Pagi itu, sepekan memasuki Desember, Dermaji tampak seperti biasa saja. Di salah satu sudut desa, Bapak-bapak terlihat guyub bekerja bakti memperbaiki selokan pinggir jalan. Beberapa ibu tampak hangat bertukar cerita di sebuah warung kelontong, ada yang sambil memilih sayuran, ada yang sambil menimang anak atau cucunya.
Di sepanjang jalan rumput liar, ladang, dan hutan jati menghijau menyambut musim hujan. Awan putih terlihat menggelayut di kejauhan, seperti hanya sejengkal di atas perbukitan yang memagari desa. Suasana desa yang tentram semakin menyelimuti ketika aroma tanah basah setelah semalaman hujan memayungi desa.
Namun, ritme kehidupan yang perlahan ini tak membuat warga Dermaji terlena. Di tengah zaman yang berpacu, Dermaji tak ingin tertinggal. Dermaji masih menyimpan mimpi. Tua muda bahu membahu merajut mimpi Dermaji; mimpi tentang generasi mendatang yang lebih mumpuni, yang memastikan Indonesia menjadi lebih baik di waktu nanti.
Vlog ini adalah sepenggal cerita tentang beberapa komunitas yang terinspirasi oleh mimpi warga Dermaji.
Cerita selengkapnya bisa disimak di sini.
Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.