x

pssi

Iklan

Eddi Elison

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pasteurisasi atau Sterilisasi PSSI?

Mengenai masalah reformasi total, seperti yang dicanangkan Presiden Jokowi, saya menyampaikan dua jenis: "pasteurisasi" atau "sterilisasi".

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Utusan pemerintah, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia, Erick Thohir, dan Ketua Komite Ad Hoc Reformasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Agum Gumelar, telah menemui Presiden FIFA Gianni Infantino di Zurich, Swiss, akhir April lalu. Mereka melaporkan hasilnya kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikno bahwa FIFA menghendaki Indonesia untuk segera melaksanakan kongres luar biasa (KLB) PSSI. Menteri Olahraga Imam Nahrawi menyatakan FIFA merekomendasikan KLB digelar dalam waktu maksimal tiga bulan ke depan.

Rekomendasi FIFA tersebut disampaikan melalui surat resmi yang ditujukan kepada Mensekneg dan ditandatangani acting Sekretaris Umum FIFA Markus Kattner, hanya beberapa saat setelah Erick dan Agum selesai bertemu Infantino.

Bahwa FIFA cepat memberi reaksi tentunya karena Erick membawa serta empat lembar kertas berisi laporan tentang persepakbolaan nasional yang secara harfiah sesuai dengan pandangan pemerintah. Selain itu, "keputusan" FIFA tentang PSSI perlu ada agar masalah Indonesia tidak perlu lagi dibahas dalam Kongres FIFA yang akan dilaksanakan pada 11-13 Mei 2016 di Meksiko.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah mengirim utusan ke FIFA jelas sebagai usaha menyelesaikan masalah persepakbolaan nasional setelah PSSI secara administrasi dibekukan sejak 17 April 2015 dan "banned" FIFA pada akhir Mei 2015 dengan tuduhan, seperti dilaporkan PSSI, pemerintah mengintervensi PSSI dalam larangan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) terhadap klub Arema Cronus dan Persebaya untuk ikut serta pada Kompetisi ISL 2015. Kedua klub tersebut tidak lulus rekomendasi BOPI karena melanggar undang-undang/peraturan negara dalam perkara kepemilikan.

Dengan terbitnya rekomendasi FIFA kali ini, tentunya PSSI tidak perlu berdalih untuk melaksanakan kongres tahunan, yang seharusnya dilaksanakan Januari untuk pertanggungjawaban kerja 2015 dan menyusun program kerja 2016. Masalahnya, siapa yang akan melaksanakan KLB dan kapan? Menurut Statuta FIFA/PSSI, pelaksananya adalah PSSI. Namun, ada yang menafsirkan, yang mengacu pada rekomendasi FIFA yang ditujukan kepada Mensekneg, ini artinya FIFA meminta pemerintah yang melaksanakannya atas seizin FIFA.

Bagi masyarakat luas, bahkan Presiden Joko Widodo, siapa pun yang akan menjadi pelaksana KLB bukanlah masalah, asalkan temanya satu: perubahan total tata kelola persepakbolaan nasional. Reformasi total itu jelas menyangkut berbagai jenis sektor. Salah satu di antaranya, seperti disampaikan Menpora, pengurus PSSI yang akan datang jangan lagi berisi para politikus. Ada pula beberapa pihak yang menginginkan agar Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI tidak menjadi anggota/voter PSSI lagi.

Berlandaskan sejarah kelahiran PSSI, Asprov difungsikan kembali sebagai komisariat daerah (komda) yang mengendalikan pelaksanaan kompetisi perserikatan. Apalagi dalam statuta FIFA jelas disebutkan bahwa anggota dalam setiap asosiasi negara adalah klub, bukan asosiasi daerah.

Mengenai masalah reformasi total, seperti yang dicanangkan Presiden Jokowi, saya menyampaikan dua jenis: "pasteurisasi" atau "sterilisasi". Meminjam istilah yang digunakan dalam makanan atau minuman, (maklum sepak bola saat ini bagaikan "makanan" rakyat), "pasteurisasi" adalah proses pemanasan makanan untuk membunuh organisme yang merugikan, seperti bakteri dan protozoa.

Dalam konteks reformasi PSSI, ini berarti KLB harus dapat memutuskan untuk membongkar habis kepengurusan yang sekarang dan menggantinya dengan orang-orang yang integritas sepak bolanya terjamin murni, tidak cari nama, cari panggung atau bahkan "cari hidup". Dengan demikian, meskipun untuk mengikis habis permafiaan tidak mudah dilakukan, setidak-tidaknya harapan masyarakat untuk melahirkan sepak bola bersih dapat terpenuhi secara bertahap.

Adapun "sterilisasi" adalah mengurangi jumlah kandungan patogen sampai kondisi aman agar tidak berpotensi menimbulkan penyakit baru. Dalam hal ini KLB dapat melakukan verifikasi khusus terhadap tokoh-tokoh sepak bola nasional, baik yang masih duduk sebagai pengurus PSSI maupun yang di luar PSSI tapi aktif dan potensial dalam persepakbolaan nasional, tanpa pamrih. Nah, terserah peserta KLB mau pilih yang mana.

Suatu hal yang pasti, KLB sangat bergantung pada aspirasi dan kesadaran 108 anggotanya (pemilik suara). Apakah sudah puas dengan kondisi yang sekarang, setelah digulirkannya turnamen jangka panjang Indonesia Soccer Championship sejak 29 April lalu oleh operator PT Gelora Trisula Semesta? Atau, konsekuan dengan pernyataan di depan Presiden Jokowi ketika diterima di Istana Merdeka beberapa waktu lalu, yang dengan suara kur berteriak "setuju!" saat Presiden menyebut kata "KLB"?

*) Tulisan ini terbit di Koran Tempo edisi Rabu, 11 Mei 2016

Ikuti tulisan menarik Eddi Elison lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB