x

Iklan

L Murbandono Hs

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Puisi-puisi dari Biara

Puisi-puisi dari Biara adalah di kapel, meditasi, pasrah, ingkar atau wajar, masih ada yang berderak, ajari aku bahasa cintamu, padamu raguku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

(Ilustrasi: albertusgregory.blogspot.com)

 

DI KAPEL

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

kapel kecil

lilin kecil

tabernakel kecil

magisternya kecil

aku kecil

 

 

diamlah

tenang-tenang saja

jangan tanya apa

biarkan bagaimana

entah ragu atau percaya

siapa tahu

jangan-jangan

inilah yang namanya

bahagia

 

 

Wisma Berthinianum Ungaran, Maret 1969

 

***

 

MEDITASI

 

setiap pagi usai misa pagi

kami diajari bagaimana meditasi

merenungi maksud, hakikat, arti

harapan atau sekedar mimpi

yang bakal terjadi hari ini

dengan cara sesuka hati

 

 

setiap pagi usai misa suci

aku berdiri memandangi kali

anak-anak mandi aku tak peduli

laki-laki mandi aku kurang peduli

ada wanita-wanita mandi, wah, ini!

 

 

setiap pagi usai misa suci

aku meditasi

menanti makan pagi

menerka teka-teki

ayo, nasi atau roti?

 

 

Wisma Berthinianum Ungaran, Agustus 1969

 

***

 

MASIH ADA YANG BERDERAK

 

telah kupilih sendiri

telah kujalani sendiri

kok aku tetap tak mengerti

 

 

semula kupikir semuanya

beres dengan sendirinya

seperti umpamanya

lenyapnya angkara

terbebasnya rasa

dari aroma cuaca dunia

 

 

juga seperti

aku menjadi

tiba-tiba sakti

 

 

kok tidak, kok retak

masih ada berderak

berderak dan berderak

di kerak, di letak

jiwaku atau entah

apaku

 

 

Wisma Berthinianum Ungaran, 1969

 

***

 

INGKAR ATAU WAJAR

 

berada di biara tanah berbukit

gunung ungaran menunjuk langit

akal batinku tercubit

masa laluku menggigit

adakah Kau sakit?

 

 

biara di pagi berembun

awan di atas kebun turun

menjadi cahaya di daun-daun

dari desa lereng gunung

orang-orang merayap turun

membawa beban-beban di punggung

dan sebagaimana setiap pagi

mereka lewat di depanku, nanti

di jalan setapak menelusuri

pagar kawat berduri

maka yang sejengkal

jadi jarak berpal-pal

antara kami dengan mereka

antara biara dengan dunia

 

 

ingin kusapa mereka

tapi tergadainya cinta

terbentangnya rasa

di biara, kok rasa-rasanya

menjalari pagar

batinku nanar

entah, apa ini ingkar

atau wajar

 

 

Wisma Berthinianum Ungaran, 1969

 

***

 

AJARI AKU BAHASA CINTAMU

 

ajarilah aku bahasa cintamu

sebab masa laluku gang sempit penuh batu

para remajanya kelabakan tak menentu

main gitar dan kluyuran melulu

cangkul tak pernah diajarkan alamku

apa harus mencangkul batu-batu?

 

 

ajarilah aku bahasa cintamu

sebab masa laluku gang sempit penuh batu

hidupku telah tersaruk-saruk

menubruk-nubruk waktu yang buruk

maka gitar kucakar-cakar

menyumpal perutku yang lapar

 

 

ajarilah aku bahasa cintamu

sebab masa laluku gang sempit penuh batu

tapi saat kucoba memberi makna ziarahku

kau sebut aku telah menjual diriku

justru di tempat yang semacam ini

biara yang konon suci dan murni

 

 

ajarilah aku bahasa cintamu

lilin-lilin dendam masa lalu

aroma agresi benci masa lalu

kini jadi patung batu di dadaku

menangisi kata-kata macam itu

 

 

Wisma Berthinianum Ungaran, 1969

 

***

 

PASRAH

 

rasanya sudah banyak yang kudengar

lihat, sampai kepalaku besar

hatiku bertingkat-tingkat

ditempati perasaan dan tanggungjawab

mungkin begitu

aku tak tahu

 

 

rasanya sudah banyak yang kudengar

lihat, sepertinya sudah kupasrahkan segala-gala

kedirian, entah jiwa, atau entah

kemungkinan atau kepastian

siapa tahu dan mudah-mudahan

sudah semua - semuanya

 

 

Tuhan, Kau di mana?

Aku di sini

 

 

 

Wisma Nazareth Yogyakarta, Februari 1970

 

***

 

PADAMU RAGUKU

 

pada bapa

pada putra

pada rohkudus

berenang diriku

 

 

pada yesus

pada maria

pada yosef

melayang diriku

 

 

pada malaekat

pada segala santo dan santa

pada arwah nenekmoyang

mengapung diriku

 

 

berenang diriku dan melayang diriku

mengapung diriku dan kepadamu

kuserahkan keraguanku

 

Wisma Nazareth Yogyakarta, Maret 1970

 

_______________________________________________________________

 

 

Ikuti tulisan menarik L Murbandono Hs lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler