x

Iklan

Irsan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Buah Ketekunan Pak Nasir

Sekecil apapun usaha itu, tapi ketekunan adalah buah yang akan kita petik

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketekunan selalu membawa peluang untuk meraih sukses. Apapun yang kita jalani dengan serius akan menghasilkan sesuatu yang berharga. Begitulah kata-kata yang terlontar dari seorang petani tekun bernama Nasir. Semenjak pulang dari Malaysia sebagai tenaga kerja, Pak Nasir kembali ke desa Karrang, kecamatan Cendana, kabupaten Enrekang dengan memulai usaha menanam sayur-sayuran dan tanaman hias. Mulanya ia menanam karena hobinya pada tanaman. Banyak orang yang menganggap remeh dari usahanya itu. Maklum pada saat itu, sayur-sayuran mungkin dianggap tidak memberi hasil yang cukup untuk memenuhi perekonomian ketimbang tanaman perkebunan yang lain. Namun ia tidak lantas surut dengan ucapan seperti itu. Ia bahkan menjadikannya sebagai motivasi.

Pada tahun 2001, untuk pertama kalinya ia mendapatkan pesanan bunga yang cukup banyak dari Kapolres Enrekang saat itu. Total harga bunga yang dibeli pada saat itu sebesar Rp. 16.000.000. Ketika Kapolres (Pak Feri) pindah tugas ke Toraja, ia kembali memesan tanaman hias Pak Nasir untuk ditempatkan di kantor dan rumahnya, serta mendesain tamannya. Pada tahun-tahun tersebut, Pak Nasir menginisiasi kelompok tani dalam musyawarah bersama tokoh-tokoh masyarakat. Dan dari situ terbentuklah Kelompok Tani Mekar Karrang. Mereka selanjutnya merumuskan tujuan secara tertulis.

Di bentuknya Kelompok Tani Mekar ini yaitu sebagai upaya meningkatkan kerja sama antar petani dalam melakukan kegiatan pertaniannya. Terutama dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota dalam bertani, meningkatkan pendapatan keluarga anggota dan memupuk kerja sama anggota dalam rangka pemenuhan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Kelompok Tani Mekar masih aktif hingga sekarang dan diketuai oleh Pak Nasir. Kelompok Tani Mekar kini memiliki anggota sebanyak 45 orang. Dalam perjalanannya -kelompok yang telah berusia 15 tahun- berbagai dinamika terjadi didalamnya. Melalui Kelompok Tani Mekar, Pak Nasir sering mengajak anggota kelompok melakukan studi banding ke kelompok tani yang sudah berkembang. Dari kunjungan tersebut, banyak informasi tentang tanaman dan pengembangannya yang mereka peroleh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti saat dari Jakarta, Pak Nasir mulanya membawa 5 biji buah lengkeng untuk dijadikan bibit. Hingga akhirnya dikembangkan di lokasi pembibitannya. Selain itu kadang ia membeli buah-buahan untuk diambil bijinya. Demikian halnya ketika ia baru pulang dari Malaysia, ia membawa bibit yang dinamainya “Ketapang Malaysia” untuk dikembangbiakkan. Melalui bibit yang dikembangbiakan itulah ia menerima pesanan dari berbagai daerah. Misalnya, pada tahun 2014 dan 2015, ia memperoleh pesanan bibit Ketapang Malaysia sebanyak 8.000 buah dari Pemda Enrekang. Tanaman selanjutnya ditanam di sepanjang jalan kota Enrekang dan daerah sekitarnya.

Dalam rentang tahun 2005 sampai dengan 2009, Pak Nasir fokus pada tanaman rambutan dan diselingi pohon cempada. Kedua tanaman itu dipelihara dengan baik di kebunnya yang berada tidak jauh dari lokasi Bumi Perkemahan Karrang. Saat musim tanaman rambutan mulai berbuah, Pak Nasir menerima pembeli yang biasanya berasal dari Makassar atau Maros maupun masyarakat sekitar. Menariknya, para pembeli di persilahkan untuk memetik sendiri buah rambutannya.

Tahun 2006, Pak Nasir berduka karena ditinggal istrinya, Hayati, yang selama ini – 45 tahun- berbagi suka dan duka kehidupan. Saat itulah ia sempat vakum. Urusan mendidik dan membiayai ketiga anaknya sepenuhnya menjadi tanggungjawabnya. Tahun 2007 anak keduanya, Kasma, melanjutkan pendidikannya di Makassar. Sejak itu pula Pak Nasir harus bangkit dengan usahanya dan harus menjadi ayah dan sekaligus ibu bagi keempat anaknya. Kedua anak –Kasman dan Kasmi- Pak Nasir yang masih bersekolah di kampung kemudian membantu ayahnya. Bahkan kesuksesan Pak Nasir dalam mengembangkan usahanya, tidak lepas dari Kasman (anak ketiga), yang sekarang kuliah di jurusan Kehutanan UNHAS.

Seiring semakin bertambahnya jenis tanaman yang dikembangkannya, halaman depan dan belakang rumahnya pun semakin ramai dengan beragam jenis tanaman. Bahkan ia secara khusus membuatkan pot-pot dari bahan tehel. Tahun 2010, Pak Nasir mengontrak lahan kosong milik warga untuk dijadikan sebagai lokasi pembibitannya. Lokasinya berkisar 500 meter dari rumahnya. Dan pada tahun inilah usaha Pak Nasir semakin berkembang. Hingga akhirnya ia menerima label sertifikasi bibit lengkeng dengan kualitas baik dari provinsi Sulawesi Selatan.

Setiap anaknya (Kasman) pulang kampung, ia selalu ikut membantu orang tuanya di lokasi pembibitan. Berbekal ilmu yang diperoleh di kampusnya, ia kemudian semakin tertarik mendalami pembibitan tanaman. Disamping membantu orang tuanya, Kasman juga menanam dan berkebun. Bahkan saat ini ia memiliki 700 pohon Jabon yang ditanamnya enam tahun yang lalu. Mulanya ia tertarik menaman Pohon Jabon tersebut ketika mendapatkan informasi tanaman itu dari internet. Dari informasi yang diperolehnya itu, pohon jabon diperkirakan pada usia 10 tahun sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan interior rumah. Kasman memperkirakan bahwa tanaman yang dikembangkannya ini adalah tanaman yang masih jarang di daerahnya. Ke depannya ia ingin mengembangkan taman yang memadukan konsep seni dan tanaman. Katanya ia akan memberi nama "Taman Hayati". Hal ini ia lakukan untuk mewujudkan bakat dan cita-citanya sebagai pelukis –sebagaimana yang diharapkan almarhum Ibunya- yang  juga kembangkannya selama ini.

Dari pembibitan yang dilakukan Pak Nasir dan anaknya, hasilnya telah dikirim ke beberapa daerah dengan berbagai jenis tanaman, mulai dari bunga, buah dan pohon. Alhasil, usaha yang digeluti Pak Nasir menjadi buah bibir dan mulai banyak dikenal masyarakat Enrekang, bahkan dari luar daerah. Ia seringkali menerima pesanan melalui telepon setelah beberapa orang menginformasikan usahanya. Baru-baru ini, ia membawa 3.000 bunga Pucuk Merah ke salah satu SMA di Kabupaten Polmas. Selain itu, bibit tanaman lengkengnya telah merambah sampai Timika, Papua, Nunukan dan kabupaten-kabupaten tetangga. Sebelumnya ia juga mengirim bibit ketapang dan Pucuk Merah untuk ditanam di Kebun Raya Massenrempulu. Tahun 2015 kemarin, ia membeli lokasi pembibitan yang selama ini dikontraknya. Hal ini juga berkat bantuan anaknya yang merantau di Jakarta, Agussalim.

Demikianlah ketekunan Pak Nasir yang dapat kita teladani dalam bertani sekaligus berwirausaha. Ia memulainya dari hobi atau kecintaan. Pelajaran yang sederhana, namun bermakna. Sekecil apapun usaha itu, tapi ketekunan adalah buah yang akan kita petik.

Ikuti tulisan menarik Irsan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler