x

Iklan

L Murbandono Hs

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Puisi-puisi dari Beberapa Kota Amerika

Puisi-puisi dari Beberapa Kota Amerika adalah puisi memikirkan Indonesia dari Berkeley, San Fransisco, Los Angeles, Albuquerqye, Ithaca, New York, dll.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

(Ilustrasi: openclipart.org)

 

S A T U

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

berkeley dan sekitarnya

di sirkuit universitasnya

tigapuluh orang baca makalah

kekerasan politik asia tenggara

sepuluh orang bicara soal indonesia

ujungnya carut marut para elite kita

mengurus atau merecoki negara

tak sedikit yang masih bercabul

dengan togog-togog orde baru

atau jadi kloning-kloningnya

 

serasa ada kontradiksi

terjadi di berkeley

sebab  ingat kota ini

ingat mafia ekonomi

sokoguru orde baru

kujumpai gamelan juga

pluriformitas gastronomi dunia

utamanya asia - di mana-mana

ngobrol soal kelapa sawit

termasuk para malingnya

digaji resmi negara

 

terkesima menyaksikan

banyak anak muda asia

juga anak-anak muda kita

memangguli ransel penuh buku

di punggung-punggung mereka

tangan kiri mereka menenteng-nenteng

cangkir plastik minuman ukuran raksasa

sudah tersedia kesempatan emas

sudah diolahkah dengan cerdas?

jika berbiak berbunga berbuah

buah-buah buat siapakah?

 

di san fransisco

lewat dua aktivis ham

kutemui lagi tangis indonesia

juntrung akarnya itu-itu pula

orang-orang dianiaya dan dibunuhi

oknum-oknum lucifer sirkuit resmi

 

di gereja kecil union city

orang-orang indonesia berdoa

meratapi indonesianya

pasturnya muda belia

studi khusus kitab suci

ilmu acap dicap kering

oleh budi batin garing

ada yang bersaksi tradisi pawai keliling kota

diikuti banyak bangsa para penghuni negara

bhinneka tunggal ika model amerika

 

di alameda kujumpai optimisme di sebuah rumah

perempuan kecil dari kudus dokter lulusan jerman

seribusatu soal resmi menghalanginya berpraktek

batal mengamalkan ilmunya dan tetap tegar

menjadi srikandi gizi dan gastronomi

untuk anak-anak amerika

apa pun warna kulitnya

di asrama sekolah-sekolah

 

Berkeley, 13 Februari 2001

 

***

 

D U A

 

los angeles luas nian

mungkin bisa menelan

sekian jakarta dan sebagian lautan

seluas lapang dada warga bangsaku

menziarahi kehidupan di duarte city

menerima menampungku sekian hari

 

pada sebuah jum'at malam

berhimpun bersilaturahmi

ngobrol dan diskusi

muaranya ke sana juga

menangisi indonesia raya

 

upaya sebuah komunitas

khas di-dari-bagi negeriku

acapkali tak dimengerti

warga sebangsa sendiri

mei kelabu beberapa tahun lalu

terkunci di laci dan akalbudi bisu

berbagai benih kemauan baik

tertabur di duarte dan sekitarnya

berbiak aneka ekspresi alternatif

tiga terbitan koran majalah

dalam bahasa indonesia

islamisme modern pluriformitas

berbiak menjadi buah-buah

jangan mudah menjadi lelah

 

Los Angeles, 17 Februari 2001

 

***

 

T I G A

 

albuquerque – kenal  kota ini?

pusat budaya indian di new mexico

diskusi silaturahmi century university

dengan para mantan pembimbing

studi jarak jauh dan seabrek wacananya

kredibilitas, metodologi, akreditasi, sejenisnya

filosofi, mutu, nilai ekonomi, dan seterusnya

 

di sebuah jamuan makan malam

dua profesor asal ceko suami istri

berlanjut diskusi pagi dan siang itu

dipersoalkan ditagih nasib tesisku

berbunyi atau jadi mahkota laci?

bisaku cuma sori-sori doang

memoles-molesi kemacetan

mengarungi lautan pendidikan

o, betapa kecilku di lautan itu

saat mereka menitipkan sebagian

kepercayaan ke atas pundakku

menyebarluaskan harapan

spiritualitas dan kreativitas

sistem kiprah edukasi masadepan

menjebol batas-batas tempat

melawan mitos-mitos keilmuan

yang telah sekian abad

dimonopoli para dewa dewi

menara-menara onani tinggi

yang disebut dunia kesatu

makin jauh meninggalkan

dunia yang lain-lain

 

jamuan sampai pada kopi

dan malam kian larut

mereka juga mempersoalkan

tanah airku dan gunjang-ganjingnya

kemungkinan dan kemustahilannya

kebuntuan kunci-kunci solusinya

 

terperangah dalam kebuntuan

keesokan harinya kutemukan

indonesian elements - anak-anak muda

meniti profesi dalam budaya indonesia

juga ada encantada - gamelan kita

tak penting bali atau yogyakarta

ia telah jadi bagian kota ini juga

 

Albuquerque, 25 Februari 2001

 

***

 

E M P A T

 

ithaca bersalju mengguyur halaman berbukit

universitas cornell dan jalan-jalan setapak turun naik

bagai di buku-buku komik anak-anak muda hilir mudik

digelantungi ransel penuh buku

rasa cemburu bagi masa mudaku

berlalu di balik tembok padepokan

yang di zamanku penuh pergolakan

menghadapi seribusatu pembaruan

 

di tengah guyuran salju aku hilir mudik

dari perpustakaan, kantin, museum

dari kahin center dan bolak-balik

di antara mimbar-mimbar bebas

anak-anak muda pidato atau baca puisi

memasang plakat-plakat keyakinan

di antaranya ada berita kedatangan

korban kekerasan dan penculikan

yang bisa lepas berkat tuhan

diatur-atur pertemuan

tetap tidak bertemu

mungkin berkat tuhan

 

ithaca kian bersalju dan aku terperangkap

masa singgah sampai tambah tiga hari

hotel menobatkanku sebagai guest of the day

dengan hadiah secangkir permen warna-warni

dan hadiah-hadiah lain tak ternilai

 

sekian obrolan dan pertemuan

dengan para penekun indonesia

pak hatch main kendang di pelatihan

setia berkiprah menggeluti gamelan

setelah puluhan tahun berlalu

gamelan universitas cornell

lewat para cantriknya

tersebar ke banyak tempat

di amerika

 

ithaca dan cornell mungkin kecil

tapi menyangkut indonesia

segalanya bisa amat panjang

kisah-kisah perlawanan

atau upaya menerang-jelaskan

seribusatu soal orde baru

terutama kemunafikannya

ihwal kompletnya

tanyakan pada ben

ben kalimantan

atau ben amerika

 

Ithaca, 2 Maret 2001

 

***

 

L I M A

 

new york - new york

sahabatku mengantarku

dari brokwei yang broadway

sampai yumenraik yang ham

menelusuri lorong-lorong subway

menembus jauh malam dinihari

bersamanya aman saja di sini

 

beda yumenraik versi resmi kita

dari versi sini dan yang lain-lain

terletak di kertas bisa apa saja isinya

tapi kesaksian korban jelas bunyinya

tanpa diatur-atur dan tanpa diburu

justru kujumpai korban itu

mungkin berkat tuhan

kesaksiannya kuletakkan

di gelombang udara

terdokumentasi di kertas

di sibernetika

 

sukar dihapus

siapa pun!

 

aku merenung kepalaku gaduh

sahabatku sang bagian broadway

memanduku begini dan begitu

untuk menonton phantom of the opera

sudah belasan tahun tiap hari main terus

penontonnya ada terus dan penuh terus

di gedung teater seluas katedral jakarta

makin merenung  kepalaku makin riuh

indonesiaku bisa begitu masih jauh

 

 

New York, 10 Maret 2001

 

((((((((((((((((((((((((((())))))))))))))))))))))))))))))))))))))

Ikuti tulisan menarik L Murbandono Hs lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler