecewa terhadap anak-anaknya? Selama ini semua itu bagai rahasia yang tersimpan rapat.

Dalam buku Pram dari Dalam ini Soesilo, adik kebanggaan Pram, mengungkap dengan tanpa tadhing aling-aling alias dibuka secara gamblang kehidupan Pram. Jangan berharap untuk mendapat informasi pembelaan, atau penggambaran Pram yang baik dan bagus. Soesilo Toer tidak menyembunyikan segala kelemahan Pram sebagai manusia. Informasi semacam ini mustahil kita dapatkan dari sumber lain.

Buku ini, selain menuturkan Pram sebagai manusia, Soesilo Toer menyajikannya dengan renyah. Pengetahuan Soesilo yang sangat luas membuat buku ini memberi bonus kepada pembaca. Kita mendapat informasi (yang juga jarang bisa kita temui) tentang tokoh-tokoh seperti Amangkurat, Napoleon, Xantippe, Chalid Salim – adik dari Haji Agus Salim dan sebagainya.

Selain bercerita tentang Pram, Soesilo juga bercerita dengan rinci siapa sebenarnya bapak dan ibu serta saudara-saudaranya Pram. Mastoer adalah seorang guru yang penuh semangat mengemban tugas untuk melanjutkan sekolah yang didirikan oleh Dr Soetomo di Blora dan kemudian ditinggalkan karena Dr Soetomo pindah tugas. Dia adalah pendiri NU di Blora. Dia juga adalah tokoh PNI.

Karena peraturan sekolah liar, sekolah yang dikelola oleh Mastoer ini menjadi surut. Kegagalan ini menyebabkan Mastoer membuang kata Mas di depan namanya sehingga hanya menjadi Toer  (singkatan dari tansah ora enak rasane). Itulah sejarah nama Toer yang menempel pada Pram. Cerita tentang saudara-saudara Pram dengan segala sepak terjangnya disampaikan secara gamblang bahkan telanjang.

Jangan berharap kita akan mendapat informasi tentang politik atau agama Pram dalam buku ini. Kalaupun ada, itu hanya secuil saja, seperti yang dituliskan dalam kalimat berikut ini: Ketika bapaknya meninggal, ia dan bukan orang lain yang bertakbir keras mengagungkan nama-Nya dengan suara membahana: Allahu Akbar!

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler