x

Anak-anak TK Al Firdaus memainkan beberapa permainan tradisional di halaman sekolah mereka TK Al Firdaus, Surakarta, Jawa Tengah, 13 Mei 2016. Bram Selo Agung/Tempo

Iklan

Muhammad Iqbal Birsyada

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Di Balik Anak Hebat, Ada Orangtua Cerdas

Orangtua pada saat ini menuai dilematis. Beban ganda seringkali jadi alasan cuci tangannya dalam mendidik anak. Karir lebih dikedepankan ketimbang anak

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendidikan dilakukan sepanjang hayat merupakan paradigma yang telah lama dikembangkan oleh para ahli dan pakar pendidikan. Dalam agama juga diwajibkan untuk mengikuti pendidikan dari buaian hingga ke liang lahat dengan dihukumi wajib bagi kaum Muslim. Pandangan dan konsep besar ini seharusnya dapat ditangkap oleh seluruh elemen masyarakat untuk selalu memperbaharui pengalaman belajar dan pendidikanya dalam menyerap segala sesuatu pengetahuan yang baik dan bermakna bagi kehidupanya.

                Pada saat ini pendidikan selalu ditafsirkan sempit oleh sebagaian besar masyarakat kita dengan menitik beratkan pada pendidikan sekolah formal anak-anak. Sekolah tidak hanya ditafsirkan sebagai tempat menimba ilmu anak-anak. Namun sekolah juga sebagai sarana perbaikan karakter dan nilai-nilai moral anak. Akibatnya, sekolah mengalami beban moral yang tinggi dalam mendidik anak-anak. Disisi lain orangtua sudah menitpkan anaknya di sekolah yang diinginkanya yang diharapkan dapat memenuhi segala target keinginan orangtua secara perfect. Disisi lain orangtua terkesan lepas tangan dalam hal pendidikan karakter dan pemantauan tumbuh kembang anak. Orangtua sibuk dengan dunianya sendiri. Ada yang berdagang, ada yang berbisnis, ada juga yang satu bulan sekali juga belum tentu berjumpa anak.

                Tidak jarang juga karena kesibukan Ortu anak. Orangtua menyekolahkan di sekolah yang ada asramanya. Dengan harapan keseluruhan pendidikan di tangani oleh pihak sekolah secara utuh dan murni. Orangtua di luar rumah bisa bekerja penuh tanpa terbebani dengan pendidikan anak-anak. Alasan pertama orangtua menyekolahkan anak-anaknya salah satunya adalah karena kekurangtahu-an dan pahaman orangtua dalam hal pendidikan anak. Ketersibukan orangtua dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari membuat kekurang semangatan orangtua akan menambah pengetahuanya dalam hal ilmu pendampingan dan pendidikan anak. Pokoknya, semuanya sudah di serahkan kepada sekolah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

                Fenomena sosial di atas yang mungkin seringkali kita lihat di sekeliling kita adalah sebuah bias dari kesenjangan pendidikan antara orangtua dan anak. Disisi lain, anak di suruh belajar dengan giat dan keras. Di sisi lain orangtua bebas tugas dalam hal pengembangan pola pendidikan anak-anaknya. Pendidikan adalah kewajiban kita bersama. Keterpaduan antara orangtua, anak dan sekolah juga masyarakat adalah sebuah keniscayaan yang harus menjaga dan menyediakan ruang dan lingkungan yang ramah bagi tumbuh kembang anak. Generasi anak yang cedas haruslah di mulai dari orangtua yang cerdas pula. Dan orangtua yang cerdas adalah orangtua yang mengenal dan memahami karakter anak-anaknya dengan baik dan benar.

                Keluarga dalah pendidikan primer bagi anak-anak. Berkembang atau tidaknya tumbuh kembang anak berawal dari pengasuhan awal dalam keluarga. Dari keluargalah anak-anak dapat merasakan kenyamanan, kehangatan dan kasih sayang dari orangtua yang akan menimbulkan semangat kekuatan motivasi diri yang tangguh untuk senantiasa mengembangkan potensi dirinya. Motto, orangtua cerdas, adalah sebuah keniscayaan bagi masyarakat jika ingin membangun peradaban bangsa pada masa mendatang. Kejayaan Negeri berawal dari keluarga. Kesuksesan keluarga berawal dari kecerdasan para orangtua dalam mendidik anak-anaknya secara baik dan benar.

                Oleh karena itu, pandangan konsep pokok pikiran di atas dapat menjadi sebuah pemantik bagi kita untuk mencerdaskan orangtua dimanapun berada. Diawali dari kita sendiri. Cerdas disini manakala orangtua dapat mengantarkan anak-anaknya menuju kesuksesan sesuai karakter dan minat bakanya guna menunjang bekal hidup masa depanya menjadi insan yang berkarakter mulia menjadi genarasi emas terbaik umat dan bangsa (khoiru ummah). Kita sebagai bagaian masyarakat dan ummat harus jeli membaca fenomena sosial di mana banyak hal negatif yang menimpa anak anak. Hal tersebut di antaranya adalah: Tawuran antar remaja, kekerasan seksual pada anak, pergaulan bebas, Narkoba adalah pandang sehari-hari yang mengiasi media elektronik dan massa. Ini adalah bagian dari tanggung jawab moral bersama untuk meminimalisir hal-hal negatif pada anak tadi melalui upaya-upaya terstruktur dan terorganisisr dalam menyebarluaskan pemikiran dan konsep-konsep pandangan positif dalam hal penumbuhkembangan potensi anak.

                Doktrin pertama yang harus kita tanamkan pada diri pribadi kita adalah “tidak ada anak yang bodoh”.  Namun “semua anak adalah cerdas”. Tuhan telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan (ahsanu taqwiim). Ini adalah sebuah garansi dari Tuhan bahwa semua manusia adalah cerdas. Hanya lingkungan dan orangtua yang cerdaslah yang dapat mengantarkan kecerdasan anak-anak menjadi optimal. Dibalik anak hebat, ada orangtua cerdas.

 

Oleh. M. Iqbal Birsyada

Pengamat Pendidikan

Ikuti tulisan menarik Muhammad Iqbal Birsyada lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler