x

Iklan

Rizki Ardian

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ramadhan, Pasantren Keluarga Meningkatkan Moral Anak

Ramadhan momentum meningkatkan moral anak, pendidikan moral tidak hanya diajarkan di sekolah tetapi juga harus di lingkungan keluarga.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ramadhan akan segera berakhir. Segala aktivitas peningkatan iman telah dilakukan, tidak hanya menahan lapar dan dahaga, intropeksi diri  kehadirat-Nya yang Maha Esa senantiasa dilakukan. Pengajian-pengajian Ramadhan rutin dilaksanakan. Tadarus Al-qur’an dan mendengarkan tausiah telah menjadi rutinitas. Tidak hanya orang tua, anak-anakpun ikut meramaikan pengajian, baik yang diadakan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) atau sekolah tempat mereka belajar.

Pasantren kilat, sebuah kegiatan sekolah yang sering diadakan saat Ramadhan. Bukan tanpa tujuan, kegiatan ini dilaksakan agar anak-anak dapat mengisi puasa Ramadhan dengan hal-hal yang positif. Meningkatkan keimanan dan moral agar memiliki sikap akhlakul karimah atau ahlak yang baik.

Menurut hadist, dari Abdullah bin Ash R.A berkata: “Akhlak Rasulullah bukanlah orang yang keji dan bukanlah orang yang jahat”, bahkan dia bersabda. “Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya.” (HR. Bukhori dan Muslim). Akhlak yang baik merupakan perkataan dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi suatu lingkungan dimana seorang anak tinggal, sehingga seorang anak dapat diterima oleh lingkungannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun peran sekolah tidak terlalu besar dalam mendidik dan menjaga anak, sekolah sering lost control ketika anak berada di lingkungan masyarakat. Maka, diperlukan pendidikan moral dalam keluarga. Keluarga merupakan bagian unit terkecil masyarakat yang mempunyai peran vital dalam pembentukan karakter anak. Oleh karna itu, perlu adanya peran keluarga dalam membentuk karakter anak, agar anak terbentengi dari pengaruh negatif yang berasal dari luar, salah satunya menciptakan lingkungan pendidikan moral agama di dalam keluarga.

 

Pasantren keluarga

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya  untuk  memajukan  perkembangan   budi  pekerti,  fikiran,  dan  tubuh  anak,  dalam pengertian tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, supaya dapat memajukan kesempurnaan  hidup, yakni kehidupan dan penghidupan  anak-anak  yang kita didik selaras dengan alamnya dan masyarakatnya. Alam keluarga bagi setiap orang merupakan alam pendidikan permulaan.

Keluarga sebagai alam permulaan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam tumbuh kembang anak, mengurusi, mengatur, menjaga, memperhatikan kesalahan anak agar diperbaiki, dan pendidikan anak terutama pendidikan moral.

Pendidikan moral anak dapat dibentuk seperti halnya lingkungan pasantren. Pasantren pada umumnya adalah sebuah lingkungan pendidikan yang menguatkan nilai-nilai keislaman, tenaga pendidik disebut Kiai dan Ustad. Namun, jika pasantren itu berada di lingkungan keluarga, maka yang berperan sebagai guru sekaligus pembimbing adalah  Ayah dan Ibu.

Seorang Ayah dan Ibu sebagai orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai islam, memberikan garis norma-norma atau aturan dimana sorang anak berada. Memberikan pengetahuan mana yang baik dan yang buruk untuk dilakukan dalam lingkungan, sehingga seorang anak tidak akan mudah terpengaruh dengan hal negatif dari luar.

Orang tua dapat memberikan contoh langsung kepada anak, sehingga anak akan meniru sikap yang orang tua lakukan. Anak akan melihat prilaku orang tua secara menyeluruh dalam keseharian. Hendaknya, orang tua senantiasa memberikan contoh prilaku yang baik sesuai dengan norma-norma. Melakukan kegiatan yang baik, sehingga tertanam kedalam diri anak hingga dewasa dan menjadi kebiasaan.

Menyampaikan pengertian hubungan baik antar sesama manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan dapat dilakukan orang tua. Sehingga muncul pemahaman anak, ketika melakukan tindakan buruk yang merugikan diri sendiri, keluarga, ataupun masyarakat. Anak akan mengerti dampaknya tidak hanya kehidupan dunia saja, tetapi juga akan berdampak terhadap kehidupan akhirat. Sehingga anak tahu akan dosa dan azab Tuhan, dan akan berfikir berulang kali ketika akan melakukan hal buruk.

Pertanggung jawab orang tua dalam mendidik anak tidak hanya kepada negara, tetapi juga kepada Tuhan. Sebagaimana yang terkandung dalam Q.S Al-anfal: 28 bahwa harta dan putera-puteri yang tambah dalam keluarga dipandang sebagai fitrah atau ujian dari Tuhan yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan.

Ketika tanggung jawab itu diabaikan dan anak melakukan hal buruk. Maka, dosalah orang tua dihadapan Tuhan, dan akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

 

Degradasi Moral

Sangat disayangkan, menilik beberapa tahun kebelakang. Terjadi kebobrokan moral pada generasi bangsa kita. Hal ini disebabkan kebudayaan yang ada atau cultural environment, pengaruh teknologi dan kondisi lingkungan sosial yang tidak baik penyebab terbesar dalam pengrusakan moral generasi bangsa.

Mudahnya akses situs dewasa, masuknya budaya barat yang tidak tersaring dengan baik, dan kondisi lingkungan yang terkesan bebas. Membuka peluang yang sebesar-besarnya untuk seorang anak melakukan penyimpangan moral, seperti: perkelahian di sekolah, perbuatan asusila, merokok, pelaku kekerasan, pencurian, dan lain sebagainya. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2015 saja, kasus anak sebagai pelaku tawuran sebanyak 103 kasus dan pelaku kekerasan sebanyak 79 kasus meningkat dari tahun sebelumnya. Terlebih lagi kasus pelaku pemerkosaan dan kekerasan yang menjerat anak berusia remaja. Kasus terbaru yang masih hangat, pemerkosaan yang dilakukan oleh sekelompok anak berusia remaja yang berakhir dengan pembunuhan sadis di Bengkulu dan Tangerang.

Indonesia merupakan negara kaya, yang didukung oleh sumber daya alam, luas demografi, dan sumber daya manusia yang melimpah. Anak-anak sebagai generasi bangsa memiliki tanggung jawab untuk menjaga, mengolah, dan memanfaatkan sumber daya tersebut untuk kemajuan bangsa. Mereka haruslah cerdas dalam menjunjung tinggi nilai moral kenegaraan sebagaimana yang terkandung dalam pancasila.

Ketika moral penerus bangsa rusak, maka rusak pula negara ini. Oleh karena itu, marilah kita sebagai orang tua memanfaatkan bulan Ramadhan untuk meningkatkan keimanan moral kita, tidak hanya untuk pribadi tetapi juga untuk anak-anak. Menanamkan sifat saling menghargai pada anak, mengambil hikmah Ramadhan merupakan bentuk pelajaran bagi kita semua. Menjadikan Ramadhan tidak hanya milik orang muslim, tetapi milik semua umat. Semoga dengan moment ini, dapat dimanfaatkan oleh para orang tua. Memberikan pendidikan kepada anak agar menjadi generasi yang bermoral. Namun, tidak hanya saat Ramadhan, pendidikan moralpun harus dilakukan setiap saat oleh orang tua kepada anak.

Ikuti tulisan menarik Rizki Ardian lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler