x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Seperti Apa Dimensi Kelima Itu?

Sehari-hari, kita terbiasa dengan tiga dimensi. Bagaimana kita membayangkan dimensi kelima, apa lagi ke-10, bila memang ada?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Meskipun sehari-hari penglihatan kita terbiasa dengan benda-benda 3 dimensi, seperti lemari, sepatu, atau gelas, kita terkesima juga tatkala menonton film 3-D. “Woww, keren juga ya!” Kita memang terbiasa menonton film dua dimensi, dan setelah ada film Avatar kita dapat merasakan perbedaan kesan antara dua dan tiga dimensi. Gambarnya sendiri dua dimensi, tapi sebagai penonton kita memersepsikan gambar itu punya kedalaman.

Bagaimana kalau sekarang kita melihat sesuatu yang memiliki empat dimensi? Niscaya kita kaget: bisakah? Ketika kita melihat sebuah teko, kita melihat benda ini punya bentuk yang dibangun oleh tiga sisi—panjang, lebar, kedalaman. Tapi, bagaimana mungkin kita dapat melihat sesuatu dalam empat dimensi. Sukar membayangkannya.

Sebagian peneliti mengatakan, kita sukar membayangkan benda empat dimensi karena terbiasa dengan benda tiga dimensi. Kesulitan ini, kata peneliti, tidak ubahnya orang yang terbiasa hanya mengetahui kehidupan dalam dua dimensi, maka ia sukar membayangkan bagaimana 3 dimensi itu (Tapi, adakah orang yang hanya tahu 2 dimensi?—ah ini pertanyaan tak perlu diperhatikan).

Membayangkan empat dimensi saja sukar, apa lagi 10 dimensi seperti yang dipikirkan oleh para fisikawan ketika mendiskusikan tentang teori string. Niscaya, sebagian besar kita tidak akan pernah bisa ‘melihatnya’. Karena kita hanya mengenal kehidupan dalam 3-D, otak kita tidak memahami bagaimana melihat sesuatu yang berdimensi 4, 5, apa lagi 10.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata Albert Einstein, selain tiga dimensi ruang, ada dimensi keempat, yaitu waktu. Lebih dari itu, waktu tidak terpisahkan dari ruang, melainkan suatu kontinum. Inilah pikiran yang menggemparkan jagat ilmiah pada masanya dan dikenal sebagai teori relativitas khusus [Walaupun ada yang menyebutkan bahwa Einstein tidak pernah menafsirkan waktu sebagai dimensi keempat].

Sebagian peneliti lantas memakai gagasan Einstein itu untuk mengetahui kemungkinan apakah kita bisa melakukan perjalanan melalui lorong waktu? Berjalan ke masa yang akan datang niscaya mungkin, bagaimana jika berjalan ke masa lalu? Mustahilkah? Itu hanya mungkin di kisah-kisah fiksi, kata ilmuwan.

Umpamanya saja, Anda berjalan dari rumah ke tempat kerja, maka Anda berjalan melalui arah tertentu di dalam ruang (belok kiri, belok kanan, naik, turun jalan). Di saat yang sama, Anda juga berjalan ke depan dalam kaitannya dengan waktu—dimensi keempat. Sehabis bekerja, Anda pulang ke rumah—sama saja, berjalan melalui arah tertentu dalam kaitan ruang tapi dalam arah berlawanan. Pertanyaannya: apakah Anda kembali ke masa lampau dalam konteks waktu? Tidak kan? Anda tetap berjalan ke depan.

Tapi, apakah kembali ke masa lampau sungguh mustahil? Sebagian ilmuwan memastikan itu mustahil, sebagian lainnya berpikir bahwa kemungkinan itu ada—setidaknya secara teoritis. Sebagian matematikawan bahkan terbiasa untuk berjalan-jalan dalam lima dimensi, bahkan lebih—tentu, dalam pikiran mereka. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler