(Ilustrasi: albertusgregory.blogspot.com)
DI KAPEL
kapel kecil
lilin kecil
tabernakel kecil
magisternya kecil
aku kecil
diamlah
tenang-tenang saja
jangan tanya apa
biarkan bagaimana
entah ragu atau percaya
siapa tahu
jangan-jangan
inilah yang namanya
bahagia
Wisma Berthinianum Ungaran, Maret 1969
***
MEDITASI
setiap pagi usai misa pagi
kami diajari bagaimana meditasi
merenungi maksud, hakikat, arti
harapan atau sekedar mimpi
yang bakal terjadi hari ini
dengan cara sesuka hati
setiap pagi usai misa suci
aku berdiri memandangi kali
anak-anak mandi aku tak peduli
laki-laki mandi aku kurang peduli
ada wanita-wanita mandi, wah, ini!
setiap pagi usai misa suci
aku meditasi
menanti makan pagi
menerka teka-teki
ayo, nasi atau roti?
Wisma Berthinianum Ungaran, Agustus 1969
***
MASIH ADA YANG BERDERAK
telah kupilih sendiri
telah kujalani sendiri
kok aku tetap tak mengerti
semula kupikir semuanya
beres dengan sendirinya
seperti umpamanya
lenyapnya angkara
terbebasnya rasa
dari aroma cuaca dunia
juga seperti
aku menjadi
tiba-tiba sakti
kok tidak, kok retak
masih ada berderak
berderak dan berderak
di kerak, di letak
jiwaku atau entah
apaku
Wisma Berthinianum Ungaran, 1969
***
INGKAR ATAU WAJAR
berada di biara tanah berbukit
gunung ungaran menunjuk langit
akal batinku tercubit
masa laluku menggigit
adakah Kau sakit?
biara di pagi berembun
awan di atas kebun turun
menjadi cahaya di daun-daun
dari desa lereng gunung
orang-orang merayap turun
membawa beban-beban di punggung
dan sebagaimana setiap pagi
mereka lewat di depanku, nanti
di jalan setapak menelusuri
pagar kawat berduri
maka yang sejengkal
jadi jarak berpal-pal
antara kami dengan mereka
antara biara dengan dunia
ingin kusapa mereka
tapi tergadainya cinta
terbentangnya rasa
di biara, kok rasa-rasanya
menjalari pagar
batinku nanar
entah, apa ini ingkar
atau wajar
Wisma Berthinianum Ungaran, 1969
***
AJARI AKU BAHASA CINTAMU
ajarilah aku bahasa cintamu
sebab masa laluku gang sempit penuh batu
para remajanya kelabakan tak menentu
main gitar dan kluyuran melulu
cangkul tak pernah diajarkan alamku
apa harus mencangkul batu-batu?
ajarilah aku bahasa cintamu
sebab masa laluku gang sempit penuh batu
hidupku telah tersaruk-saruk
menubruk-nubruk waktu yang buruk
maka gitar kucakar-cakar
menyumpal perutku yang lapar
ajarilah aku bahasa cintamu
sebab masa laluku gang sempit penuh batu
tapi saat kucoba memberi makna ziarahku
kau sebut aku telah menjual diriku
justru di tempat yang semacam ini
biara yang konon suci dan murni
ajarilah aku bahasa cintamu
lilin-lilin dendam masa lalu
aroma agresi benci masa lalu
kini jadi patung batu di dadaku
menangisi kata-kata macam itu
Wisma Berthinianum Ungaran, 1969
***
PASRAH
rasanya sudah banyak yang kudengar
lihat, sampai kepalaku besar
hatiku bertingkat-tingkat
ditempati perasaan dan tanggungjawab
mungkin begitu
aku tak tahu
rasanya sudah banyak yang kudengar
lihat, sepertinya sudah kupasrahkan segala-gala
kedirian, entah jiwa, atau entah
kemungkinan atau kepastian
siapa tahu dan mudah-mudahan
sudah semua - semuanya
Tuhan, Kau di mana?
Aku di sini
Wisma Nazareth Yogyakarta, Februari 1970
***
PADAMU RAGUKU
pada bapa
pada putra
pada rohkudus
berenang diriku
pada yesus
pada maria
pada yosef
melayang diriku
pada malaekat
pada segala santo dan santa
pada arwah nenekmoyang
mengapung diriku
berenang diriku dan melayang diriku
mengapung diriku dan kepadamu
kuserahkan keraguanku
Wisma Nazareth Yogyakarta, Maret 1970
_______________________________________________________________
Ikuti tulisan menarik L Murbandono Hs lainnya di sini.