x

Iklan

jefri hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tempo Memang Fenomenal

Satu-satunya media yang mampu bertahan dari gempuran pembaca tapi disisi lain menjadikan Tempo sebagai idola dan rujukan dari sebuah produk jurnalistik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketika Tempo sudah menghasilkan ribuan produk Jurnalistik yang bermutu puluhan tahun yang lalu, Teman Ahok belum lahir. Begitupun ketika media fenomenal ini dibredel penguasa saat itu, Teman Ahok pun masih dalam kandungan atau masih bayi. Perjalanan Tempo pun berlanjut.

Tahun 2007, ketika Teman Ahok masih menjumlah  1 + 1 dan belajar mengeja di Sekolah Dasar, Tempo menemukan sosok tokoh yang jauh-jauh dari hingar-bingar pemberitaan yang kata Tempo saat itu tokoh tersebut akan mengubah Indonesia. Tokoh tersebut adalah Basuki Tjahaya Purnama atau yang akrab disapa dengan Ahok yang bermukim di pelosok Indonesia.

Lalu terbitlah Laporan Utama Tempo yang menempatkan Ahok yang telah menjadi Gubernur sebagai Cover Story, Teman Ahok yang telah beranjak dewasa itu tidak terima. Mereka  menyebut Majalah Tempo melakukan fitnah yang luar biasa  dan mengajari media yang telah makan asam garam itu tentang jurnalistik. Lucu memang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tempo punya jejak rekam liputan yang bersumber dari orang bermasalah, semua itu telah diterangkan oleh petinggi dan karyawan Tempo berkali-kali. Seperti Laporan kasus suap daging Sapi import, kasus simulator SIM, pajak di Asian Agri dan banyak kasus lainnya yang berhasil diungkap Tempo  melalu pembocor yang sedikit bermasalah.

Dan liputan tersebut menjadi rujukan bagi jutaan masyarakat Indonesia. Baik kalangan biasa, intelektual, petinggi negeri ini. Bahkan oleh penegak hukum. Keakurasian Tempo pun diakui oleh pimpinan KPK. Petinggi  lembaga anti rasuah itu percaya bahwa Tempo tidak mengada-ngada ketika Majalah ini menurunkan Laporan Utama soal barter Podomoro.

Laporan itu pun menjadi pemicu Tempo semakin populer. Bahkan, di lini masa Facebook orang yang belum pernah membaca sekalipun memburu Majalah Tempo hingga ke loper-loper koran setempat. Anomali memang. Kejadian Tempo ‘hilang di pasaran’ seperti ini tidak terhitung kali lagi. Jadi propagadan Teman Ahok yang menggembor-gemborkan agar tidak membeli Termpo gagal total.

Majalah Tempo telah mengalami pasang surut sejarah. Berdiri dan berkembang di zaman otoriter dan menjadi fenomenal ketika zaman reformasi. Meski di setiap laporannya menimbulkan pro-kontra, tapi Tempo tetap menjadi dirinya sendiri yang berpegang teguh kepada kaidah Jurnalisitik sehingga menghasilkan porduk yang berkualitas dan bermutu.  

Kredibilitas Tempo tidak diakui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak hanya orang awam, tapi juga oleh sederet tokoh yang disiplinnya ilmunya diakui. Bahkan pakar hukum gaek, Prof. Sahetapy mengaku hanya mempercayai Tempo sebagai media terdepan hal mengungkap kebenaran. Pengakuan Sahetapy tersebut dilontarkannya sat acara ILC awal tahun lalu.

Ketika Sutan Sjahrir wafat dan beliau mendapat penghormatan di negeri Belanda. Salah seorang Diplomat negeri Kincir Angin itu, Eelco van Kleffens yang dulunya merupakan lawan Sjahrir beradu argumen berucap. “Sjahriri benar adanya.”

Kelak, puluhan tahun nanti, ketika Teman Ahok sudah pada tua-tua juga akan mengucapankan kata yang pernah diucapankan oleh van Kleffens. “Tempo Benar Adanya.”

Jika itu benar diucapakan oelh Teman-teman Ahok maka Majalah Tempo ini memang fenomenal. Satu-satunya media yang mampu bertahan dari gempuran pembaca tapi disisi lain menjadikan Tempo sebagai idola dan rujukan dari sebuah produk jurnalistik.

https://indonesiana.tempo.co/read/79102/2016/06/22/jefrihidayat84/tempo-benar-adanya

 

 

 

Ikuti tulisan menarik jefri hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler