x

Iklan

Thurneysen Simanjuntak

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ibu Rumah Tangga Aja, Bisa!

Kisah perjuangan seorang ibu untuk mewujudkan mimpinya, agar keempat anaknya bisa mengecap bangku perkuliahan, walaupun dengan keterbatasan ekonomi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap orang memiliki prinsip dalam hidupnya. Prinsip itu adalah pilihan. Bahkan apa yang menjadi prinsip seseorang dalam hidupnya tentu akan menentukan keputusan-keputusan yang diambil. Demikian juga keputusan-keputusan tersebut, sudah barang tentu akan  mempengaruhi masa depan orang tersebut.

Dalam menentukan pendidikan anak juga demikian. Apakah anak diberikan pendidikan yang terbaik atau tidak? Apakah anak diberikan dukungan dan kesempatan mengecap pendidikan hingga pendidikan yang paling tinggi (kuliah) atau tidak? Ini adalah prinsip dan pilihan dari orang tua terhadap anaknya. Mungkin akan ada yang mengkambinghitamkan ketidakmampuan ekonomi. Ada yang beranggapan bahwa tanpa kuliahpun, anak akan mampu memperoleh kehidupan yang lebih baik. Atau barangkali ada yang sampai berpikir bahwa kalau menguliahkan anak itu mahal, padahal belum tentuk sukses di masa depannya. Alasan-alasan tersebut bisa jadi sebagai alasan untuk tidak menyekolahkan anak setinggi mungkin.

Farida adalah seorang ibu yang sadar betul akan pilihannya dalam hidupnya. Di tengah keterbatasan secara ekonomi, ternyata dia berpikir lain. Ibu yang dilahirkan 18 Januari 1967 di Sukabumi, punya prinsip bahwa keempat anaknya harus mengecap pendidikan tinggi. Menurutnya, pendidikan tinggi akan menjadi nilai tambah bagi seseorang. Baik dari segi karakter, pengetahuan dan etos.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di samping itu, pendidikan akan memberikan cara pandang (mindset) yang berbeda dengan orang pada umumnya. Dia juga menambahkan bahwa kalau harta bisa habis dan hilang, tapi pendidikan tidak. Bahkan pendidikan tersebut, tentunya akan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi seseorang. Itu yang menjadi keyakinannya.

Memang dia mengakui, untuk biaya kuliah empat orang anak tidak mudah. Butuh perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Apalagi dengan penghasilan suami yang terbatas, tidak mungkin mendukung anak-anaknya untuk kuliah. Bahkan dua orang anaknya juga sempat harus menunda perkuliahan karena penyakit komplikasi yang sempat dialami Ibu Farida. Tetapi niat yang tulus, tekad yang bulat, akan  membukakan pintu rezeki. Tuhan akan mendengar doa-doa hambaNya.

Satu hal yang sangat disyukurinya, bahwa apa yang diperjuangkannya tidak sia-sia. Putra-putrinya  bisa mengecap pendidikan tinggi. Ketiga puterinya mengambil kuliah dengan jurusan Matematika, Hukum, dan Sastra Inggris di sebuah perguruan tinggi negeri (PTN) di Karawang. Sementara putranya lebih memilih kuliah di Komputer Akutansi di sebuah perguruan tinggi swasta.

Apa yang menjadi impiannya pun mulai dituai. Puterinya yang sulung pada tanggal 24 Oktober 2015 lalu, telah menyelesaikan perkuliahannya di Jurusan Matematika. Beban mulai berkurang. Tetapi perjuangan masih panjang, dia harus tetap bersemangat untuk menyelesaikan perkuliahan tiga anaknya lagi.

Dia seakan tidak pernah menyesali pilihannya.  Kalau dulu dia pernah harus mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan swasta. Dia lebih memilih untuk membesarkan dan membimbing anak-anaknya. Hasilnya, anak-anaknya memiliki karakter yang baik. Selalu menghormati dan menuruti perintah orang tuanya. Berkat didikan dari seorang ibu yang demokratis, yang memposisikan dirinya juga sebagai sahabat bagi anak-anaknya, menjadi salah satu kunci sukses untuk membimbing anak-anaknya.

Pengalaman ini menjadi inspirasi bagi saya pribadi. Mungkin bagi banyak orang di sekitarnya juga. Tantangan yang berat dari segi ekonomi tidak menjadi alasan untuk menyerah untuk memperjuangkan impian anak-anak untuk memperoleh pendidikan yang terbaik dan lebih tinggi. Ditengah-tengah keterbatasan ekonomi Ibu Farida, dia mampu bermimpi dan mewujudkan impian anak-anaknya. Dia tidak tinggal diam. Walau dia tidak bekerja penuh waktu sebagai karyawan yang penuh waktu. Tetapi dia jeli dan bijak melirik berbagai peluang bisnis.

Untuk mendukung pengahasilan suami yang terbatas. Dia memutuskan untuk menggeluti bisnis dengan menggunakan sistem pemasaran dengan konsep multi level marketing. Pasang surut dalam bisnis ini harus dilaluinya. Ada saat sukses, ada saat kembali ke titik nol bahkan minus. Baginya semua itu adalah proses pembentukan diri, karakter pantang menyerah, serta semangat untuk tetap belajar dan belajar.

Tetapi kata orang bijak, untuk sukses harus belajar dari kegagalan. Itulah yang membuatnya tetap maju bergerak. Mencoba dan mencoba lagi. Bahkan tantangan demi tantangan silih berganti tidak mematahkan semangatnya.

Saat ini dia yakin bahwa bisnis yang digelutinya saat ini, PROSMART, akan berhasil menghantarkannya kepuncak kesuksesannya. Bahkan melalui bisnis ini dia akan menyelesaikan tanggung jawabnya untuk membiayai perkuliahan anak-anaknya serta membangun kehidupan yang lebih baik.

#Tempo45

Ikuti tulisan menarik Thurneysen Simanjuntak lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB