Suatu ketika John Lennon menulis lagu ‘Help!’ Penggalan liriknya seperti ini:
Help, I need somebodyHelp, not just anybodyHelp, you know I need someone, help
John menulis lagu ini demikian emosional selagi mengalami depresi sehingga, kata John, membuatnya ingin “melompat keluar jendela”. Lagu asli Help! memperdengarkan suara piano yang perlahan dan polos. Ketika Paul McCartney mendengarnya, ia mengusulkan agar dimasukkan kontra melodi, juga harmoni ringan yang dinyanyikan di belakang lirik utamanya—dan ini mengubah secara mendasar karakter lagu John.
Seperti kata Joshua Wolf Shenk, dalam bukunya Powers of Two, bukan kebetulan bahwa dalam liriknya John memohon kepada “somebody... not just anybody.” Ia tahu, ia berisiko hanyut, dan Paul membantu John menjejakkan kakinya ke tanah. Paul itulah somebody.
The Beatles beranggotakan empat orang bersama George Harrison dan Ringo Starr, tapi John dan Paul boleh dikata yang mewarnai band dari Liverpool ini. Joshua menyebut Paul dan John tak ubahnya pasangan keteraturan dan ketidakteraturan. Dan sesungguhnyalah ini dua sisi dari watak manusia, yang dalam legenda Yunani kuno terdapat pada diri Apollo, yang rasional dan disiplin, dan Dionysus, yang spontan dan emosional.
Fridriech Nietzsche pernah berkata, interaksi antara Apollonian dan Dionysian adalah fondasi bagi karya kreatif. Riset mengenai kreativitas modern meneguhkan wawasan ini, menyingkapkan hubungan penting antara mengurai dan membangun, serta mengacau dan menata. Dua peran ini bisa jadi berada di dalam diri dua orang yang berbeda. Penyatuan keduanya berpotensi menjadi kekuatan inovatif yang dahsyat.
Sejak lama, masyarakat meromantiskan kekuatan kreatif satu orang—ilmuwan yang menghabiskan malam-malamnya di laboratorium. Tapi benarkah gagasan-gagasan yang mengubah dunia itu berasal hanya dari satu orang, ataukah setidaknya dari dua orang sebagai ‘pasangan kreatif’ seperti yang disebutkan oleh Nietzsche—pasangan antara karakter Apollonian dan karakter Dionysian.
Paul dan John memainkan dua karakter yang berbeda itu, tapi saling melengkapi untuk menciptakan sesuatu yang lebih luar biasa ketimbang yang dihasilkan oleh satu orang. Yang seorang mengisi kekurangan yang lain. Steve Wozniak boleh dikata memberi bentuk terhadap imajinasi Steve Jobs ketika mereka berdua mendirikan Apple, meskipun dalam perjalanannya Jobs berduet dengan Jonathan Ivy yang menangani segi desain produk.
Menarik apa yang dicontohkan Joshua perihal gerakan hak-hak sipil yang dipimpin Martin Luther King. Dalam banyak hal, Martin tidak bekerja sendiri. Ada Ralph Abernathy—sang pemanas. “Dalam pertemuan-pertemuan massa di gereja kulit hitam,” kata Joshua, “Abernathy membeberkan lebih dulu fakta-fakta di lapangan dan membangunkan massa untuk melawan. Setelah itu Raja (Martin) akan naik mimbar dan menyampaikan kutbah .. tentang non-kekerasan.”
Google berdiri dan terus merajai dunia digital karena pasangan duet Larry Page dan Sergey Brin. George Lucas menopang Steven Spielberg dalam mewujudkan film-film yang menjadi impian bersama mereka. Begitu pula dengan Orville dan Wilbur Wright yang merintis pesawat terbang. Masing-masing pikiran kreatif saling membutuhkan untuk saling mengisi. Bila yang seorang kendor, yang lain mendorong. Bila yang seorang kehilangan gagasan, yang lain memantik.
Kekuatan kreatif hasil perpaduan dua orang telah menciptakan inovasi dalam banyak bidang. Walaupun, dalam sejarah, inovator soliter juga bertebaran. (foto: paul mc cartney dan john lennon; sumber foto: ultimateclassicrock.com) **
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.