x

Iklan

Kamaruddin Azis

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menghela Ekonomi Pesisir di Kota Kasih

Narasi ini menceritakan upaya pengembangan ekonomi masyarakat pesisir di Kota Kupang, sebuah inisiatif di tengah musim semi Poros Maritim di Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perahu-perahu milik nelayan bercat putih biru berbaris rapi di laut. Pemandangan indah itu terlihat dari ketinggian tidak kurang sepuluh meter dari bangunan Kedai Pesisir yang baru saja dibangun. Siang itu, empat perempuan duduk santai seusai menuntaskan pembuatan nugget bermerek Gracia, lauk produksi perempuan-perempuan Nun Bau Delha, Kota Kupang.

***

Sudah bukan rahasia lagi bahwa membangun ekonomi pesisir adalah tantangan berat. Meski begitu, Pemerintah tak hilang asa untuk terus membuka peluang pemberdayaan sosial ekonomi utamanya di kawasan timur Indonesia. Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti menegaskan ikhtiar tersebut ketika melawat ke Kota Kupang dengan menyerahkan  bantuan simbolis senilai Rp, 2,099 miliar untuk warga pesisir, (12/06/2016).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bantuan bersumber dari Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community Development Project (CCDP), sebuah proyek kerjasama antara Pemerintah Indonesia (KKP) dengan International Fund for Agricultuture Development (IFAD) sejak 2013.  Proyek tersebut mengakselerasi pengelolaan sumberdaya alam sebagai bagian dari agenda pembangunan ekonomi pesisir. Fokusnya pada tumbuh kembangnya usaha perikanan-kelautan skala kecil dan tata niaga pemasaran.

Hingga kini, 9 kelurahan di Kota Kupang telah menerima bantuan meliputi dukungan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, peningkatan jumlah produksi, pengolahan, pemasaran dan perluasan jaringan usaha. Kelurahan itu adalah Alak, Namosain, Lasiana, Nun Baun Delha, Nun Baun Sabu, Nunhila, Airmata, Fatubesi dan Oesapa Barat. Beberapa kelurahan tambahan untuk tahun 2016 sedang disiapkan. Diperkirakan tidak kurang 1.000 kepala keluarga pesisir memperoleh manfaat langsung.

Berkaitan pengembangan usaha berbasis kelautan dan perikanan ini, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang menyatakan komitmennya. “Saat ini kita dorong kerjasama usaha kelompok masyarakat dampingan dengan pengusaha,” kata Thomas Jansen Ga saat ditemui sehari sebelum kunjungan MKP di fish shop atau kedai pesisir Kota Kupang yang didukung oleh CCDP, (11/06/2016).

“Saat ini 91 kelompok masyarakat telah terbentuk. Ada 9 kelompok kerja kelurahan, 9 kelompok infrastruktur, 9 kelompok sumber daya perairan, dan 67 kelompok usaha terdiri dari 30 kelompok fokus pada pengolahan, 19 pemasaran, 2 budidaya, dan 16 penangkapan ikan,” tambah Dr. James Adam, konsultan bidang pengembangan usaha kelautan dan perikanan. Menurut James, tahun ini CCDP diperluas ke 7 kelurahan baru sehingga total 16 kelurahan. Hingga kini, 30 kelompok pengolahan telah menghasilkan beberapa produk dan memasarkan hasil produksi baik menjual langsung ke konsumen maupun melalui beberapa mitra usaha di Kota Kupang.  Produksi kelompok tersebut antara lain abon ikan, dendeng ikan, sei ikan, nugget ikan, bakso ikan, dan ikan kering.

Sarana prasarana pendukung

Dr. James Adam menyatakan bahwa berkaitan pengembangan usaha berbasis produk perikanan dan kelautan ini telah ada 6 mitra usaha lokal Kota Kupang yang menjalin kerjasama dengan kelompok usaha proyek pemberdayaan masyarakat pesisir untuk pemasaran produk. Mitra itu adalah Swalayan Felin, Toko Sudi Mampir, Kupang mart, Nelayan restoran dan mini market, serta galeri oleh makanan khas NTT, Hotel Yotowawa, Melia supermarket, Duta Lia supermarket, dan Rukun Jaya supermarket.  Produksi kelompok tersebut antara lain abon ikan, dendeng ikan, sei ikan, nugget ikan, bakso ikan, dan ikan kering.

“Salah satu upaya Pemerintah Kota Kupang adalah memberi ruang masuknya pihak swasta untuk menjadi bagian dari pengembangan usaha ini,” katanya lagi.

Pengembangan usaha perikanan dan kelautan di Kota Kupang tak hanya berkaitan pengolahan hasil perikanan tetapi juga pengelolaan sumberdaya alam, penguatan kapasitas anggota kelompok, pembangunan infrastruktur seperti pondok informasi, pabrik es, rumah produksi dan sarana prasaran pemasaran dan promosi. Sebagai misal adanya bantuan pabrik es di atas tanah Pemkot yang saat ini telah siap berproduksi. Pada uji coba sebelumnya telah menghasilkan sebanyak 120 batang es balok untuk memenuhi kebutuhan nelayan dan usaha perikanan skala kecil di Kota Kupang.

Pembangunan pabrik es ini menggambarkan kolaborasi apik antara Pemkot dan Pemerintah Pusat. Pemerintah menyiapkan lahan dan mitra program menyiapkan dana pembangunan. Untuk mengoperasikannya dipilih mitra yang punya pengalaman dalam usaha ini. Dua orang yang ditemui di lokasi paberik es yaitu Rendy dan Wulan mengaku optimis usaha ini bisa berkembang.

“Dengan produksi tidak kurang 120 es balok perhari, ini bisa memenuhi kebutuhan nelayan kecil atau pedagang ikan yang tinggal dekat sini,” kata Rendy, operator pabrik es yang mengaku pernah melihat dan belajar di pabrik es Oepaa. Dengan harga perbalok sebesar Rp. 13ribu dia optimis ini akan berjalan lancar dan menguntungkan. Target pembeli es balok adalah para penjual ikan di tepi jalan, termasuk nelayan-nelayan menengah dan kecil.

“Itu target pasarnya karena untuk nelayan besar sudah ada salurannya. Di Kupang ada 2 pabrik es besar dan menyuplai kapal-kapal ikan besar seperti nelayan perahu lampara,” timpal James Adam.

Setelah melihat pabrik es, kami menuju ke salah satu lokasi di kompleks pasar dan kuliner ikan Felaleo Kota Kupang yang diresmikan oleh Walikota Jonas Saelan pada tanggal 26 Maret 2014 di Kelurahan Pasir Panjang. Kompleks ini awalnya dibangun atas anggaran dari Ditjen P2HP-KKP.

Fish shop - Kedai Pesisir

“Pengelolaan fish shop atau disebut pula Kedai Pesisir ini melibatkan pengusaha berpengalaman, namanya pak Sugianto kerap dipanggil Lay, pengusaha restoran di Kupang,” imbuh James. Fish shop yang dimaksud adalah gedung dua lantai yang telah dilengkapi meja-meja kerja, mesin freezer, mesin pengemasan, press vacuum udara hingga instalasi sablon logo atau bungkus se’i khas Kupang. Lokasinya di Jalan Timor Raya, Kelurahan Pasir Panjang, Kota Kupang.

“Kalau hanya untuk pengepakan mungkin akan sulit. Makanya kita buat rencana pajang produk-produk dari kelompok nelayan dampingan dinas termasuk souvenir khas Kupang,” kata Laynardi Sugianto, 44 tahun, pengusaha yang dimaksud James. Sugianto mengaku kalau total biaya finishing dan pengadaan alat-alat tambahan antar 60-80 juta di luar biaya yang disiapkan khusus olehnya. “Mungkin ada sekitar 30 jutaan yang dari saya pribadi,” kata pria asal Kota Makassar ini. 

“Ada ruang pengemasan vakum udara, rencana pengepakan abon, stik ikan dan dendeng ikan,” ungkap Lay.

Dua orang perempuan yang tinggal di sekitar fish shop mengaku bahwa usaha kuliner di Felaleo telah berjalan lama dan dikelola oleh Pemerintah Kota Kupang. “Di sini kadang ramai, kadang pula sepi, saya juga menjual ikan se’i, beberapa orang beli untuk dibawa ke Jakarta,” kata Ibu Koro yang ditemui siang itu sembari menunjuk coldbox yang berisi ikan. Koro menyebut bahwa ikan se’i merupakan ikan yang diiris dan diberi bumbu, dioven dan siap sajikan. Se’i tahan lama,” katanya lagi. Meski tak seramai pasar ikan Oebaa, namun Koro mengatakan bahwa ada saja yang masih datang ke Felaleo.

Hal yang sama juga diungkapkan ibu Victoria. “Yang ramai untuk ikan bakar di Pasar Kelapa Lima namun saya tetap di sini, masih ada juga yang datang,” kata Victoria yang sudah 10 tahun menjadi penjual ikan bakar.

“Kita optimis saja, semoga nanti kelompok-kelompok dampingan IFAD bisa bekerjasama dan mau menyimpan produknya di sini,” ujar Lay. Dia mengatakan jika bahan baku bisa tersedia dan memenuhi permintaan seperti untuk pembuatan abon, stik ikan, dendeng maka usaha ini akan berhasil.  Salah satu target pembeli adalah tamu-tamu dari Hotel Sotis yang berdiri megah di fish shop itu.

“Kita akan buat seperti etalase produk, kita renovasi ini supaya lebih sesuai selera pembeli,” kata pengusaha kuliner ini. Menurut Lay Sugianto, kesediaannya menjadi bagian dari usaha Kedai Pesisir ini karena kesungguhan Pemerintah Kota, dalam hal ini Kepala Dinas untuk menjalin kerjasama sama.

“Kita punya pengalaman memaket makanan untuk dikirim ke Pulau Jawa, ada alat pres dan itu telah berjalan lama, makanya kami ditawari kerjasama usaha ini,” katanya.

***

Selain fish shop di Felaleo, di Desa Nunbaun Delha, berdiri pula Kedai Pesisir yang fokus pada produksi nugget, abon dan produk perikanan lainnya. Kedai ini diurus oleh empat orang yang menerima kami saat berkunjung. Mereka Djublina Kore-Rohi-Hili yang sehari-harinya jual pakaian, istri dari Dominggus Kore Rohi. Djublina adalah ketua kelompok Gracia. Sekretarinya Zeine Monalysa Doko-Peko, bendahara Yohana Djara Kanni yang bekerja sebagai tukang jahit dengan anak 2 orang. Anggota kelompoknya adalah Yuliana Bessi Adoe dan Clarae Padja.

Nugget ikan olahan Kelompok Gracia merupakan produk setelah dilatih oleh tim dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang. Nugget dibikin dengan komposisi daging ikan, telur, tahu, garam, gula, bawang merah, bawang putih, merica, pala, tepung roti, tepung terigu. Untuk memastikan bahwa ini melalui produksi yang benar, nugget telah dibungkus dengan baik, dengan label bernama—Nugget khas Gracia, di Desa Nun Baun Delha RT 4/RW 2. Ada nomor P-IRT dan nomor kontak produsen 082247281808.

Di dalam rumah produksi itu telah ada mesin pemotong ikan, mesin mencampur adonan, wajan untuk menggoreng ikan atau nugget. Bukan hanya itu dalam bangunan terdapat toilet dan meja-meja kerja serta lemari etalase. Di kanan luar bangunan adalah pantai dan laut yang terlihat eksotis. Tempat yang pas untuk melepas penat usai membuat produk sekaligus mencicipi olahan.

“Untuk setiap 200 gram kita jual Rp. 25ribu, kalau satu kilo harganya bisa seratus ribu,” kata Jublina. Menurut Jublina, pengetahuan dan keterampilan anggota Gracia diperoleh setelah mengikuti pelatihan di Hotel On The Rock. Anggota kelompok Gracia memperoleh modal usaha sebesar Rp. 1,5 juta.  “Di sini, bukan hanya kelompok nugget, kelompok pembikin bakso, abon, stik ikan, ikan asap bisa menggunakan tempat ini,” kata James.

***

Usaha skala kecil yang memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan telah dikembangkan oleh kelompok-kelompok warga pesisir di Kupang, kota berjuluk Kota Kasih. Jika melihat bentuk kegiatan dan pihak yang terlibat sejatinya kegiatan-kegiatan ini dapat berjalan langgeng. Hadirnya Pemerintah Kota, keikutsertaan pengusaha yang berpengalaman seperti Lay Sugianto serta dukungan infrastruktur hulu hilir seperti pabrik es dan nelayan-nelayan tangkap yang telah diperkuat kapasitasnya oleh Dinas harusnya menjadi modal awal meretas rantai nirdaya atau predikat miskin.

Di Kota Kupang, para pihak sedang menghela sebuah semangat mulia, membangun pesisir dengan memanfaatkan sumber daya setempat melalui kerjasama multipihak. Peluang usaha telah dimanfaatkan oleh warga pesisir terutama kaum ibu-ibu, jika demikian adanya, harapan Pemerintah Kota Kupang agar warga pesisir atau nelayan dapat membantu dirinya sendiri sesungguhnya telah dimulai dengan benar.

Untuk jaminan keberlanjutannya hanya dibutuhkan kesungguhan untuk tetap kreatif, inovatif dan saling terhubung. Tertarik menjadi pembeli produk mereka?

 

---

Makassar, 21/06/2016

Ikuti tulisan menarik Kamaruddin Azis lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler