x

Iklan

Mang Ujang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Catatan Kritis Pencabutan Pembekuan PSSI

Pembekuan PSSI sudah dicabut Kemenpora. Reformasi di badan sepak bola nasional itu pun tak jelas juntrungnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Akhirnya kejadian juga. Sanksi pembekuan PSSI dicabut Kemenpora, Selasa, 10 Mei 2016. FIFA juga menyusul mencabut hukuman buat Indonesia dalam Kongres di Meksiko, Jumat malam, 13 Mei.

 

Dengan pencabutan sanksi itu, tentu saja ada hal positif akan mengikuti. Kompetisi bisa kembali digelar PSSI. Para pemain kembali mendapat kepastian masa depan. Tim nasional juga bisa kembali berlaga di level Internasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Tapi, bagaimana dengan reformasi PSSI? Ya, di sinilah kabar buruknya. Setahun pembekuan dilakukan, tak ada perubahan yang berarti dalam sepak bola nasional.

 

Bila Kemenpora selama ini mengklaim sepak bola masih diwarnai pengaturan skor, PSSI-nya dipimpin oleh orang yang kurang kredibel dan amanah, timnas tidak berprestasi, maka bila klaim itu benar, maka kondisi itu masih akan tetap terjadi. Selama setahun dibekukan, tak ada usaha mendasar untuk memperbaiki hal itu.

 

Jadi, apa gunanya pembekuan selama setahun ini? Nyaris tak ada. Hanya menimbulkan kejutan sedikit, tapi akar masalah yang ditengarai menggerogoti sepak bola kita tak bisa dibersihkan. Hanya menimbulkan kerisauan di kalangan pemain dan pengeloloa klub, tapi akhirnya tak benar-benar memberi jalan keluar yang diidamkan.

 

Sekarang pengurus PSSI kembali punya taring. Meski La Nyalla Mataltiti tengah buron, mereka mengkalim roda organisasi sepak bola nasional itu tetap jalan. Lalu, kelompok 85, yang belakangan gencar menuntut digelarnya kongres luar biasa (KLB), suaranya kian tenggalam. Kekuatan mereka bisa saja akan kian dilucuti pengurus PSSI yang kembali punya kuasa.

 

Apa yang dilakukan pemerintah dengan membekukan PSSI selama setahun akhirnya hanya jadi shock therapy kecil. Sangat kecil. Itu hanya menunjukkan bahwa pemerintah bisa saja menggunakan kekuasannya bila melihat PSSI berjalan pada jalur yang dianggap melenceng. Dan Menpora Imam Nahrawi sudah memberi ancaman siap membuat kebijakan baru bila melihat reformasi PSSI tak berjalan.

 

Tapi, melihat apa yang terjadi selama setahun terakhir, teformasi yang diharapkan tampaknya hanya akan tetap jadi angan-angan. Bukankah selama setahun pembekuan tak ada langkah berarti yang dihasilkan.

 

Jadi, bila Anda penggemar sepak bola nasional, ya mari terima saja fakta suram ini tanpa terlalu banyak berharap. Ikuti saja arus mengalir, meski itu penuh sampah dan bau. Nikmati saja apa adanya segala kesuraman dan kemuraman ini, daripada banyak berharap dan akhirnya hanya makan hati selamanya.(*)

Ikuti tulisan menarik Mang Ujang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB