x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kekayaan Hutan Asia

Hutan bukan hanya menghasilkan kayu. Banyak hasil hutan non kayu yang sangat penting.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Kekayaan Hutan Asia

Editor: Citlalli Lopez dan Patricia Shanley

Tahun Terbit: 2005

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama                                                                         

Tebal: xii + 120

ISBN: 979-22-1191-8

 

Pernahkah anda memikirkan darimana asal hiasan yang menambah keindahan ruang dan rumah anda, wewangian yang anda pakai, bumbu-bumbu yang membuat masakan anda bertambah lezat dan dupa atau sarana ibadah lainnya yang anda pakai? Pernahkan anda membayangkan bahwa sebagian dari barang-barang tersebut berasal dari hutan? Buku ini secara menarik menggambarkan kekayaan hutan Asia. Hutan yang telah menyumbang kepada peradaban dunia sejak berabad-abad lalu. Termasuk peradaban Mesir kuno.

Hutan Asia menghasilkan berbagai bahan yang telah menyumbang dalam perkembangan peradaban manusia. Damar, gaharu, cendana, dupa dan kapur barus telah disukai oleh orang Timur Tengah dan Eropa sejak jaman kuno. Bahkan cengkeh, bunga lawang, pala dan lada pernah menjadi perebutan bangsa Eropa di abad 16-18. Produk-produk tersebut adalah produk dari hutan yang lebih dulu mendunia sebelum kayu menjadi komoditas utama. Masih ada produk-produk yang berupa bumbu-bumbuan dan bahan makanan dari India dan China yang juga mendunia. Kapulaga contohnya. Jadi jelaslah bahwa hasil hutan bukan hanya kayu saja.

Manfaat hasil hutan bagi masyarakat sekitar hutan sangat beragam. Ada yang bermanfaat langsung untuk kehidupan sehari-hari, seperti bahan makanan dan kayu bakar serta obat-obatan. Ada masyarakat pinggir hutan atau yang hidup di dalam hutan yang memanfaatkan hasil hutan sebagai sumber penghasilan tambahan. Namun ada juga yang secara serius menggantungkan hidup ekonominya dari hasil hutan. Penduduk di pedesaan China ada yang seluruh ekonominya bergantung kepada mencari tumbuhan obat dan jamur.

Pasar dari produk hutan non kayu juga beragam. Ada yang hanya dikonsumsi secara lokal, ada pula yang dibutuhkan oleh masyarakat yang tempatnya sangat jauh dari asal produk tersebut dihasilkan. Beberapa produk yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam jumlah yang banyak telah merangsang orang untuk membudidayakannya. Produk madu misalnya. Selain madu yang dipanen dari lebah hutan, kini bisa didapat madu hasil ternakan. Jamur Shitike, durian, pala, cengkih juga sudah dibudidayakan karena kebutuhannya yang besar.

Namun sayang, sejak kebutuhan kayu untuk furniture dan bangunan serta untuk produksi kertas semakin besar, hutan lebih banyak dilihat sebagai sumber kayu saja. Akibatnya penebangan hutan untuk mengambil kayunya terjadi secara masif dan membahayakan kelangsungan hutan itu sendiri. Degradasi hutan terjadi secara cepat sejak pemanenan kayu dalam skala komersial mulai marak. Kerusakan hutan ini juga menyebabkan potensi hasil hutan non kayu menjadi berkurang bahkan menghilang.

Hutan masih memiliki potensi non kayu yang belum tergali. Fungsi beberapa tumbuhan yang mungkin memiliki khasiat di bidang kesehatan masih banyak tersimpan di dalamnya. Sayang sekali kalau potensi ini hilang karena kita terlalu rakus memanen kayu.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler