x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengelola Tim dengan Keragaman Budaya

Keragaman budaya dalam tim menawarkan tantangan tersendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Jika engkau mengambil mitologi yang berbeda dari budaya-budaya yang berlainan, nama-namanya mungkin berubah dan alur ceritanya mungkin bervariasi, tapi selalu ada sesuatu yang sama.”

--Maynard James Keenan (Musisi, 1964-...)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikhtiar mewujudkan slogan bersama ‘satu tim, satu mimpi’ tidak selalu mudah dijalankan. Banyak faktor yang memengaruhi soliditas tim Anda, mulai dari keragaman fungsi, perbedaan pengalaman, lalu senioritas, hingga kepribadian anggota tim. Ada unsur lain yang juga bisa berpengaruh terhadap kerekatan tim, yaitu latar budaya masing-masing anggota tim.

Bila ada kelompok budaya yang relatif dominan dalam sebuah tim, mungkin tidak akan mudah bagi minoritas di dalamnya. Bila anggota tim ini tidak mampu mengatasi rintangan komunikasi, tidak mudah baginya untuk dapat berpartisipasi dan, apa lagi, didengar suaranya. Baik dalam hal mengail gagasan, beradu argumentasi, mengatasi perbedaan dan konflik, hingga mengambil keputusan.

Sebagai manajer atau pemimpin tim, kita perlu mengingat satu hal: orang-orang membawa serta latar budaya mereka kemanapun pergi, termasuk ke lingkungan kerja. Orang Aceh, Batak, Jawa Tengah, Sunda, sampai Manado niscaya punya cara komunikasi yang tak persis sama, walaupun sama-sama orang Indonesia. Bila perbedaan cara berkomunikasi ini tidak disadari sejak awal oleh seluruh anggota tim, terbuka kemungkinan akan ada kerepotan.

Bila kita sudah punya sejumlah jam tertentu dalam bekerja di berbagai lingkungan, kita sudah memiliki cukup pengalaman menangani isu keragaman. Nah, sekarang, ditambahkan unsur budaya. Para ahli memberi saran: penting untuk menyadari adanya keragaman budaya, antara lain ditunjukkan dengan cara kita berkomunikasi. Berbicara blak-blakan seperti orang Surabaya mungkin tidak mudah diterima oleh anggota tim dari daerah tertentu.

Begitu menyadari ada keragaman, sebagai pemimpin tim kita perlu menyiapkan aturan main yang disepakati bersama sejak awal. Umpamanya, bagaimana rapat diadakan dan apa yang Anda harapkan—harapan ini menunjukkan bahwa Anda memegang kendali terhadap tim, bahwa Anda mampu mengatasi keragaman.

Harapan Anda itu, misalnya datang kerja dan rapat tepat waktu, mempersiapkan laporan untuk dibahas (bukan datang dengan kepala kosong). Dua hal ini harus dipenuhi oleh seluruh anggota tim, tidak peduli apa latar belakang budayanya. Yang terbiasa bekerja lamban akan dipaksa menyesuaikan diri dengan ritme yang Anda dorong untuk disepakati oleh tim.

Tak kalah penting, begitu pengalaman mengajarkan, bersikap kreatiflah dalam menghadapi perbedaan dan konflik dalam tim. Sebagai pemimpin tim, Anda dapat mengasah kepekaan dalam mengetahui seberapa besar perbedaan budaya di antara anggota tim. Caranya, cermati seberapa terbuka suatu perdebatan dan ketidaksepakatan dalam tim tetap dipandang positif. Mungkin ada yang menganggap agresif pernyataan ‘Saya tidak setuju dengan pendapatmu’—langsung dan tanpa basa-basi. Individu lainnya barangkali lebih menyukai ungkapan yang lebih halus dalam menyatakan ketidaksetujuan terhadap suatu gagasan.

Menghadapi keragaman budaya dalam satu tim membutuhkan keluwesan. Tak ada patokan baku yang berlaku dalam setiap tim maupun setiap waktu. Pemimpin tim mesti peka dalam membaca situasi dan menemukan cara-cara kreatif untuk membuat timnya solid dan sekaligus dinamis. Ini tak ubahnya bermain layang-layang: terkadang mengendorkan benang, lain kali menariknya lebih kencang. ***

(sumber ilustrasi: insights.ccl.org)

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler